Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Kita bersyukur pagi baru telah datang. Dan kasih Tuhan telah menanti kita. Bersyukurlah kepada Allah.
Firman Tuhan hari ini dikutip dari kitab Bilangan 11: 33-34, “ Selagi daging itu ada di mulut mereka, sebelum dikunyah, maka bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa itu dan TUHAN memukul bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar. Sebab itu dinamailah tempat itu Kibrot-Taawa, karena di sanalah dikuburkan orang-orang yang bernafsu rakus.”
Saudaraku, masih ingat tindakan Allah atas Firaun yang keras kepala, yang menghalangi orang Israel keluar dari negerinya? Allah bertindak tegas dan keras. Allah marah, lalu menjatuhkan tulah atas Firaun dan rakyatnya.
Tulah adalah bencana. Tentu dashyat dan mengerikan suasananya. Kita ingat tulah atas Mesir di era Firaun. Peristiwa itu terjadi sampai sepuluh kali, dari mulai air menjadi darah sampai kematian anak2 sulung dari semua keluarga orang Mesir. Menakutkan.
Tentu saja saat turun tulah jerit tangis dan perasaan penuh kepedihan lahir dari orang tertimpanya. Firaun memang tidak kena tulah secara langsung, tapi rakyat Mesir menjadi koran utama. Itulah harga yang dipikul karena Firaun menghalangi orang Israel menghirup kebebasan.
Bagi Allah, kebebasan itu nilai utama. Kebebasan sangat berharga bagi manusia. Khususnya, Israel bebas dari perbudakan Mesir. Sehingga barang siapa yang menghambat akan berhadapan langsung dengan Allah. Dan akibatnya sungguh bencana tak terkira. Jerit penderitaan menjadi buah pahit yang harus ditelan.
Saudaraku. Ternyata, tulah yang efeknya mengerikan itu terjadi lagi. Siapakah orang-orang malang yang menanggung tulah Allah kali ini? Siapa yang kena? Ternyata, umat Israel sendiri. Tepatnya, sebagian orang-orang dari umat Allah itu. Ya, kali ini korban tulah justru orang Israel. Tentu mengagetkan. Mengapa bencana yang dasyhat itu, Allah jatuhkan pada umat-Nya sendiri? Bukankah Allah membela mereka dari Firaun, karena Ia mengasihinya. Mengapa kini tulah yang mengerikan menimpa di atas mereka?
Saudaraku, ada sebagian umat Israel yang gagal paham. Mereka yang sempit pikirannya. Mereka menyangka ketersediaan daging sebagai makanan enak, melebihi segala-galanya daripada nilai kebebasan. Mereka ini bersungut-sungut.
Dengan nada tidak puas, mengeluh menu makanannya cuma manna, roti sederhana. Sementara waktu di Mesir mereka sering makan daging. Lalu dari sana, mereka merongrong kepemimpinan nabi Musa. Di mata Allah, sikap itu bukan sebatas kerewelan biasa, tapi sudah pada taraf meragukan pemeliharaan Allah.
Betapa mudahnya mereka lupa, baru saja mereka mengalami Allah menjadikan laut menjadi kering. Kini, mereka meragukan kuasa pemeliharaan Allah. Dangkal sekali keimanan mereka atas Allah. Pendek sekali ingatan mereka atas kemahakuasaan Allah.
Saudaraku, Allah cepat merespon keluhan tersebut. Allah mensuplai burung-burung puyuh. Banyak dan berlimpah. Saking melimpahnya, tumpukan burung puyuh itu mencapai setinggi satu meter lebih di atas bumi. Segera mereka yang tidak puas itu mengumpulkan buat kebutuhannya sendiri. Saking rakusnya dan saking kalapnya, mereka bekerja mengumpulkan burung puyuh itu satu hari satu malam. Tidak mau istirahat.
Sayangnya, kelimpahan itu ternyata bukan berita gembira. Bukan berkat, tapi malah berujung bencana. Saat umat Israel itu siap-siap mengunyah daging puyuh yang gurih itu dengan rakusnya, Allah menjatuhkan tulah atas mereka. Allah menurunkan bencana kematian atas umat-Nya sendiri. Umat yang tidak pernah merasa puas, sekaligus meragukan kemahakuasaan-Nya.
Tragis, tewas saat mulut penuh daging. Kelimpahan yang berakhir tangis kematian. Mereka mati dengan mulut penuh daging yang lezat dan belum sempat menikmatinya.
Saudaraku, pelajaran mahal. Orang-orang yang rakus dan tidak pernah puas dalam hidupnya, mereka gampang lupa bahwa Allah kita sangat mengerti kebutuhannya. Allah kita mampu mencukupkan keperluan hidup kita. Sungguh, menjadi akhir hidup yang tragis bagi mereka yang meragu-ragukan Allah.
Kehadiran Kibrot Taawa adalah monumen untuk mengingatkan sebuah akhir hidup yang malang bagi mereka yang lupa betapa pentingnya kebebasan dan betapa baik-Nya Allah.
Saudaraku, hari-hari lalu Allah sudah mencukupkan hidup anda dan saya. Bahkan mungkin ada yang sampai berkelimpahan. Meski setiap orang dan keluarga berbeda tingkat kecukupannya. Tapi, kita harus mensyukuri kebaikan Allah ini. Mungkin, bagi sebagian orang, hari-hari lalu belum menerima berkat yang cukup. Dan saat sekarang ini makin sulit. Bersabarlah. Jangan bersungut-sungut. Tetaplah berusaha dan yakin atas pemeliharaan Allah. Ia tahu dan tidak lupa dengan kebutuhan hidup kita.
Jika sudah waktunya berkat Allah datang, maka tidak akan ada yang bisa menghalanginya. Demikian juga tidak akan tertukar. Jika memang Allah merancangkan berkat untuk kita, tidak akan meleset.
Semoga, pengalaman di Kibrot Taawa tidak pernah terulang dalam hidup kita maupun umat Allah yang lain. Mari kita jalani hari ini, dengan keyakinan Tuhan mencukupkan segala sesuatu buat kita dan seluruh anggota Jemaat Tuhan.
Kita berdoa, Allah Yang Maha Kuasa, kuatkan kami untuk hidup dengan percaya bahwa Engkau selalu mencukupkan hidup kami.
Berkati Tuhan hari ini, hari yang Engkau hadirkan. Kiranya kami semua menjadi berkat bagi keluarga, gereja dan sesama kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.