Refleksi Harian: Lukas 24:11

Tuhan Memuliakan Perempuan

Selamat pagi. Puji Tuhan, Saudara-saudaraku yang baik. Tuhan menuntun kita memasuki hari demi hari dengan naungan kasih-Nya, hingga hari ini. Bahan refleksi harian: Lukas 24:11

Tetapi bagi mereka perkataan-perkataan itu seakan-akan omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu

Lukas 24:11

Saudaraku, apakah semua berita yang kita dengar lalu semua layak kita percayai? Tentu, tidak. Kita menyaring kebenaran setiap berita yang kita peroleh. Kita menyaringnya salah satunya dengan menggunakan akal sehat. Betulkah berita itu menurut penalaran otak? Seperti sekarang ini, berseliweran berbagai informasi lewat media sosial. Kita menggunakan akal sehat kita untuk menguji kebenarannya. Kita bersyukur kepada Tuhan, bahwa kita dikaruniai otak atau akal (bahkan budi) untuk bekerja menguji kebenaran. Jika tidak, kita tidak tahu membedakan mana sebuah berita yang benar dan mana berita yang bohong.

Jaman Yesus hidup, mati dan bangkit belum ada istilah hoax. Sebuah kebohongan yang dibuat sengaja untuk menarik keuntungan atau membingungkan publik. Di era kehidupan kita setiap hari ratusan, bahkan ribuan hoax diproduksi untuk menarik keuntungan politis, atau merusak kepercayaan atas pihak tertentu. Meski demikian, jaman itu bukan berarti tidak ada orang yang berbohong. Juga bukan berarti tidak ada berita bohong. Kita lihat, berbagai kesaksian dan tuduhan tentang Yesus sehingga Ia ditangkap, diadili dan dibunuh, itu semua adalah bukti ada yang membuat hoax tentang Yesus.

Saudaraku, Yesus bangkit. Kita percaya itu. Kita tidak melihat fakta kebangkitan-Nya tapi kita mengimaninya bahwa Dia mengalami kebangkitan. Pertanyaannya, apakah para Rasul begitu mendengar kabar dari Maria Magdalena spontan percaya? Ternyata mereka tidak serta merta menerima berita kebangkitan sebagai sungguh terjadi. Awalnya, mereka menilai berita itu tidak lebih sebagai omong kosong. Artinya, berita bohong belaka. Berita yang tidak perlu digubris, apalagi dipercayai.

Ada dua hal, menjadi sebab mereka berkesimpulan demikian. Pertama, tidak mungkin secara akal sebuah mayat bisa hidup kembali. Mati, ya mati. Titik. Tidak ada contoh dalam sejarah manusia, di mana ada mayat bangun dan hidup kembali. Terlebih dalam kepercayaan yang ada pada waktu itu, ada yang tidak meyakini konsep kebangkitan. Kedua, berita itu bersumber dari perempuan. Ya, masyarakat waktu itu menganggap ucapan perempuan kurang bisa dipercayai. Secara budaya, cuma laki-laki yang punya berita yang dapat dipercayai.

Berdasarkan dua hal di atas, berita kebangkitan karena itu seolah-olah berita tidak kredibel. Tidak layak dipercaya. Soalnya, itu tadi, tidak masuk akal dan perempuan yang membawa beritanya.

Saudara, kisah Injil selanjutnya kita tahu bahwa sikap para rasul keliru. Kebangkitan sungguh terjadi dan peristiwa itu nyata. Jelas, itu melampaui akal. Beriman memang harus memakai akal, tapi ada hal tertentu keimanan kita terhadap Allah harus melampaui akal. Hal lain, perempuan di mata Tuhan bisa sebagai pembawa berita yang layak dipercayai. Berita kebangkitan yang disampaikan Maria Magdalena bukan isapan jempol belaka. Benar infonya seratus prosen. Bukan hoax. Budaya yang merendahkan perempuan, dalam peristiwa kebangkitan ditolak. Perempuan itu layak dipercaya. Tidak boleh disepelekan dan jangan dikecilkan. Jangan menghakimi suara perempuan sebagai omong kosong.

Saudara, dua hari lalu, kita merayakan hari Kartini. Perayaan di masa pandemi memang tidak semeriah biasanya. Namun, di balik perayaan ini, kita diingatkan betapa penting posisi perempuan. Kesetaraan laki-perempuan menjadikan kehidupan lebih kaya dan beradab. Sebab, kesetaraan itu, perempuan adalah sosok mulia sama seperti laki-laki. Berkaca pada peristiwa kebangkitan dan dalam kehidupan ini, Tuhan memuliakan perempuan.

Saudaraku. Budaya suka merendahkan, Allah sendiri meninggikannya. Masih ada budaya yang menganggap perempuan tidak perlu didengar. Allah kita justru memakainya untuk memberitakan kebenaran. Hari ini, kiranya kita memuliakan ciptaan Tuhan, laki maupun perempuan. Karena mereka sama ciptaan Tuhan dan sama mulianya.

Kita berdoa, Tuhan, kami bersyukur atas kebenaran yang Tuhan anugerahkan kepada kami.

Kami berdoa untuk aktivitas kami sebagai karyawan, pengusaha, guru, murid, mahasiswa, pensiunan, ibu rumah tangga. Senuanya Tuhan mempertenukan kami dengan momen yang membuat kami kuat, semangat dan bersuka cita di dalam Tuhan.
Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Lukas 24:11