Oleh Pdt. Supriatno
Mazmur 46:2-3
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Perjumpaan dengan kasih Tuhan selalu membawa kelegaan dan suka cita. Seperti Zakeus yang meluap suka citanya karena Tuhan Yesus mau menjumpainya di rumahnya.
Firman Tuhan pagi ini, ”Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut.”
Mazmur 46:2-3
Saudaraku, sebuah kejadian berpotensi mengancam nyawa membawa akibat psikologis. Ada yang takut, malah mungkin panik. Terutama mereka yang mempunyai posisi dekat dengan sumber ancaman. Bayangkan terjadinya banjir yang disebabkan meluapnya sungai. Pasti penghuni rumah dengan lokasi di tepi sungai itu, bagaimanapun mengalami kecemasan.
Ancaman apapun bentuknya, apakah dari alam atau dari manusia, menimbulkan rasa cemas dan gelisah. Ketakutan akan lahir dari hati seseorang. Pada dasarnya sebuah ancaman punya dampak merugikan. Apakah itu kerugian harta benda bahkan nyawa sekalipun. Tidak mengherankan setiap manusia menghindari ancaman, dan bersikap waspada atas kehadirannya.
Saudaraku, situasi itulah yang dihadapi orang-orang percaya, seperti yang kita lihat dalam mazmur ini. Hidup mereka diperhadapkan dengan ancaman. Bahkan bisa menimbulkan efek kesesakan. Suatu keadaan yang menimbulkan kesusahan jiwa. Tidak tenang. Dalam bahasa populer hati yang “galau”.
Meski demikian, orang beriman mampu menghadapinya dengan tegar. Ketakutan tidak menguasai hati mereka. Apa kuncinya? Kuncinya adalah kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka di saat yang tidak mudah itu. Pemazmur dengan tegas menyatakan, “sekalipun bumi berubah. Sekalipun gunung-gunung goyang..”, orang percaya tidak akan surut iman dan keberaniannya.
Saudara, hidup di sebuah kota besar tentu tak lepas dari ancaman. Kadang kita mendapat kiriman video tentang modus kejahatan. tentu video itu dikirim agar kita waspada. Tetapi juga, makin menyadarkan kita betapa ancaman kejahatan itu makin canggih dan tak terduga.
Tentu, ancaman bahaya itu muncul dari berbagai sumber: bisa lalu lintas, penipuan, demo anarkis. Sampai pada ancaman yang mengganggu kesinambungan hidup kita dan masa depan kita, misalnya kena PHK. Takutkah kita? Gentarkah kita? Secara wajar, sesekali muncul juga rasa gentar dan takut.
Saudaraku. Waktu saya tinggal di Bandung, punya pengalaman mencekam. Saya pulang ke Bandung dari Jogjakarta menggunakan pesawat baling-baling. Hujan di atas kota Bandung deras sekali. Awan tebal. Jarak pandang pendek sekali karena langit sangat gelap. Berkali-kali pesawat berusaha mendarat tapi gagal. Sehingga cukup lama pesawat berputar-putar. Sampai akhirnya ada pengumuman dari pilot bahwa pesawat harus kembali ke Jogjakarta.
Saya berusaha melirik penumpang di satu deretan. Semuanya memperlihatkan wajah lega. Setelah dicekam ketakutan. Kemudian pesawat mendarat kembali di bandara Adi Sucipto. Menunggu kabar situasi cuaca, penumpang boleh turun dari pesawat. Akhirnya, pesawat berangkat kembali ke Bandung. Saya lihat beberapa kursi jadi kosong. Rupanya mereka membatalkan diri naik pesawat itu lagi. Bisa dimengerti, mereka pasti tidak ingin mengalami ketakutan berulang.
Kali ini, cuaca lebih baik. Pesawat bisa mendarat di bandara Husein dengan selamat. Pesan yang saya hendak sampaikan bahwa sesuatu yang kita takuti ternyata tidak selalu menjadi kenyataan. Tentu, waktu itu saya pun dilanda ketakutan. Dua hal yang saya lakukan untuk mengatasinya, pertama: berdoa. Menenangkan diri. Siapapun dalam situasi demikian nama Tuhanlah yang paling banyak disebut. Saat berkali-kali pesawat tidak bisa mendarat, doa sungguh membantu meredakan kecemasan. Kedua, saya mensugesti diri, bahwa betapa beruntungnya saya. Karena untuk 2 kali perjalanan, saya hanya perlu bayar satu kali saja.
Saudaraku. Kita bersyukur, pagi ini pemazmur mengingatkan ada kekuatan yang lebih besar dari segala ancaman yang kita hadapi. Yaitu Allah yang terbukti kehadiran-Nya mampu menghalau ancaman atas diri kita. Allah lebih besar dan berkuasa dari apapun. Dialah yang membentengi kita, anak-anak kita, cucu-cucu kita, pasangan hidup kita, saudara-saudara kita, dari resiko yang ditimbulkan sebuah ancaman. Dengan demikian, mari pagi ini kita melangkah pasti. Berani beraktivitas. Jangan biarkan ketakutan mengatur hidup kita. Melainkan, biarlah Allah saja yang mengatur hidup kita.
Kita berdoa, Tuhan, kehadiran-Mu itulah pangkal keselamatan kami. Kiranya Engkau menjadi Benteng perlindungan kami di sepanjang hari ini.
Tuhan, kami punya banyak alasan untuk kami takut. Tapi, sebagai orang beriman kami kehadiran-Mu kiranya menjadikan kami tidak takut. Sebab Engkau beserta kami sepanjang hari ini. Berkati aktivitas kami.
Dalam nama Tuhan Yesus, doa ini kami panjatkan. Amin.