Refleksi Harian: Kejadian 19:26

Mengisi Hari Baru

Selamat pagi, ibu-bapak, opa-oma dan Saudara-saudaraku yang baik. Puji Tuhan, kita memasuki hari baru. Kiranya kita yang sehat tetap terjaga dan sedangkan yang sakit memperoleh kesegaran dan pemulihan. Bahan refleksi harian: Kejadian 19:26

Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam

Kejadian 19:26

Saudaraku, Sodom dan Gomora merupakan dua kota yang berbeda. Tapi keduanya menyandang nama buruk yang sama. Sama dalam hal kebrengsekannya. Malah lebih dari itu, Alkitab menyebut kota-kota itu “durjana”. Durjana mengandung arti bejat, biadab, bobrok, amoral dan asusila.

Tentu tidak menyenangkan hidup di sebuah kota yang durjana. Membahayakan hidup sehari-hari dan masa depan penduduknya. Terkecuali bagi mereka yang suka dengan gaya hidup durjana. Tentu merasa asyik dan betah jadi penghuni kota itu.

Sebelum kota itu dihancurkan, Abraham telah berupaya menyelamatkan. Ia meminta Tuhan mengurungkan murka-Nya, dan membatalkan rencana menghancurkannya. Tidak berhasil. Di kota itu orang benar tidak mencapai jumlah sepuluh orang. Kita tahu, Tuhan bersedia memenuhi permintaan Abraham dengan persyaratan minimal. Yakni bila di kota itu terdapat 10 orang benar. Ternyata tidak ada.

Maka skenario Tuhan menghancurkan kota itu tidak berubah. Hanya, Tuhan tetap akan menyelamatkan Lot, istri dan dua anaknya. Lot adalah keponakan laki-laki dari Abraham. Mereka kerabat dekat Abraham. Tuhan meminta mereka segera keluar kota itu. Segera dan dalam tempo secepat mungkin. Tidak boleh ditunda-tunda. Dan jangan sekali-kali memalingkan muka ke belakang.

Saudaraku, pada waktunya kota durjana itu dihancurkan Tuhan. Alkitab menuturkan, Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit. Dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.

Saudaraku, situasi kota itu pasti mengerikan. Manusia bertumbangan. Jerit kesakitan terdengar di mana-mana. Pohon dan tumbuhan terbakar. Di tengah suasana menyedihkan itu, istri Lot menoleh ke belakang. Ia melanggar permintaan Tuhan. Seketika itu juga, ia menjadi tiang garam. Ia menjadi bagian kehancuran kota itu.

Tindakan istri Lot menoleh ke belakang bukan sekedar gerakan fisik semata. Bukan juga penasaran ingin tahu. Tetapi sungguhnya mencerminkan hatinya. Hatinya masih tertambat kota itu. Ia masih terikat pada kota jahat, jalang, bobrok, asusila dan amoral itu. Ia tidak bisa lepas dan tidak mau lepas dari kota yang seburuk itu. Dengan kata lain, ia suka dengan gaya hidup durjana kota itu. Ia tidak menatap ke depan. Meniti hidup dengan cara yang baru.

Saudaraku, kita pun harus menatap ke depan. Sebagai wujud mengisi hari dengan hal baru. Yakni pembaruan budi dan perilaku terus-menerus. Hendaknya, yang lama ditinggalkan. Lepaskan hati kita dari sandera perilaku lama, yang diminta Tuhan untuk ditinggalkan. Kita harus memutus ikatan dengan gaya hidup yang tidak berkenan kepada Tuhan. Memang, barangsiapa tetap menoleh ke belakang, ia tidak akan menjadi “tiang garam”. Tapi jelas, tindakan itu tidak senafas dengan keinginan Tuhan.

Kita berdoa: Tuhan janganlah biarkan kami asyik dengan pola hidup yang tidak berkenan di mata-Mu dan sesama kami. Jadilah pada diri kami perubahan budi melahirkan hal yang indah.

Kami berdoa buat Saudara yang masih terbaring sakit. Bagi yang terkena virus corona, berilah stamina yang baik, sikap yang optimis dan menyikapi dengan tenang bersama Tuhan Yesus. Tuhan berkenan menyembuhkannya.

Berkati yang berulang tahun. Karuniakan hati yang penuh suka cita, rasa syukur dan panjang umur.

Tuhan, kami mengandalkan perlindungan-Mu buat keluarga yang kami kasihi. Hari ini, kami dan keluarga kami berlindung di bawah kepak sayap-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, kabulkanlah doa-doa kami. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kejadian 19:26