Pribadi Yang Tegar
Selamat pagi, bapak-ibu, opung, dan saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus. Puji Tuhan, kita semua memasuki hari baru. Bahan refleksi harian: Matius 15:27
Tetapi perempuan itu menjawab: “Benar, Tuhan. Namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”
Matius 15:27
Saudaraku, suatu proses yang mudah sering memakai ungkapan, “ bagaikan membalik telapak tangan”. Memang, apa susahnya membalikkan telapak tangan. Tidak memerlukan tenaga. Sekaligus prosesnya tidak memerlukan waktu dan perjuangan.
Dalam rangka meraih sesuatu atau menggapai keinginan, pastilah banyak orang menginginkan prosesnya semudah membalikkan telapan tersebut. Tapi bagaimana realitanya? Faktanya kita banyak diperhadapkan dengan proses tidak mudah dan menuntut kegigihan serta ketekunan. Seorang manusia untuk mampu bisa berjalan dan berlari, memerlukan waktu dan proses yang panjang. Minimal 10 bulan sejak dia dilahirkan ke dalam dunia.
Ya, selama itu seorang manusia untuk bisa berjalan dan lari. Jangan samakan dengan dengan hewan, seperti sapi misalnya. Begitu dilahirkan, sang induk menjilati tubuhnya, lalu sapi itu belajar berdiri dan dalam tempo dua- tiga jam sudah berjalan. Betapa cepatnya.
Saudaraku, kita semua hapal betul tentang penegasan Tuhan Yesus, bahwa bagi seorang yang mengetuk pintu akan dibukakan. Dan siapa yang mencari akan ia mendapatkan. Sabda ini, menjadi jaminan bahwa kita orang beriman saat meminta kepada-Nya tidak pulang dengan tangan hampa. Kita yang memohon kepada-Nya tidak pulang sia-sia.
Meskipun demikian, kita jangan mengartikan garansi itu bahwa kita mengetuk lalu dalam hitungan detik atau menit pintu dibukakan. Atau juga yang mencari, dalam prosesnya tidak memerlukan jerih dan juang. Bukti itu dalam firman Tuhan dialami oleh seorang perempuan Kanaan.
Sahdan ada perempuan yang memohon kepada Yesus agar menyembuhkan anaknya yang sakit. Sebuah permintaan bukan buat dirinya sendiri. Tapi buat buah hatinya, anaknya, yang menderita. Ternyata upayanya tidak seperti membalik telapak tangan.
Perempuan itu berhadapan dengan sikap tidak ramah para murid Tuhan Yesus. Mereka tidak punya empati atas penderitaannya. Justru sikapnya menghalang-halangi. Terlebih lagi, Tuhan Yesus pun ucapannya bernada penolakan. Tuhan Yesus menolak sambil menyamakan perepuan itu dengan mengumpamakanya seekor anjing.
Bisa saja, perempuan itu terluka dengan dua sambutan demikian. Karena keduanya seolah menutup pintu buat permintaannya. Namun, dia sadar bahwa ikhtiar atau usaha itu perlu perjuangan. Dengan gigih, ia tidak menolak ungkapan Tuhan Yesus. Dia akui posisi dan statusnya dengan rendah hati.
Saudaraku, pengalaman perempuan itu merupakan gambaran nyata kehidupan sesungguhnya. Bahwa ingin meraih dan memperoleh sesuatu tidak selalu gampang. Dan dari situlah kita ditempa dan didewasakan. Bandingkan dengan anak yang minta sesuatu kepada orang tua dan ia menerima sikap serba mudah dan serba boleh. Betapa manjanya kelak anak itu.
Karena itu, saat kita sakit, kita sabar menerima penyembuhan dari Tuhan ternyata membutuhkan waktu. Di situlah kesabaran kita ditempa. Atau, anak kita jadi sarjana bukankah mereka harus jatuh bangun juga. Yang tidak jatuh bangun yang kesarjanaannya hasil membeli. Itu memang mudah.
Hari ini, Saudaraku, jika kita menghadapi realitas tidak mudah dan berjumpa dengan sikap seseorang tidak ramah. Sebaiknya, jangan cepat patah arang. Apalagi cepat menyalahkan orang lain, atau Allah kita. Justru, kendala dan hambatan merupakan momen ujian apakah kita sabar atau tidak, gigih atau tidak. Kiranya kita bukan murid Tuhan yang cengeng, yang cepat menyerah oleh sebuah keadaan yang tidak mudah.
Kita berdoa: Tuhan, mampukan kami menjadi pribadi yang tegar saat menghadapi kesulitan. Dan mental baja saat menghadapi tantangan.
Kami mendoakan untuk mereka yang masih sakit dan dalam perawatan. Kiranya imunitas yang baik Tuhan karuniakan. Obat-obatan dan vitamin diberkati, sehingga memberi efek baik untuk pemulihan dan kesembuhan.
Kami bersyukur dengan mereka yang bertambah usianya. Semoga saudara kami menjalani hidup dengan pemeliharaan Tuhan. Karuniakan suka cita dan panjang umur.
Tuhan, sepanjang hari ini, peganglah tangan kami dan keluarga yang kami cintai, agar aman dari mara bara bahaya.
Doa ini, kami panjatkan dalam nama Yesus, Tuhan kami. Amin.