Pesparawi Lansia Klasis Bogor 2024

Pesparawi: Lansia Sehat Membangun Kekuatan Emosional Antar Gereja

Menjadi tua itu pasti. Namun, tetap aktif dan berkontribusi positif dalam kehidupan komunitas adalah pilihan.

GKP Klasis Bogor memilih untuk terus memberikan ruang bagi para sepuh untuk terus berkontribusi. Kali ini dengan menyelenggarakan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Kaum Lansia.

Ketua Panitia, Bpk. Sugiwan, menyebutkan bahwa acara ini dipersiapkan selama kurang lebih enam bulan. Waktu yang tidak terlalu panjang, namun mereka sangat antusias untuk menyelenggarakan acara ini di GKP Palalangon.

Pdt. Hari Kurniawan, mewakili Badan Pekerja Klasis Bogor, menyampaikan bahwa Pesparawi yang dilakukan saat ini, bukan hanya untuk membangun harmoni suara, tetapi lebih jauh untuk mewujudkan harmoni hati.

Dalam even ini, sub tema yang diusung adalah Lansia Sehat Membangun Kekuatan Emosional Antar Gereja. Pdt. Hariman A. Pattianakotta selaku Ketua Satu Majelis Sinode GKP mengapresiasi spirit yang diusung dalam Pesparawi ini.

Dalam sambutannya, Pdt. Hariman mengajak para orang tua di Gereja Kristen Pasundan, khususnya di Klasis Bogor, untuk terus menjadi teladan dan menyiapkan kader yang akan meneruskan estafet pelayanan. Menyiapkan kader ini merupakan tugas yang sangat penting.

Gereja akan memiliki masa depan yang baik, kalau dengan sadar setiap orang tua menyiapkan anak dan cucunya untuk menjadi kader dalam upaya membangun jemaat dan gereja.

Vik. Albert, dalam khotbah di ibadah pembuka, mengajak seluruh peserta untuk belajar dari Yesus Kristus melalui nasihat Rasul Paulus untuk membangun kematangan emosi dan kesehatan mental.

Salah satu kematangan emosi itu antara lain dilihat dari kemampuan kita menghargai perbedaan. Walaupun kita berbeda-beda, tetapi kita selalu dapat hidup bersama, bekerja sama, dan membangun hidup yang harmonis.

Ada 10 jemaat yang terlibat dalam Pesparawi di Klasis Bogor. Mereka dengan penuh penghayatan dan sukacita mengangkat pujian “Insan Diciptakan.” Berbeda-beda namun indah, karena di situ terdapat “pahatan ” tangan Tuhan.

Terbayang, bagaimana mereka dengan tekun mempersiapkan diri untuk acara ini. Berkumpul di masing-masing jemaat, berinteraksi, berkomunikasi, dan berlatih bersama. Proses inilah yang sangat penting. Di dalam seluruh persiapan itulah kebersamaan terbangun, dan semua insan berpartisipasi dengan senang demi tercipta harmoni dalam lagu dan hati.

(Pdt. Hariman A. Pattianakotta)