Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, opa-oma, ibu-bapak, mas-mbak dan Saudara-saudaraku yang baik. Selamat pagi. Patutlah kita selaku anak-anak Tuhan mengucap syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Juga syukur atas kemenangan Kristus atas maut.
Firman Tuhan hari ini adalah,” Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Yohanes 9:4b
Saudaraku, pasti tahu sebuah judul lagu yang cukup terkenal “hidup ini adalah kesempatan”. Kata kesempatan menunjukkan ada waktu yang tengah kita miliki, besok bisa jadi tidak lagi. Dan yang namanya kesempatan bisa tidak terulang kembali.
Kesempatan suka identik dengan hal yang terjadi satu kali. Masa muda tidak akan pernah terulang lagi. Meski sekarang ada perkembangan teknologi operasi plastik yang membuat orang menjadi lebih muda penampilannya. Tapi, tetap saja masa mudanya jika sudah lewat tidak bisa dikembalikan lagi. Bukan hanya masa muda saja, banyak hal bersifat kesempatan.
Kumpul dan tinggal satu atap dengan orang tua dan saudara kandung itu juga kesempatan. Berkaitan dengan itu, kebersamaan itu merupakan kesempatan yang musti dikelola sebaik-baiknya dan seindahnya. Kelak hal itu tidak akan terulang. Mengapa? Karena ada waktunya semua saudara kita dan anak kita memisahkan diri. Mereka tinggal sendiri, atau menata hidup masing-masing. Mereka punya keluarga sendiri atau hidup mandiri lepas dari orang tua. Akhirnya, ada saat bagi sebuah pasangan suami-istri, tinggal “kembali modal”, hidup berdua lagi.
Tuhan Yesus juga berbicara tentang kesempatan. Dia menggunakan kata “selama masih siang”. Istilah itu menunjuk selagi kita punya waktu. Sedangkan “malam” tanda berakhirnya kita bekerja. Dengan kata lain, hidup kita sudah berakhir. Jadi, selagi kita hidup itu merupakan kesempatan. Karena jika sudah berakhir hidup di dunia ini tidak lagi bisa berbuat atau berkarya apa-apa. Dengan demikian, Tuhan Yesus mengajak agar tidak menyia-nyiakan waktu hidup kita. Selagi kita bernafas, maka itu pertanda masih siang. Dan panggilan kita untuk bekerja.
Bekerja di sini adalah berbuat baik. Tuhan Yesus mengajarkan, agar Jikalau kita melihat ada orang yang susah, bukan untuk menyalahkan dosa siapa yang menyebabkan hal itu. Melainkan, itu sebuah kesempatan bagi kita mengisi kebaikan untuk orang itu selagi kita masih memiliki “hari masih siang”.
Dalam bahasa populer diungkapkan dengan kata “mumpung”. Tapi, dengan isi dan tujuan positif. Mumpung kita masih hidup, kita melayani Tuhan. Kalau sudah mati, kita yang butuh dilayani. Mumpung orang tua kita masih ada, kita cintai semaksimal mungkin. Jika orang tua sudah tidak ada, kita tidak bisa menyapanya dengan cinta kasih. Mumpung kita masih diberi kemampuan berjalan, silaturahmilah dengan saudara dan tetangga. Berkunjunglah ke rumah mereka. Karena, jika sudah kena osteoporosis betapa menderitanya kaki kita untuk bisa melangkah. Mumpung kita masih aktif bekerja, dana yang kita miliki cukup tersedia, bantulah orang-orang yang membutuhkan. Karena jika sudah pensiun keuangan akan terbatas.
Jadi, sikap bijak bestari akan menjadi milik kita, saat kesempatan itu kita manfaatkan sebaik-baiknya sehingga kita bisa produktif berbuat baik. “Hari masih siang” mengingatkan kita ada waktu berharga yang dikaruniakan Tuhan atas kita. Hal berharga yang jangan disia-siakan. Jangan dibiarkan lewat begitu saja, kita musti berbuat hal yang bermakna.
Hari ini, masuk dalam Minggu Paskah. Kemarin kita merayakan kebangkitan Kristus. Dia menang atas maut. Maut yang gelap telah dipatahkan. Yesus yang berdaya sedangkan maut tidak berdaya. Kebangkitan itu menandakan hidup itu berharga. Alangkah bagusnya hidup hasil perjuangan karya Kristus itu kita tata.
Untuk itu, kita musti merawat kehidupan, baik pribadi maupun persekutuan. Jangan kita menenggelamkan diri pada kegelapan. Kegelapan sama dengan hidup yang sia-sia. Jangan begelimang dalam kegelapan. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kemenangan Kristus.
Dengan kata lain, hidup yang aktif bekerja selagi masih ada kesempatan. Itu sama dengan menghargai kemenangan Kristus. Amin.