Menghasilkan Buah
Selamat pagi, oma-opa, ibu-bapak, mas-mbak dan seluruh Saudaraku yang baik. Mari kita memasuki hari Jumat Agung, dengan pujian dan rasa syukur kepada Allah, sebab kematian Kristus menyelamatkan kita. Bahan refleksi harian: Markus 11:13-14
Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya.”
Markus 11:13-14
Saudaraku, suatu ketika Tuhan Yesus bersama para murid-Nya melakukan perjalanan pelayanan. Waktu itu perjalanan dari satu tempat ke tempat lain hanya dengan berjalan kaki. Udara di sana waktu siang hari sangat panas. Tentu saja, buat orang yang melakukan perjalanan kekuatan fisiknya cukup terkuras. Bisa cepat merasa lapar dan haus. Hal itu juga yang dialami Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya. Di saat ia didera perasaan lapar dan haus, maka jika ada pohon ara yang berbuah sungguh sangat menolong. Buah ara itu bisa menanggulangi kebutuhan makan di siang terik itu.
Sayangnya, harapan itu tidak terpenuhi. Kerinduan Tuhan Yesus tidak kesampaian. Pohon ara itu tidak berbuah. Dan sesungguhnya memang bukan musimnya. Saudaraku, kita semua tahu, pohon bisa menghasilkan buah pasti sesuai dengan musimnya. Tidak bisa dimajukan, Tidak bisa dipaksakan atau dipercepat.
Jika memang demikian, pertanyaanya, mengapa Tuhan Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah karena belum musimnya itu? Sehingga pohon ara itu tidak akan pernah bisa berbuah lagi selamanya. Apa maksud tindakan Tuhan Yesus dengan tindakan mengutuk pohon ara itu? Bukankah pohon ara tidak menyimpang dari sifat sebagai pohon buah yang bersifat musiman?
Saudaraku, ada pesan penting yang hendak disampaikan Tuhan Yesus. Dalam hal ini kita dapat mengartikan bahwa Tuhan Yesus mau memberi pengajaran kepada kita. Yakni, kita diingatkan betapa hidup itu tidak cukup daunnya lebat. Sedangkan buahnya nihil.
Hidup itu berharga. Maka hidup harus menjadi momentum menghasilkan hal yang bisa dirasakan manfaatnya oleh sesama.
Selain itu, betapa berartinya jika kita diberi hidup lalu kita bisa berbuah sepanjang musim. Kita berbuah sepanjang waktu kehidupan yang diberikan Tuhan. Bukan seperti pohon pisang. Sekali hidup, sekali berbuah lalu mati.
Berbuah di sini mengandung arti bahwa kita bisa memberi sesuatu kepada orang yang sedang membutuhkan bantuan dan kehadiran kita. Dengan kata lain, buat apa seseorang hidup jika tidak bisa memberi buah. Sama seperti pohon ara itu, tidak ada gunanya ia hidup, padahal tidak menghasilkan buah.
Kita ingat ucapan tegas Tuhan Yesus. Di bagian lain kitab Injil Ia berkata, ”ranting pohon anggur yang tidak berbuah ditebang dan dibuang ke perapian.” Di mata Tuhan Yesus, Allah memberi kita hidup supaya kita bisa melakukan sesuatu yang berarti, buat Allah, buat diri sendiri dan buat sesama. Itu misi hidup Anda, dan juga saya.
Kematian Kristus, disalibkan mengingatkan Anda berharga dan hidup Anda berharga juga. Oleh karena itu, kita punya panggilan melakukan hal-hal yang berharga pula. Dalam hal ini diwujudkan dengan hidup berbuah.
Saudaraku, berbuah tidak harus melakukan yang sensasional. Tidak perlu diartikan musti tindakan yang besar-besar. Anda memberi waktu atas seseorang yang sedang sesak hatinya. Lalu bersama-sama mencari jalan keluar masalahnya itu sudah berbuah. Melakukan hal sederhana tapi dilahirkan dengan sepenuh hati, itu sudah buah yang luar biasa. Seorang dokter yang berjibaku menolong orang sakit meski masa pandemi masih berlangsung, dia sudah berbuah.
Demikian pula, seorang ibu yang mendampingi proses belajar online anaknya setiap hari. Disertai dengan ketekunan dan hati riang. Bahkan wajah tidak kehilangan senyum. Ohhh, itu sudah merupakan buah luar biasa yang dimaksud Tuhan Yesus.
Saudaraku. Pohon ara yang dikutuk menjadi pohon yang kering. Hidup yang tidak berbuah maka hidupnya kering, hatinya juga kering. Marilah, selagi hidup kita berbuah. Terus berbuah tidak dibatasi musim. Produktif berbuah sepanjang kehidupan. Salib menjadikan kita berharga, maka berbuah adalah misi hidup kita.
Kita berdoa, Tuhan, berilah kami kehidupan yang memberi arti. Kami berbuah kepada-Mu, berbuah buat keluarga, berbuah buat gereja dan kehidupan. Kiranya Roh Kudus membuat kami produktif berbuah dalam hidup ini.
Berkati saudara-saudara kami yang terbatas kesehatannya, keuangannya dan pergaulannya. Tuhan kiranya berkenan menjadi Sahabat yang memberi kelegaan hati bagi mereka.
Seluruh dia dan harapan ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno