Berbagi Tugas

Oleh Pdt. Supriatno

Bahan: Keluaran 18:17-18

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Marilah kita semua bersyukur kepada Allah yang terus menghindupi kita dengan segala berkat-Nya.

Firman Tuhan pagi ini, ” Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja”.

Keluaran 18:17-18

Saudaraku, setiap orang saat tertentu butuh nasihat. Terutama ketika merasa ada pergumulan yang tidak bisa diselesaikannya sendiri. Demikianlah yang terjadi atas orang Israel. Mereka mencari nasihat pada Musa. Berhubung yang memerlukan nasihat begitu banyak, dan hanya nabi Musa sendiri yang meladeni, akhirnya semua pihak lelah. Karena banyaknya yang butuh nasihat, akibatnya mereka menunggu berjam-jam, sedangkan nabi Musa pun kewalahan.

Mertua nabi Musa, imam midian bernama Yitro melihat hal demikian harus diubah. Sekarang, giliran nabi Musa yang butuh dinasihati. Yitro menyarankan agar Musa memilih pemimpin lain secara berjenjang. Ada pemimpin sepuluh orang, seratus orang, seribu orang agar tercipta distribusi tugas. Sehingga kepemimpinan tidak menumpuk pada satu orang, yakni pada nabi Musa saja.

Dengan demikian, terbentuklah corak kepemimpinan yang tidak terpusat pada satu orang. Tiap-tiap jumlah tertentu harus ada pemimpinnya. Inilah pola kepemimpinan yang kemudian dikembangkan dunia modern sebagai corak yang bersifat partisipatif. Artinya, semua orang dengan kelebihannya berpartipasi dalam menjalankan proses kepemimpinan. Di gereja pemimpin tidak hanya pendeta sebagai pemimpin tunggal, tetapi melibatkan unsur non-pendeta. Dan jelas, hasilnya lebih baik.

Saudara, dengan adanya proses nasihat itu menunjukkan setiap manusia terbatas. Memang kita punya kelebihan namun tidak semua dapat kita tangani sendiri. Termasuk seorang nabi sekaliber Musa. Dalam keluarga ada pembagian tugas, supaya semua berjalan baik dan efektif. Suami mengerjakan apa dan istri melakukan apa, tidak mungkin semua diserahkan pada satu orang. Di kantor pun sama, kesadaran setiap orang terbatas dan pihak lain punya potensi, maka tidak boleh bertumpu pada satu orang saja.

Hal lain juga yang patut mendapat perhatian adalah tidak boleh dalam hidup bersama hanya berdasarkan keinginan satu orang saja. Tidak boleh keinginan sendiri yang harus dijalankan. Semua ide dan keinginan harus diwadahi. Seorang pemimpin yang hanya keinginan dirinya saja yang harus dipenuhi, itulah yang namanya otoriter. Kepemimpinan seperti ini tidak sehat. Di gereja maupun dalam kehidupan negara hanya keinginan satu orang tidak baik. Seolah-olah gereja atau negara merupakan milik pribadinya.

Dalam pengalaman, gereja yang hanya melaksanakan keinginan satu orang rapuh mengalami perpecahan. Prihatin. Yang tidak puas keluar, lalu bangun gereja baru. Negara yang dikelola secara otoriter, pada saatnya rakyatnya tidak puas. Ujungnya, bisa terjadi upaya penggantian pemimpin secara paksa. Yang paling parah adalah terjadinya peralihan kekuasaan.

Bagi kita, janganlah kita menutup telinga kita bila memang kita butuh nasihat, khususnya dari orang tua yang bijak dan berpengalaman, seperti Yitro buat nabi Musa. Musa sebagai nabi tidak merasa diturunkan martabatnya dengan menjalankan nasihat Yitro. Malah, dia merasakan tugas dan pola kepemimpinan yang dijalankannya jadi lebih tepat. Di sini perlu kerendahan hati, mau mendengar dan menjalankan nasihat yang tepat. Sikap kerendahan hati yang justru bisa membawa seseorang lebih maju dan berkembang. Seperti halnya dengan nabi Musa dan umat Israel.

Dan kiranya dalam hidup berkeluarga pun tidak hanya satu suara yang dominan. Musyawarah dalam memutuskan perkara keluarga jauh lebih indah dan sehat. Demikian juga, dalam kehidupan berjemaat, di komisi, di majelis. Semua suara mendapat tempat. Tidak cuma satu orang dan cuma satu orang yang memutuskan.

Kita berdoa, Tuhan, kiranya kami membuka hati kami untuk menerima nasihat-Mu. Kiranya kami juga terbuka atas nasihat baik dari orang yang punya niat dan hati baik.

Berkati kami hari ini, semoga karunia berkat-Mu mengiringi langkah kami, orang tua kami, anak-anak kami dan semua orang yang kami kasihi. Dalam nama Yesus, permohonan ini kami panjatkan. Amin.