Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma, mbak-mas, Saudara-saudaraku yang baik. Terpujilah Tuhan Yesus yang telah menang atas maut.🙏🏻🌺
Bacaan diambil dari Yohanes 20:25, “Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ”Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”
Saudaraku, dalam sebuah keluarga tentu terdapat keragaman watak, kepribadian dan mental para anggotanya. Ada yang lembut dan pendiam. Ada pula yang terbuka. Mengutarakan sesuatu tanpa tedeng aling-aling. Straight forward. Meskipun secara fisik punya kemiripan, tapi bagaimanapun tidak punya kesamaan mental, karakter dan kepribadiannya.
Kristus bangkit. Segera kabar itu menjadi viral dari mulut murid yang satu ke lainnya. Segera andrenalin mereka beredar kencang. Para murid Tuhan Yesus sangat antusias menyambutnya. Bersemi kembali iman dan semangat yang sempat layu. Mereka bersatu kembali. Reuni, setelah sempat tercerai berai.
Saudaraku, ternyata tidak semua murid matanya berbinar oleh suka cita dan harapan oleh karena kabar itu. Tomas berbeda. Ia malah memberi pernyataan menantang. Bahwa ia tidak akan sekali-kali percaya jika tangannya belum mencucukan di bekas luka Tuhan Yesus. Ia ingin melihat bukti dengan mata kepala sendiri.
Ia beda sendiri. Ia ragu-ragu. Skeptis. Tipe Tomas ini bisa bikin gregetan teman-temannya. Buat orang tidak sabaran bisa mengatakan, “koq, tidak percaya?”. “ Sudah kita tinggalkan saja dia”. Tomas lambat merespon. Slow respon.
Saudaraku, Tomas bisa saja punya pertimbangan sendiri dengan sikapnya. Ia berhati-hati dengan kabar baru sekitar kebangkitan. Ia tidak mau itu bersifat hoax, sebab salah-salah ia akan kecewa dua kali. Ia ingin berita itu dilandasi fakta. Thomas tidak mau jatuh dalam kekecewaan dua kali dan lebih dalam lagi. Karena cenderung ragu-ragu, bahkan bisa digolongkan orang kurang percaya.
Saudaraku, bagaimanakah sikap Tuhan Yesus tatkala penerimaan para murid-Nya beragam? Ada yang segera percaya, tapi ada pula tipe seperti Tomas, yang ragu-ragu.
Tuhan Yesus merangkul para murid-Nya yang antusias menyambut kabar kebangkitan. Ia mengapresiasi mereka. Pada sisi lain, Tuhan Yesus tidak meninggalkan Thomas dengan pendiriannya. Yang punya semangat ditemui, yang lambat dicari. Tuhan Yesus tidak mau ada yang tercecer. Karena itu, Ia menemui Thomas dan berdialog. Ia perlihatkan bekas luka itu. Ia minta agar Thomas mengkoreksi pendiriannya dan agar menjadi percaya.
Tampak Tuhan Yesus, menghargai keanekaragaman para murid-Nya. Yang kuat dijaga agar tetap kokoh. Yang lemah dan keliru diluruskan agar tetap menjadi bagian murid-Nya. Ia memperlakukan semua sama. Tidak ada favoritisme buat yang imannya lebih kuat dan menelantarkan yang lemah dan ragu-ragu.
Saudaraku, di tengah sebuah keluarga ada yang punya kelebihan, ada yang biasa-biasa saja. Tetapi ada yang kurang. Sebagai orang tua tentu gagal dan salah jika bersikap favoritisme ke anak tertentu lantaran kelebihannya. Orang tua akan memperlakukan sama. Mengapa? Karena semua buah hatinya.
Syukurlah, Tuhan Yesus menempatkan mayoritas para murid-Nya yang semangat imannya diapresiasi dengan baik. Begitupun dengan Tomas, Ia hampiri dan rangkul. Semua dirangkul sebagai buah hati-Nya. Kita yang kuat jangan tinggi hati dan kita yang lemah tidak perlu rendah diri. Ia menyayangi kita semua.