Allah Yang Menguatkan

Oleh Pdt. Supriatno

Bacaan: Yesaya 42: 3a

Selamat pagi, Saudaraku yang baik. Udara pagi hari di akhir pekan ini dapat kita hirup dan kita melanjutkan aktivitas harian di akhir pekan. Puji Tuhan. Halleluya.

Firman Tuhan di hari ini, “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya…”

Yesaya 42: 3a

Saudaraku, ada saatnya kita mengalami kelelahan. Bagi siapa yang melakukan aktivitas dari Senin hingga Sabtu ini dengan kesibukan tinggi, pasti lelah. Kita namai kelalahan fisik. Tenaga kita terkuras. Tubuh rasanya perlu istirahat. Kelelahan fisik obatnya relatif mudah. Saudara yang didera kelelahan fisik, beristirahatlah dengan cukup, niscaya pulih kembali kesegaran tubuh. Simpel. Tidak butuh waktu lama memulihkan kembali kebugaran tubuh dari kelelahan fisik. Apalagi istirahatnya disertai makanan yang sehat dengan porsi memadai, pasti tubuh kita segar kembali.

Lain halnya, kelelahan batin. Bukan fisik yang memikul beban berat, melainkan pikiran dan emosi yang terkuras. Kelelahan batin bukan disebabkan perjalanan jauh yang ditempuh atau mengangkat barang berat. Tentu bukan dan berbeda ketimbang kelelahan fisik. Termasuk juga berbeda cara atau metode pemulihannya.

Seseorang yang diperhadapkan dengan persoalan hidup yang belum terselesaikan atau ada harapan pribadi yang tak kunjung terealisasi, bisa menjadi sumber penyebab kelelahan batin. Dalam keluarga banyak sekali jenis problematiknya. Misal: pasangannya yang tidak setia dalam perkawinan, anak yang terkena kecanduan narkoba, orang tua yang abai tanggung jawabnya, ekonomi yang tidak cukup dibanding kebutuhan yang harus dipenuhi, sakit yang tak kunjungan sembuh, dan sederet lainnya. Persoalan itu tidak bisa selesai dengan beristirahat dan makan cukup.

Memang benar, istirahat cukup dan makanan yang sehat membantu stamina tubuh lebih tahan atas akibat kelelahan batin. Tapi itu bukan solusi yang membuat batin segar kembali. Dengan kelelahan batin yang belum terselesaikan, kita bisa sulit istirahat atau tidur. Pikiran melayang-layang, mengembara ke sana-kemari.

Pribadi yang mengalami kelelahan batin bisa terlihat dalam bentuk jiwa yang lesu. Tidak berdaya. Serba pesimis melihat dan meneruskan perjalanan hidup. Batinnya sesak. Murung. Pada tingkat tertentu kelelahan batin bisa menggerogoti ketahanan fisik, akhirnya sakit. Sakit yang dipicu emosi dan pikiran yang lelah. Dalam bahasa Alkitab, bagaikan “buluh yang patah” dan “sumbu yang pudar”. Buluh atau bambu, merupakan tanaman yang berongga seperti batang padi, jika tertiup angin keras, batangnya patah.

Kiasan lain yang dipakai adalah sumbu yang pudar. Jaman itu jenis lampu masih sederhana. Penerangan memakai sumbu dan disertai minyak. Jika kondisi sumbunya hampir habis maka penerangannya makin redup.

Demikianlah, Alkitab menggambarkan orang Israel yang mengalami pergulatan batin. Pergulatan batin yang lama dan tak kunjung tuntas. Tiupan angin kehidupan terlalu keras menerpa, sehingga mereka rasanya sudah patah semangatnya dan sulit ditegakkan lagi. Sudah hampir habis sumbu, sehingga semangat hidup mereka makin redup. Israel yang dibuang ke negeri orang lain bagaikan buluh yang patah dan sumbu yang pudar. Sudah lemah sekali daya tahan batin mereka.

Di saat kritis, yakni kelelahan batin seperti itulah, sang nabi Allah, Yesaya memberi pesan penguatan. Bahwa Allah tidak akan membiarkan buluh itu diputuskan, sumbu itu dipadamkan. Artinya Allah akan bertindak bagi Israel sehingga hidup mereka tegak kembali dan sumbunya terang kembali. Dengan demikian, solusi kelelahan batin manusia terletak pada kebaikan Allah. Allah yang hadir, menghibur dan melepaskan beban pikiran dan emosi orang yang dicintai-Nya.

Saudaraku, saya suka menaruh bunga dan potnya di kamar mandi. Satu-dua hari, bunga itu tetap segar. Asal disiram dengan air cukup. Tapi jika satu bulan bunga itu tidak terkena matahari, saya mulai melihat daunnya menguning dan layu. Maka, segera saya membawa keluar rumah agar mendapat sinar matahari. Beberapa hari kemudian, bunga itu segar kembali. Tidak jadi mati. Seperti itulah, saat jiwa, emosi dan mental kita down atau turun, dekatkanlah pada Tuhan. Allah yang dekat kita, itulah yang menguatkan kita, buluh tidak diputus dan sumbu tidak dipadamkan.

Kita berdoa, Tuhan, jika saat ini atau saat tertentu kami mengalami kelelahan batin, kira-Nya Engkau dekat kami dan kami membuka diri agar Engkau bekerja untuk memulihkan kesegaran batin kami. Karuniakan pada kami, kesegaran fisik maupun rohani kami.

Kami berdoa untuk Saudara kami yang memerlukan kehadiran Tuhan di dekat mereka. Khususnya, saudara kami yang sakit. Kami mendoakan yang dirawat agar tindakan Perawatan berhasil baik. Tuhan mengangkat kesakitan dan sumber penyakitnya melalui penanganan medis. Kami berdoa untuk kesehatan para lansia. Tolonglah agar para oma-opa kami ini bisa pulih kembali. Kami pun membawa saudara kami yang sakit supaya kuasa Tuhan bekerja atas mereka, agar esok atau lusa sehat kembali.

Ya, Tuhan, kiranya hari ini kami tetap bisa menjumpai kasih-Mu, sehingga kami masih tetap optimis dan bisa tersenyum penuh suka cita di hari ini.


Dalam nama Yesus, dengarkanlah dan kabulkan doa kami.