Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, Saudaraku yang dikasihi Tuhan. Perjalanan kita kini memasuki akhir pekan, kita bersyukur kepada-Nya baik dalam duka maupun suka.
Firman Tuhan menyatakan, ” Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” Galatia 5:22-23
Saudaraku, rasul Paulus mengingatkan bahwa ada dua hal dalam sosok manusia, yaitu daging dan roh. Daging itu bukan pengertian daging yang kita ketahui secara umum saat ini. Daging yang kita kenal sehari-hari adalah bagian lunak yang dilapisi kulit dan mekekat pada tulang. Bukan daging yang ada pada hewan atau manusia seperti itu.
Daging yang dimaksud firman Tuhan adalah sarx, dalam bahasa Yunaninya, sifat kemanusiaan yang buruk. Seseorang yang mencuri, mabuk, mengamuk tidak terkendali, egois, membuat ujar kebencian, memfitnah, itu semua tindakan bersifat kedagingan. Dan rasul Paulus menyatakan, sifat kedagingan itu seharusnya disalibkan atau dibinasakan saja.
Sisi lain dari keberadaan Anda dan saya sebagai orang beriman adalah Roh. Sifat kebaikan yang hadir dalam diri kita. Roh ini bisa berbuah. Nah, deretan kebajikan di atas, yakni kesabaran, lemah lembut, perduli atas mereka yang kesusahan, kasih, kegembiraan itulah semua berkaitan dengan Roh.
Jika dipampangkan antara daging dan Roh, kita bisa melihat hal berbeda sekali. Bila warna, yang satu hitam dan satunya lagi putih. Daging itu perilaku yang sifatnya merusak kehidupan manusia yang bermartabat. Sedangkan Roh menuntun kita bisa berbuat hal yang luhur.
Bahwa daging itu hitam, sedangkan Roh itu putih, maka jelas hendaknya hidup kita semua memilih yang putih. Sebab, hidup di dalam Kristus semestinya kita menghasilkan buah-buah Roh. Jangan kita asyik bergelimang hidup dalam “dunia hitam”. Karya Kristus di dalam kita menuntun kita hidup dalam roh.
Rasul Paulus mengutarakan ini, pasti ada sebabnya. Ia menasihati kita agar jangan hidup dalam daging, melainkan dalam pimpinan Roh. Berawal saat ia melihat, tentu sambil prihatin, orang-orang pengikut Kristus yang hidup di Galatia waktu itu. Rasul menemukan perilaku dan pola hidup mereka masih asyik dengan kedagingannya (sarx). Dengan kalimat lain, “katanya sudah kristen, nyatanya perilakunya tidak jauh beda seperti sebelum mengikut Yesus.”
Saudara, jika seseorang mengaku pengikut Kristus mau tidak mau mempunyai hal yang baru dan berbeda. Yakni kesediaan hidupnya dipimpin oleh Roh. Mengaku pengikut Kristus tapi hatinya menyimpan iri, dendam, selingkuh, merampas kepunyaan orang lain, senang bikin hoax, kejam, masa bodoh atas orang yang menderita. Lalu apa arti kekristenannya? Itu bagaikan kuburan. Di luar tampilannya bagus, bagian dalamnya tulang belulang.
Jika kita hidup dipimpin daging jelas kehidupan macam apa yang dihasilkan. Pola hidup kedagingan yang diterapkan di keluarga pasti akan menghasilkan keluarga yang penuh konflik, bagaimana tidak konflik sifat marah terus dilestarikan. Ucapannya penuh kecaman atas yang lain. Siapa yang betah hidup dalam keluarga, di mana lebih banyak kata cacian daripada pujian tulus. Anak-anak akan lebih banyak menghabiskan waktu di luar bersama temannya, daripada tinggal di rumah yang penuh bara. Panas, bukan sejuk.
Pasti lain, keluarga yang dibangun dengan anggotanya hidup dipimpin Roh. Orang tua mengutamakan suasana senang dapat tercipta untuk anak atau cucunya. Satu kesulitan yang dihadapi salah satu anggota keluarga, segera yang lain menopang dan meringankan. Dapat rezeki dijadikan berkat buat bersama. Bukan dihabiskan sendiri dan sembunyi-sembunyi. Anak hormat pada orang tua. Takut atau patuh pada Tuhan tanpa perlu disuruh-suruh, dan tidak dikerjakan dengan terpaksa.
Begitupun, sifat saling melayani menjadi budaya, atau kebiasaan yang ditanamkan sejak dini. Semua memperlihatkan sikap terpuji, sehingga suasana keluarga itu hangat dengan cinta kasih. Relasi antar satu dengan yang lain terasa sejuk. Sebab diwarnai ucapan lembut dalam berkomunikasi. Itu semua mungkin bila Roh yang memimpin hidup kita.
Saudara, memang hidup dalam pimpinan Roh tidak segampang membalikkan tangan. Kita sadar itu sulit. Tapi bukan tidak mungkin diwujudkan. Tentu, butuh kesungguhan dan pertolongan Tuhan sendiri. Kita sadar hal itu. Meskipun demikian, kita tidak cepat menyerah dengan dalih: ah, itu sulit, tidak mungkin, pasti tidak mampu.
Tentu, hidup dipimpin Roh adalah perjuangan. Meski demikian, kelak saatnya kita akan memetik buah dari sebuah perjuangan yakni indahnya corak hidup dipimpin Roh.
Firman Tuhan mengajak saya dan anda serta kita semua hadir di akhir pekan ini, dengan senyum, sapaan hangat, pelukan penuh persaudaraan, uluran tangan tanda hidup berdamai, tatapan mata yang menandakan kesediaan berkomunikasi. Ya, kita dengan itu semua tanda bahwa kita hidup dipimpin Roh.
Kita berdoa, ” Tuhan, kami ingin selalu terbuka dipimpin oleh Roh-Mu, agar kami membangun hidup yang penuh kebajikan dan kasih sayang.
Tuhan sertai aktivitas kami hari ini. Jauhkan dari bahaya dan karuniakan kesehatan. Kami beserta keluarga hidup dan berkarya, dengan hidup dalam pimpinan Roh-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.