Berjalan Di Jalan Lurus
Selamat pagi, Ibu- bapak, Opa-oma, mas-mbak dan Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah, karena kasih setia-Nya kepada kita, keluarga dan Jemaat kita tidak berubah. Pagi ini pun, kita merasakannya. Kita masih membuka mata dan melihat betapa baiknya Tuhan atas kita. Bahan refleksi harian: Efesus 5:6
Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka
Efesus 5:6
Saudaraku, tersesat berarti keluar dari rute perjalanan yang benar. Jika kita dari Jakarta mau ke Jogjakarta, lalu rute yang ditempuh menuju Lampung. Tentu perjalanan kita akan makin jauh dari sasaran yang hendak kita tuju. Dapatlah kita katakan, itu tandanya kita tersesat.
Sering kita mendengar berita ada orang yang tersesat saat memanjat atau pada waktu turun gunung. Berputar-putar mengikuti rute yang salah. Akhirnya, tidak sedikit yang kemudian tewas mengenaskan. Penyebab utamanya bisa kehabisan tenaga, kedinginan yang hebat, kekurangan makan minum atau kepanikan yang berat.
Saudaraku, dalam dunia keagamaan tersesat adalah keluar dari patokan ajaran yang benar, lalu ikut ajaran lain. Menyimpang dari ajaran dan norma yang utama. Banyak orang tertarik karena pesona yang ditawarkannya. Bayangkan bagaimana tidak mempesona, buat seseorang yang bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa. Lalu, ditawari hal yang membuat dirinya berharga dan bermakna. Hal yang merasa tidak ditawari oleh ajaran yang selama ini diketahuinya. Akibatnya, mereka tidak mau dan tidak bisa keluar dari lingkaran ajaran yang keliru itu.
Ajaran yang salah itu punya kemampuan membius pikiran sehat. Memandulkan sikap kritis. Tidak mengherankan yang terjerat ajaran yang salah bagaikan kerbau dicucuk hidungnya. Mengapa bisa? Karena mereka yang disebut pemimpin yang menganut ajaran yang salah itu, punya kehebatan dalam membujuk dan meyakinkan.
Saudaraku, mengapa terjadi ada orang yang menjadi bomber, seperti di Makassar atau kasus perempuan muda menyerang mabes Polri? Itulah hasil kekuatan kata-kata. Orang dengan metode indoktrinasi memasukan ajaran-ajaran tertentu ke kepala dan hati pelaku. Dengan janji dan iming-iming surgawi. Akhirnya, menurut komentar orang tokoh agama, mereka telah terpapar oleh suatu keyakinan, yang sebenarnya jelas-jelas bersimpangan dengan pesan utama agama. Yakni pesan yang membawa damai.
Di sini, rasul Paulus mengingatkan orang-orang beriman di Efesus maupun kita yang hidup sekarang ini. Bagaimanapun, Tetap ada saja orang yang berkeliaran dengan ajaran palsu. Mereka berupaya menggaet kita masuk dalam kesesatan. Mereka punya daya pesona. Kemasan ajaran menarik. Akibatnya, ada saja orang menjadi korbannya. Mereka menaklukkan diri dalam ajaran yang hampa atau kosong itu. Semoga kita tidak. Berjalan terus di jalan lurus dan benar.
Kita berdoa, “Tuhan, karuniakan kami untuk selalu dengar-dengaran pada ajaran yang benar. Kami mengasah daya kritis kami agar tidak tergiur dan terperangkap ajaran sesat.
Kami serahkan ke dalam pengasihan-Mu hidup Saudara-saudara kami hari ini yang berulang tahun. Kiranya dalam tangan-Mu yang penuh pengasihan, mereka senantiasa berada dalam naungan berkat-Mu. Sehat, suka cita, penuh rasa syukur.
Dalam Kristus kabulkanlah doa kami. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno