Oleh: Pdt. Supriatno
Bahan: 1 Raja-raja 29:11b-12
Selamat pagi, seluruh Saudara-saudaraku yang baik. Kita berjumpa lagi dengan sama-sama memasuki hari Senin. Mari, selaku orang percaya kita memberikan hati, suara, pikiran dan tenaga mewujudkan pujian dan syukur kepada Allah.
Firman Tuhan hari ini, “Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. (12) Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa.”
1 Raja 29:11b-12
Saudaraku, setiap orang pasti mengalami kelelahan. Lelah setelah melakukan kegiatan fisik, seperti antara lain: memasak, menyetir kendaraan, berjalan jauh, dan olah raga. Tubuh kita capek dan nikmatnya rasanya jika duduk berbaring untuk istirahat. Kelelahan juga kita alami disebabkan faktor lain, yakni tekanan psikologis. Seseorang yang terkuras pikirannya bisa karena belajar, banyak pikiran yang bercabang-cabang atau disebabkan ketakutan tak kunjung habis. Itu pun bisa membuat seseorang lelah secara kejiwaan.
Seorang nabi tidak terkecuali. Dia bisa mengalami kelelahan, bahkan kelelahan fisik dan psikologis secara bersamaan. Pengalaman demikian, dialami nabi bernama Elia. Ia melarikan diri ke padang gurun. Melakukan perjalanan ke padang gurun pasti menguras tenaga. Panas, jauh dan haus menjadi satu. Pergi ke tempat seperti itu jelas membuat tubuh cepat lelah.
Selain itu, dia pergi ke padang gurun bukan buat piknik. Dia menyelamatkan diri. Nyawanya terancam. Dia bersembunyi dari kejaran tentara utusan Izebel, ratu yang mau membunuhnya. Tentu, perjalanan demikian, menguras pikirannya dan menggelisahkan hatinya. Pergi wisata meski jauh dan sulit, bisa membawa rasa senang di hati. Beda, dengan perjalanan Elia ini.
Secara fisik dan psikologis sang nabi, Elia lelah. Ia frustasi. Sudah mengalahkan 450 nabi Baal. Bukannya Izebel, sang ratu memuji tindakannya yang berani dan heroik itu. Ia malah berbalik hendak membunuh Elia. Sampai-sampai nabi Elia putus asa, “Sekarang, ya, Tuhan, ambillah nyawaku”. Ini ekspresi seorang yang amat lelah dan menyerah pasrah. Ada nada jengkel, sekaligus protes seolah-olah dia menghadapi kesulitan sendirian.
Saudaraku, apa yang dilakukan Allah untuk menunjukkan tanda Ia hadir, sekaligus memulihkan kelelahan fisik dan batin nabi-Nya. Allah memberinya makan. Ya, aktivitas sehari-hari. Bukan tindakan mujizat yang bombastis, tapi tepat. Makan adalah kebutuhan tepat buat yang lelah fisik agar segar kembali.
Selain itu, Allah datang dalam angin sepoi-sepoi. Tidak dalam bentuk yang “wahh..”. Allah tidak hadir dalam gempa yang dashyat dan angin kencang luar biasa. Setelah gempa datang api. Di situ pun Allah tidak hadir.
Lalu di mana? Ternyata Allah ada di dalam ketenangan. Angin sepoi-sepoi itu keheningan. Ya, melalui keheningan itulah nabi Elia menemukan Tuhan. Di tengah perjumpaan dengan Allah di tengah hal sederhana dan hening itulah, memancar kuasa Allah. Dari sanalah nabi Elia merasakan terjadinya pemulihan batin dan emosi yang lelah.
Saudaraku. Kita pun pasti mengalami kelelahan, sebagaimana pengalaman nabi Elia. Cara Allah memulihkan nabi-Nya yang mengalami kelelahan ganda, bisa juga dilakukan-Nya atas Anda dan saya. Makanan hal sederhana. Rutin. Tapi, sebenarnya di balik kehadiran makanan kita melihat kehadiran Tuhan yang setia memelihara.
Demikian juga, kita memerlukan keheningan. Saat teduh. Suasana yang tidak hiruk pikuk. Dalam keheningan itulah, kita menemukan Tuhan yang menyegarkan kembali pikiran, jiwa dan emosi kita.
Jadi, Tuhan hadir itu bisa dalam bentuk-bentuk sederhana. Ada Allah di balik hal kecil (small things). Hari ini, jika kita memasuki pagi, nikmati keheningan itu. Rasakan kehadiran Allah. Kini, masa pandemik orang yang tadinya suka ibadah yang ‘ramai’ dan ‘meledak’. Ibadah bagaikan panggung hiburan. Kini, diubah. Ibadah lebih sederhana dan keheningan. Kembali ke inti ibadah. Kita melihat Allah menemui Elia di saat hening. Sepi. Tapi, kuasa dan kehadiran-Nya dirasakan.
Kita berdoa, “Tuhan, saat kami lelah kiranya Engkau menemui kami, agar kami disegarkan ulang.
Kami juga berdoa, buat mereka yang terus setia kepada-Mu. Semoga berkat-Mu yang indah turun atas mereka dalam wujud kesehatan dan keamanan. Semoga mereka bersuka cita dan bahagia. Mereka masing-masing menyambut hari ini dengan kegembiraan.
Doa- doa ini kami panjatkan kepada-Mu dalam nama Tuhan Yesus. Amin.