Mengelola Harta
Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma, mas-mbak dan seluruh Saudaraku yang baik. Mentari telah terbit di Timur. Cuitan burung mulai ramai di pohon. Suara raungan kendaraan mulai terdengar. Itu sebagian tanda pagi baru telah tiba. Kita bersyukur dalam doa kita, atas kebaikan Allah yang mengantar kita melewati malam dengan aman. Bahan refleksi harian: Kis 16:14-15
Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: “Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.” Ia mendesak sampai kami menerimanya.”
Kis 16:14-15
Saudaraku, kekayaan bisa berwajah ganda. Kekayaan bisa menjerumuskan jika tanpa dikelola dengan mental yang benar. Kita ingat bahaya uang menjadi mamon, demikian pula kekayaan. Mamon yang dimengerti sebagai wujud ketertutupan menerima suara kebenaran. Banyak contoh, saat kekayaan jadi mamon, hidup seseorang berantakan.
Pada sisi lain, kekayaan yang dikelola secara tepat mampu membahagiakan diri sendiri dan orang lain. Uluran bantuan kepada mereka yang membutuhkan pertolongan, partisipasi kegiatan keagamaan, membiayai studi anak-anak dengan efektif, dsb. Kegiatan demikian membawa suka cita dan kepuasan batin. Sekaligus menciptakan orang lain tersenyum lega.
Demikianlah, kekayaan bisa berwajah ganda. Kekayaan menjadi alat yang membuat orang bahagia dan makin dekat Tuhan. Sebaliknya, tidak sedikit hidup seseorang tidak dibahagiakan oleh kekayaannya karena salah urus.
Lidia namanya. Seorang penjual kain ungu. Seorang pengusaha tekstil dan pasti orang kaya. Dan pasti pada jaman itu ia tergolong perempuan terpandang di masyarakatnya. Ia bersama perempuan-perempuan lain punya hati terbuka atas pemberitaan rasul Paulus. Secara pribadi, dia belum kenal betul siapakah gerangan rasul Paulus, tetapi dia sangat antusias atas pemberitaan mengenai Kristus.
Lidia, selain orang kaya, terpandang, rendah hati, ternyata peka atas kebutuhan orang lain. Terbuka dari kesediaannya menerima untuk dibaptis. Peka sebab mau mengundang rasul Paulus menumpang di rumahnya.
Saudara, dua hal baik yang dilakukan Lidia. Ia menerima dan menyambut Yesus sebagai Juru Selamatnya. Yang kedua, dia memperlakukan rasul Paulus dengan sebaik-baiknya. Menumpang pada jaman itu sebuah kebutuhan. Sebab penginapan atau hotel selain membutuhkan biaya juga masih langka. Maka, ajakan Lidia menumpang di rumahnya merupakan bentuk keramah tamahan dan sambutan sangat hangat dan baik.
Dengan menumpang beberapa hari, Rasul Paulus bisa beristirahat dengan nyaman setelah letih melakukan perjalanan. Ia pun bisa mengkonsumsi makanan yang mengembalikan kebugaran tubuhnya lagi.
Dua hal terpuji. Dan dua hal itu mencerminkan kepribadian orang kaya yang tahu memperlakukan kekayaannya dengan benar. Kekayaan bisa dipakai untuk melakukan hal yang menyenangkan Tuhan. Seiring dengan itu, kekayaan membuat orang lain bersuka cita.
Saudaraku, potret diri Lidia mengajarkan kita agar harta benda itu harus membahagiakan bukan menyengsarakan. Baik itu buat diri sendiri maupun orang lain. Di antara kita ada yang hidupnya berlimpah kekayaan, ada pula yang hidup dengan kekayaan biasa, malah terbatas. Ada yang bisa membiayai hidup yang mewah jika mau. Ada pula yang hidupnya sederhana dan pas-pasan dari hari ke hari.
Semuanya, patut agar kita bertindak dengan hikmat dengan kekayaan yang kita miliki. Entah banyak atau sedikit. Contoh baik dari perempuan pengusaha bernama Lidia dapat menggugah kita. Kita mau hidup dekat bersama Tuhan kita.
Berbarengan dengan itu, pelajaran bagaimana memberikan bentuk sambutan hangat atas orang yang dihormati. Dalam konteks ini atas seorang hamba Tuhan. Rasul Paulus mendapatkan ungkapan hormat seperti itu darinya. Lidia perduli dengan kehidupan hamba Allah. Sebab, hamba Allah itulah yang mengantarnya masuk dan mengenal Kristus. Dan hamba itulah yang membaptis dia dan keluarganya. Jadi, bukti hormat dan bahwa dia sungguh orang percaya, terlihat dari bagaimana ia memperlakukan hamba Tuhan.
Kita berdoa, “Tuhan, biarlah seluruh isi rumah kami percaya kepada-Mu. Dan kami bisa mengelola kekayaan kami, seberapun yang kami punya. Kami mengaturnya buat kemuliaan-Mu, membahagiakan diri sendiri, keluarga kami, teman-teman kami dan sesama kami. Tanamkan rasa hormat serta perduli kami kepada hamba yang Engkau percayai untuk memberitakan kebenaran-kebenaran-Mu.
Kami ingin mengerjakan hari ini hal yang terhormat dan terpuji, buat-Mu dan sesama kami. Kuatkan dan mampukan kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno