Mazmur 25:20-22
Sering kali kita berbicara mengenai sisi negatif dari kehidupan tanpa melihat sisi positifnya. Kadang muncul pemikiran ”sudah jatuh, tertimpa tangga” ketika menghadapi masa-masa yang sulit dalam kehidupan. Ketika kehidupan tidak terasa menyenangkan lagi dan mulai membuat langkah terhambat, rasa ingin menyerah bahkan berhenti berjuang selalu menghantui perasaan kita. Belum lagi ketika perasaan bersalah terhadap kegagalan kehidupan yang kerap kali muncul pada saat membangun kehidupan yang lebih baik.
Dalam bacaan Alkitab hari ini Daud menjabarkan perasaan terpuruknya atas peristiwa-peristiwa buruk yang menimpa dirinya. Daud menyesali kesalahan atas perbuatan jahatnya terhadap Uria dan Batsyeba. Hal ini membuat dirinya mengganggap bahwa ia adalah seorang raja yang tidak berkenan di hadapan Allah. Ia menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya menjadi dosa besar di hadapan Allah dan mendatangkan bencana dalam kehidupannya.
Melihat hal ini, Daud segera mengakui segala dosa dari perbuatannya dan berbalik pada Allah. Ia meminta pertolongan pada Allah, tidak meninggalkan Allah, dan mengingat semua kebaikan Allah dalam setiap kehidupan yang sudah ia lalui. Sebagai orang yang bertanggungjawab, ia mau menerima semua konsekuensi dari setiap kesalahan yang pernah dilakukannya. Daud tetap menjadi seorang yang tulus dan berserah kepada rencana Tuhan karena ia mengetahui bahwa Tuhan yang ia sembah akan menjaganya.
Sikap tulus dan berserah kepada rencana Tuhan ketika menghadapi kesulitan hidup menjadi hal yang penting. Sikap ini yang dituntut oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Ketika menghadapi kesulitan, kita sering mencari kesalahan orang lain bahkan Tuhan, karena apa yang sudah kita rencanakan tidak berjalan sesuai dengan yang kita rancangkan.
Sebagaimana doa Daud yang meminta perlindungan pada Tuhan, maka hendaknya kita terus memiliki sikap tulus dalam menjalani kehidupan. Walaupun banyak masalah dan merasa tidak layak di hadapan Tuhan, Daud tetap berserah dan tulus melakukan semua kehendak Allah dalam hidupnya. Ia tetap meyakini adanya perlindungan Tuhan. Dalam doanya ia berkeyakinan bahwa “jagalah kiranya jiwaku dan lepaskan aku; janganlah aku mendapat malu, sebab aku berlindung pada-Mu”(ayat 20).
Ketulusan Daud dalam keyakinan akan kasih Tuhan yang melindunginya menjadi sebuah pelajaran penting hari ini. Kasih Tuhan yang akan terus mengawal umat-Nya pada pembebasan dari kesesakan kehidupan (ayat 21-22). Sebagai umat Allah yang percaya kepada kuasa Allah, terutama dalam menghadapi masa pandemik yang tidak mudah ini, ketulusan bahkan iman kita diuji untuk tetap meyakini penyertaan-Nya dalam menjalani hidup.
Sikap yang tulus, jujur, dan percaya terhadap kasih penyertaan Tuhan akan membawa kita kepada perjalanan iman bersama dengan Allah yang tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Hal ini akan membawa kita kepada rasa syukur dan terharu bahwa dalam kesesakan yang kita alami, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita meski kita sering melupakan-Nya. Teruslah lakukan ketulusan dan kebaikan bersama dengan Tuhan meski banyak rintangan menghalangi. Teruslah yakin akan penyertaan dan perlindungan-Nya. Kristus menyertai kita. (JKAW)
Pertanyaan Pendalaman:
- Apa yang Saudara rasakan ketika mengalami kesulitan hidup yang bertubi-tubi?
- Pernahkah Saudara merasakan penyertaan Tuhan ketika melalui kesulitan hidup?