Menerima Rencana Allah
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Malam telah berlalu, pagi telah tiba. Kasih Tuhan tetap menyertai kita. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Bahan refleksi harian: 1 Tawarikh 22:8.
Tetapi firman TUHAN datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan telah kaulakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapan-Ku
1 Tawarikh 22:8
Saudaraku, setiap orang punya kerinduan untuk bisa menciptakan hal indah dalam hidupnya. Dan tiap -tiap orang punya kekhasannya. Ada yang rindu memberi kesenangan buat orang tua atau pasangan hidupnya. Yakni mengajak mereka ke tempat wisata yang akan kesan indah. Atau juga, ada orang yang rindu membesarkan anaknya agar kelak berhasil dalam hidupnya.
Sosok Daud juga demikian. Selaku manusia ia memendam keinginan kuat dalam dirinya. Ia ingin menciptakan hal yang berarti. Indah. Mengesankan. Namanya kelak akan dikenang. Dalam hal ini, ia rindu dan bercita-cita membangun Bait Allah. Pusat ibadah yang terletak di kota Yerusalem.
Bait Allah melambangkan kehadiran dan perlindungan Tuhan Allah atas umat-Nya. Ketika Bait Allah ditahbiskan, Allah turun dari surga dan memenuhi bait itu dengan kemuliaan-Nya dan berjanji untuk menempatkan nama-Nya di situ.
Daud berkeinginan kuat di masanya Bait Allah didirikan. Dilihat dari apa yang dimilikinya, keinginan ini bukan seperti pungguk merindukan bulan. Daud punya harta kekayaan yang lebih dari cukup. Ditambah lagi sebagai raja, kekuasaannya akan memudahkan memobilisasi bantuan.
Ternyata keinginan dan rencana indah itu tidak bisa direalisasi. Allah punya rencana berbeda. Allah mempercayakan pembangunan bait Allah pada Salomon. Sedangkan Daud dinilai tidak layak.
Bait Allah bukan bangunan biasa. Di sanalah umat meminta dan Allah menjawab serta mengabulkannya. Itu tempat yang sakral. Di mata Allah, hidup Daud penuh dengan darah yang telah ditumpahkan. Artinya, banyak kesalahan Daud sehingga banyak yang kehilangan nyawa. Jadi, punya harta dan kekuasaan tidak cukup untuk bisa membangun Bait Allah. Rekam jejak hidupnya tidak layak membangun Bait Allah.
Saudaraku, bukan tidak mungkin Daud terpukul. Kerinduannya tidak pernah terpenuhi. Tapi, penolakan Allah tidak membuat Daud terpuruk dan kecewa. Ia tidak menenggelamkan diri pada kekecewaan berlarut-larut. Ia terima keputusan Allah dengan lapang dada. Daud Alihkan dengan tindakan positif lainnya. Di mana dengan jiwa besar ia mendukung keputusan Allah. Ia menunjuk Salomo dan ia menyediakan berbagai kebutuhan pembangunan.
Saudaraku, niat baik dan kerinduan membuat hal indah bahkan untuk Allah, tidak selalu bisa menjadi kenyataan. Hal ini bisa terjadi dalam hidup kita juga. Saat kita mau menolong orang lain, ternyata ditolak. Hal demikian, bisa membuat hati jengkel, marah, kecewa. Koq, mau dibantu tidak mau? Daripada kita larut dalam beragam perasaan negatif, kita contoh Daud. Daud terima rencana Allah dan itu pasti lebih baik, daripada memaksakan keinginan diri sendiri yang bertentangan rencana Allah.
Kita berdoa, “ ya, Allah, ajar kami memahami kehendak-Mu agar sikap kami selaras dengannya.
Kami bersyukur dan ikut bersuka cita pada hari ini, Dengan mereka yang mendapat usia baru. Berkatilah hidup mereka. Limpahi dengan kesehatan, kegembiraan, kebahagiaan dan damai sejahtera. Keluarga kiranya merayakannya dengan penuh kehangatan dan antusias.
Berkati anak-anak dan cucu-cucu kami, atau cicit-cicit kami, yang telah sekolah. Mereka akan menempuh ujian. Semoga Tuhan memberi semangat belajar dan persiapan dengan sungguh-sungguh dan kesehatan yang baik. Engkau berkenan memberikan hasil akhir yang baik.
Kami membawa mereka yang sakit dalam doa. Agar mereka tidak kecil hati dan larut dalam ketidak berdayaan menghadapi penyakitnya. Tuhan kiranya membesarkan hatinya dan memberi pengharapan. Berkati proses pengobatannya agar itu membawa berkat.
Doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.