Jangan Diam

Oleh Pdt. Supriatno

Kisah Para Rasul 13:6-7

Firman Tuhan sebagai pijakan refleksi diambil dari, Mereka mengelilingi seluruh pulau itu sampai ke Pafos. Di situ mereka bertemu dengan seorang Yahudi bernama Baryesus. Ia seorang tukang sihir dan nabi palsu. (7) Ia adalah kawan gubernur pulau itu, Sergius Paulus, yang adalah orang cerdas. Gubernur itu memanggil Barnabas dan Saulus, karena ia ingin mendengar firman Allah.”

Kisah Para Rasul 13:6-7

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Hidup yang kita jalani adalah anugerah. Ketika kita masih bernafas dan jantung kita berdegup, kita bersyukur atas anugerah Tuhan yang tetap berkesinambungan.

Saudaraku, seseorang akan marah disertai rasa benci, pada saat kemapanannya terganggu. Maka, modus untuk melindunginya adalah dengan bertindak secara emosi berlebihan. Pengalaman ini terjadi dalam kisah nyata (true story) yang dihadapi rasul Paulus dan Barnabas.

Dalam rangka mengabarkan Injil Kristus, rasul Paulus dan Barnabas menjadikan sinagoga (tempat ibadah orang Yahudi) sebagai titik pijak. Di sanalah Injil diberitakan, dan dari sana kemudian rasul Paulus bisa mengenal berbagai pekerjaan dan karakter seseorang.

Di tempat ibadah itu, sinagoge, rasul Paulus bertemu dengan dua tokoh agama dan masyarakat serta pemerintahan. Yang satu bernama Baryesus, seorang tukang sihir dan sekaligus nabi palsu. Pengaruh Baryesus sudah mencengkram komunitas orang Yahudi waktu itu. Dengan mengajar tentang harapan palsu dan ajaran penuh misteri, orang Yahudi tidak berani menyingkirkan keberadaan dan cengkraman kuku pengaruh Baryesus. Ditambah lagi, pergaulan sosial Baryesus tergolong hebat. Ia bisa menjadi teman gubernur. Ini menggambarkan tokoh ini masuk kelompok elit keagamaan dan masyarakat waktu itu.

Sementara itu, di mata Baryesus kedatangan Barnabas dan rasul Paulus untuk mengabarkan Injil merupakan awal ancaman baru. Ia merasa terusik. Dia melihat para pendatang baru dimaknai selaku ancaman baru. Lebih-lebih gubernur bernama Sergius Paulus menunjukkan minat, ingin mendengar dan ingin tahu pengajaran rasul Paulus dan Barnabas. Gubernur sebagai orang cerdas terus mencari wawasan dan pegangan yang bisa dipercayai kebenarannya.

Jelas, itu membuat Baryesus gelisah. Sebab, jika gubernur terpikat ajaran rasul Paulus dan Barabas goyahlah posisi sosialnya. Ia bisa diabaikan sang gubernur. Dan itu dampaknya bisa kemana-mana, termasuk periuk nasinya. Tidak mengherankan itu kemudian memicu lahirnya upaya menggagalkan keinginan gubernur. Baryesus menghalang-halangi hasrat gubernur, sahabatnya itu.

Saudaraku, rasul Paulus tidak berdiam diri atas apa yang dilakukan si tukang sihir merangkap nabi palsu itu. Ia tidak cuma menggertak tapi sekaligus membuat Baryesus mengalami kebutaan selama beberapa hari.

Artinya, saudara, jika ada pihak yang bertindak sewenang-wenang dan menghambat seseorang mencari kebenaran hakiki, kita tidak boleh diam. Pasif berarti menyetujui. Allah tidak merestui kita cuma pasrah dan diam saja. Kita ingat ucapan Tuhan Yesus saat menjalani penderitaan-Nya. Ia pun mempertanyakan ”Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?”

Saudaraku, ucapan Tuhan Yesus dan pengalaman rasul Paulus mengajar kita supaya jangan diam. Atau bahkan jangan takut, tatkala kita menyampaikan berita dan informasi yang benar tentang Allah yang menyelamatkan. Orang kristen tidak boleh seperti trenggiling. Saat situasi berbahaya wajahnya disembunyikan. Masuk ke cangkangnya. Begitu lingkungan aman, keluar wajahnya. Identitasnya hanya muncul di kala aman dan senang. Di saat berhadapan tantangan menyembunyikan wajah identitasnya.

Kita berdoa, “Tuhan biarlah kami merespon jika ada yang membutuhkan pesan Injil-Mu. Dan tidak berdiam diri saat tindakan mereka menghambat tugas yang kami kerjakan. Ajarlah jangan diam, apalagi bersembunyi dalam ketakutan.”

Kami berdoa agar keluarga tercinta kami, mereka Tuhan lindungi. Engkau berkenan menjadi benteng yang kokoh. Jauhkan kami semua dari bahaya wabah dan mampukan kami menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin.
Seluruh doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.