Refleksi Harian: Ayub 23:11-12

Persekutuan Menguatkan

Mentari telah terbit lagi di Timur. Tanda datangnya pagi dan berlalunya malam. Selamat pagi ibu-bapak, oma-opa dan saudararaku yang baik. Puji syukur, Tuhan mengijinkan kita masih menikmati hari yang baru diakhir pekan ini. Bahan refleksi harian: Ayub 23:11-12.

”Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.”

Ayub 23:11-12

Saudaraku, salah satu makanan favorit orang Indonesia adalah kerupuk. Ya, makanan yang amat sederhana dam murah itu amat disukai. Terutama dimakan menemani lauk pauk yang lain. Rasanya renyah, crispy. Tapi, kalau sudah “kena angin”, kerupuk itu hilang kegaringannya. Jelas, tidak enak.

Kami rutin membeli satu kaleng. Berisikan sampai 20-30 kerupuk. Dapat dipastikan tidak pernah habis. Karena faktor “kena angin” tadi, akhirnya lembek. Rasanya tidak enak. Lalu, apakah sisa itu dibuang? Oh, tidak. Kami berikan kembali ke penjualnya. Apakah Anda tahu bahwa kerupuk itu bisa garing kembali? Kerupuk itu akan ditempatkan di antara kerupuk-kerupuk baru yang masih garing. Kemudian kerupuk-kerupuk itu menyerap (absorb) unsur basah dari kerupuk yang lembek itu. Percayalah, kerupuk-kerupuk itu akan renyah kembali dan enak dimakan. Maknyus.

Ilustrasi ini hendak mengatakan, yang lemah carilah yang kuat. Yang tengah kehilangan semangat bergaullah dengan mereka yang optimis. Orang yang terhempas angin kehidupan ulurkan tangan ke tangan yang kuat. Niscaya, yang kuat dan optimis itu akan mensuplai tenaga baru, semangat baru dan optimisme baru.

Saudaraku. Ayub tengah lelah secara batiniah. Betapa tidak. Ia menghadapi gelombang kehidupan yang besar.ia tengah berada dalam situasi berat. Harta yang dimilikinya tadinya berlimpah, telah sirna semua. Padahal harta bendanya sungguh berlimpah. Ia memiliki puluhan ribu ternak. Setara ratusan miliar rupiah. Jumlah yang bukan main.

Anak-anak meninggal oleh berbagai sebab. Sedangkan istri larut dalam kekecewaan dan tidak memberikan dukungan moral ataupun spiritual. Dari orang terkaya menjadi amat miskin. Tidak hanya itu, Ayub pun telah kehilangan kesehatan terbaiknya.

Untuk orang biasa, mungkin bisa memerlukan penanganan dokter jiwa. Sebab beban yang dipikul terlalu berat. Ada yang hilang sementara, seperti harta benda. Ada yang hilang selamanya, yakni kematian anak yang dicintainya.

Saudaraku. Dalam kehidupan nyata, kehilangan banyak hal yang berharga menyebabkan hati seseorang limbung. Semangat hidup hilang.

Di sini kita kita melihat butir berharga yang diajarkan firman Tuhan melalui figur Ayub. Saudaraku, dalam situasi terburuk apapun, Ayub masih menyimpan rasa percaya kepada Allah. Ia yang lemah bersandar pada Allah yang kuat.

Semua memang sudah habis. Anak-anak tercinta, kesehatan fisik dan harta semuanya hilang. Tapi Ayub tetap menetapkan pilihan tepat. Ia tetap setia berada dalam ketaatan kepada Allah. Artinya, ia tetap berada di lingkungan yang memberinya pemulihan. Allah akan menyerap kelelahan batinnya.

Saudaraku, saat tertentu kita lemah. Batin kita loyo. Perasaan lesu. Semangat hidup hilang. maka kita bergabunglah dengan yang kuat. Apakah sahabat kita, persekutuan, kerabat, terlebih Allah sendiri. Sehingga kita disegarkan kembali. Kita bangkit. Ayub memberi teladan, di saat deraan hidup yang melemahkannya, dia tidak melepaskan tangannya dari tangan Tuhan yang kuat.

Kita berdoa: Tuhan, di akhir pekan ini kiranya jiwa, emosi, pikiran dan tubuh kami disegarkan. Karena kami berjumpa dengan kasih-Mu yang memberi vitalitas baru. Demikian juga sesama yang memberi semangat.

Kami juga berdoa buat saudara yang bertambah usianya. Kami percaya semua hidupnya berada dalam kasih-Mu. Jadikan rasa syukur dan kegembiraan hati besertanya dan juga keluarganya.

Kami serahkan mereka yang sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah sakit. Tolonglah mereka satu persatu. Dan hati mereka menjadi lega karena pertolongan-Mu.

Seluruh doa ini, kami minta mohonkan dalam nama Yesus. Amin.

Enjoy your week end with God.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Ayub 23:11-12