Refleksi Harian: Filipi 4:8

Mulai Dari Pikiran

Puji Tuhan. Ketika kita membuka mata, pagi baru telah tiba. Dan Tuhan tetap sayang kepada ibu-bapak, oma-opa dan saudara-saudaraku yang baik. Kiranya di hari baru kita merasa kesinambungan kasih-Nya. Bahan refleksi harian: Filipi 4:8

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu

Filipi 4:8

Saudaraku, ada pendapat yang diterima secara umum. Bahwa kita hendaknya memperhatikan pikiran kita. Dari pikiran itu akan menjadi kata-kata. Selanjutnya kata-kata kita kemudian menjadi menjadi tindakan. Tidak berhenti di situ, tindakan yang berulang-ulang yang kita lakukan, dia menjadi kebiasaan. Akhirnya, kebiasaan kita itu lama-kelamaan menjadi karakter.

Laksana sungai ada hulu dan ada hilir. Hulu itu di atas, hilir itu di bawah. Air selalu mengalir turun ke lokasi yang rendah. Jika air di hulu tercemar, dapat dipastikan kondisi yang sama kita temui di hilir. Demikianlah, cara berpikir itu adalah hilir. Sedangkan karakter adalah hulunya.

Saudaraku, mari kita coba. Kita berpikir bahwa betapa penting firman Tuhan, maka kita melahirkan kata-kata “ingat, firman Tuhan, lho. Jangan jemu untuk mendengarnya”. Setelah itu, kata- kata itu mendorong kita atau keluarga “bersedia membaca dan mendengarkan firman Tuhan”. Itulah tindakan. Setelah itu, setiap pagi dan malam tanpa absen kita melakukannya, jadilah kebiasaan. Mengingat kita merasakan manfaat dari firman Tuhan, terbentuk karakter atau sifat kita. Yakni orang yang mencintai firman Tuhan.

Saudaraku, begitulah alur bagaimana cara berpikir kemudian membentuk karakter atau watak manusia. Tidak ujug-ujug. Ada prosesnya.

Pagi ini, firman Tuhan bisa kita mengerti seperti itu. Jika Anda dan saya ingin punya watak yang benar, adil, manis, yang terpuji, maka pertama-tama kita memikirkan hal itu semua. Kita berpikir betapa penting hidup dalam kebenaran, keadilan, hidup yang manis dan terpuji. Kelak, kita akan memperkatakan pentingnya. Lalu, kita mempraktekkannya.

Salah satu contoh, Kita berbuat adil di tengah keluarga. Anak-anak semua setara. Dalam keluarga terbentuk kebiasaan tidak membedakan satu dengan yang lain. Akhirnya, di keluarga itu, terbentuk sikap dan watak menghargai orang lain, apapun latar belakangnya.

Saudaraku, kita tentu ingin memiliki watak yang baik, adil, terpuji, dll. Untuk itu, harus dimulai dari apa yang kita sebut “pola pikir”. Itulah hilirnya. Nanti turun menjadi kata-kata, turun lagi menjadi perbuatan, terus melahirkan kebiasaan, dan ujungnya punya watak.

Karena itulah, firman Tuhan meminta agar kita mempunyai watak seperti Kristus. Dan nasihatnya adalah “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,” Kita mengikuti cara berpikir Tuhan Yesus. Berpikir itulah pangkal pertama yang patut kita miliki.

Kita berdoa: Tuhan, ajarlah kami mempunyai perhatian untuk membentuk pola pikir yang benar di mata-Mu dan sesama kami. Dari sanalah bermula kami bisa mempunyai watak kristiani.

Kami berdoa buat yang masih harus istirahat mandiri dan musti mengisolasi diri dari yang lain. Mampukan mengusir kebosanan. Berikan kesabaran, pengharapan dan hati yang gembira.

Kami serahkan para lansia, orang tua kami yang sudah sepuh. Kami percaya kehadiran-Mu membahagiakan mereka. Hadirlah atas mereka. Yang sakit diringankan. Yang kesepian dihiburkan. Dan para anak-anak dan keluarga memberi perhatian yang cukup.

Lindungilah kehidupan anak-anak jemaat, baik yang balita maupun remaja dan pemuda. Yang sakit jamahlah agar sembuh. Dan yang mencari jati diri, menemukan jati diri yang menuntun ke perkembangan diri yang baikdan sehat.

Seluruh doa ini, kami panjatkan dalam nama Yesus. Kabulkanlah, ya, Tuhan. Amin.

”Cara berpikir yang berkenan kepada Tuhan dan sesama, kelak membentuk watak penuh cinta kepada-Nya dan sesama.”

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Filipi 4:8