Refleksi Harian: Kejadian 1:31

Bersyukur Setiap Hari

Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menghirup udara hari baru seraya mengucap syukur kepada Allah. Sebab, karena Dia-lah, kita dan keluarga kita masih menikmati berkat kehidupan. Bahan refleksi harian: Kejadian 1:31

Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam

Kejadian 1:31

Saudaraku, suatu waktu barangkali pernah dengar ungkapan, “..ihh, aku benci banget sama dia”. Tentu itu sebuah ungkapan ketidak senangan. Obyeknya tertuju pada seseorang. Biasanya disebabkan oleh sebuah pengalaman yang kurang berkenan. Seorang karyawan yang merasa tindakan pimpinannya tidak adil, bisa mengeluarkan ungkapan demikian.

Kini, perasaan kebencian tidak semata-mata tertuju pada seseorang yang sikap dan tindakannya kurang menyenangkan hati. Ternyata juga bisa sasarannya adalah hari. Saya suka mendengar celetukan, “ I hate monday”. Aku benci, deh, hari Senin. Lho, memangnya kenapa dengan hari Senin, apa salahnya sehingga muncul ungkapan rasa tidak senang pada hari bernama Senin?

Saudaraku, bisa jadi penyebabnya adalah, hari Senin mulai lagi aktivitas rutin. Yang pelajar harus duduk di depan laptop atau HP. Seorang guru harus menyiapkan diri mengajar. Seorang karyawan di hari Senin mulai lagi bangun pagi-pagi mengejar jadwal kereta atau bus supaya tiba telat di kantor. Jika bawa kendaraan sendiri mengejar jalan tol tidak terlalu macet. Hari itu juga, tetek bengek berkaitan dengan agenda kerja datang lagi. Termasuk, stress lagi dengan kepadatan dan tuntutan kerja.

Sementara itu, Sabtu dan Minggu merupakan hari yang lebih relaks. Badan dan pikiran sejenak punya waktu diistirahatkan. Akhir pekan betul-betul melonggarkan diri dari beban kerja rutin. Tubuh, jiwa dan roh serasa di-charge lagi. Sehingga kita merasa lebih segar.

Maka, dengan datangnya hari Senin, terpotonglah suasana yang menyamankan tubuh dan pikiran. Ada yang direnggut. Dan ‘pelakunya’ adalah sang hari Senin. Senin membawa setiap orang untuk balik lagi ke dunia kerja, kerja dan kerja. Maka, lahirlah sang hari Senin sebagai hari yang kurang disukai. i hate monday

Saudaraku, bagi Tuhan yang menciptakan hari, semua hari itu baik. Terkandung di tiap hari yang dijadikannya ada semua kebutuhan manusia. Tiap hari punya berkatnya masing-masing. Dari mulai bumi yang tertata hingga tersedianya binatang air dan burung di udara. Demikian juga, di setiap hari itulah manusia menikmati ada waktu harus bekerja dan beristirahat.

Jadi, bagi orang beriman setiap hari itu baik dan indah. Jadi, bukan i hate monday tapi, i love monday bahkan i love all of day. Ya, kita harus mencintai setiap hari yang diberikan Tuhan. Dengan sikap demikian, kebencian ditepis. Sikap ogah-ogahan saat memasuki hari Senin disingkirkan. Dengan mencintai setiap hari, itu melahirkan hati yang mensyukuri hari-hari yang dimasuki dan dijalani. Semua hari, tidak ada yang terkecuali. Selanjutnya, kita sambut hari Senin sebagai momen berjalan bersama Tuhan untuk mengerjakan tugas harian dan kewajiban rutin dengan suka cita dan semangat. Sekaligus hari yang menjadi momen buat berkarya. Berkarya bagi Tuhan dan sesama.

Kita berdoa, “Tuhan, kami bersyukur kebaikan-Mu menjadi bagian dari hari yang kami jalani. Kami ingin berterima kasih atas segala kebaikan-Mu dengan berkarya di semua hari.

“Kami berdoa agar yang kami alami hari ini dan kami jalani bersama-Mu mendatangkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kedekatan dengan kebenaran-Mu. Kami mohon, kiranya yang sakit disembuhkan. Yang bergumul, dikuatkan. Kiranya kami menikmati kebaikan yang tak kenal ujung di sepanjang hari ini.

“Tuhan, sertai anak-anak, cucu-cucu, keponakan-keponakan, adik-adik kami. Lindungilah mereka satu persatu. Hindarkanlah mereka dari virus yang membahayakan kesehatan dan jiwa. Yang sekolah bisa tekun dan cinta ilmu. Adapun yang bekerja, kiranya upah yang mereka peroleh jadi berkat buat keluarga.

Seluruh doa dan harapan kami ini kami panjatkan dalam nama Yesus, Tuhan kami. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kejadian 1:31