Oleh Pdt. Supriatno
Firman Tuhan yang kita renungkan pagi ini bertolak dari “Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup.” Keluaran 1:17
Saudaraku, setiap profesi mempunyai fungsi dan tugas. Seorang guru hadir di tengah masyarakat mempunyai tugas mengajar dan dalam rangka mengembangkan kecerdasan dan pengembangan watak. Ketika ditemui ada oknum guru tidak menjalankan tugas dan fungsi itu, maka ia patut dinilai tidak menjalankan tugas profesionalnya. Demikian juga dengan profesi lainnya. Profesi dokter, bidan, perawat, merupakan profesi yang ada untuk membantu kesehatan seseorang terpelihara. Bahkan pada situasi tertentu untuk membantu keselamatan nyawa manusia.
Ketika panggilan profesi tidak berjalan tentu ada faktor penyebabnya. Kita masih ingat kejadian yang berhubungan dengan seorang pilot dari maskapai penerbangan Malaysia. Ia mengemudikan pesawatnya tidak mengarah ke kota tujuan. Hingga kini pesawat itu tidak diketahui rimbanya. diduga atau ditengarai, sang pilot sengaja mencelakakan penumpang dan dirinya sendiri. Ini, yang namanya pengkhianatan tugas. Jika dugaan benar, maka sang pilot bukan mengantar penumpang ke kota tujuan dengan selamat. Malah, mencelakakannya tanpa hati nurani. Sekian jiwa melayang tanpa orang-orang terkasihnya menguburkannya dengan hormat.
Saudaraku, bidan merupakan profesi untuk membantu persalinan seorang ibu agar bayinya selamat. Di pundaknya, orang menaruh kepercayaan. Yakni percaya bahwa karena kompetensinya seorang ibu yang melahirkan dapat menjalani proses itu dengan aman dan selamat. Pada profesi bidan melekat apa yang biasa disebut “tugas kemanusiaan”.
Sungguh bertentangan instruksi Firaun, raja Mesir. Karena faktor ketakutan atas perkembangan bangsa Israel di negerinya. Ia lalu meminta agar para bidan menjalankan misinya. Membunuh para bayi Israel pada saat proses persalinan. Jelas, perintah itu bertolak belajang dengan tugas dan profesi bidan. Lebih dari itu, bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Bidan itu untuk membantu keselamatan nyawa bayi, bukan mencelakakanya.
Ketakutan Kerap melahirkan tindakan irasional. Bertentangan dengan nalar sehat. Ketakutan berlebihan dan tak terkendali bisa memunculkan tindakan bertentangan dengan nurani yang bening. Firaun yang ketakutan sehingga tak mampu mengedepankan sikap yang bijak, yang mengedepankan keselamatan nyawa manusia.
Saudaraku, syukurlah. Dua orang bidan bernama Sifra dan Pua, lebih takut pada Allah ketimbang pada sosok manusia bernama Firaun. Tindakan mulia mereka sesuai panggilan profesinya. Takut pada Allah, menandakan rasa hormat dan ketertundukan kepada Allah menjadi prioritas.
Kini, kita berkaca pada kejadian di sebuah daerah bernama Paseban, Jakarta. Dokter dan bidan sejak dulu sama, profesi yang memikul kepercayaan publik berkaitan dengan keselamatan dan nyawa. Hal ironis dan sekaligus memilukan terjadi di Paseban sana. Ratusan janin bukannya dibantu untuk tumbuh dan berkembang, dan kelak bisa menghirup udara kehidupan. Ini tidak. Di tangan dokter dan bidan di bawah atap bernama klinik, bayi-bayi ciptaan Allah itu diaborsi.
Inilah pengkhianatan pada tugas dan profesi. Nilai kemanusiaan tidak lagi menjadi pertimbangan. Dugaan di balik motif ini ada uang bermain. Mereka, yang bisa jadi ada yang menjuluki mereka biadab, tega melakukan aborsi ilegal justru jangan2 tidak ada pihak yang ditakuti. Tidak takut pada Allah. Juga tak takut pada manusia. Tapi, perbuatan mereka bertentangan dengan nalar sehat dan nurani yang jernih.
Saudaraku, apapun profesi Anda. Jangan sampai karena motif uang lalu gelap mata. Akhirnya gelap akal dan nurani juga. Justru, belajarlah dari Sifra dan Pua. Pilihan sikap mereka amat beresiko. Nyawa mereka rawan disebabkan tindakan penyelamatan atas bayi-bayi bangsa Israel. Namun, rasa takut kepada Allah menjadi kunci sebuah profesi dijunjung tinggi.
Selamat beraktivitas beserta kasih Tuhan Yesus.