Refleksi Harian: Nehemia 4:1

Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma, mas-mbak dan seluruh Saudaraku yang baik. Mentari telah terbit di Timur. Cuitan burung mulai ramai di pohon. Suara raungan kendaraan mulai terdengar. Itu sebagian tanda pagi baru telah tiba. Kita bersyukur dalam doa kita, atas kebaikan Allah yang mengantar kita melewati malam dengan aman. Refleksi harian: Nehemia 4:1

Ketika Sanbalat mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan orang Yahudi.

Nehemia 4:1

Saudaraku, kita suka mendengar istilah “trouble maker”, atau “biang kerok”. Biasanya ditujukan kepada orang yang suka membuat masalah. Kesukaannya membuat situasi tidak nyaman dan mengganggu pihak lain.

Kehadiran si pembawa masalah bisa saja tidak diundang, tapi dia muncul dalam momen-momen tertentu. Dan jelas, lingkungan atau orang-orang sebenarnya kurang menyambut keberadaannya.

Nehemia pulang ke negerinya, setelah sekian lama bekerja di negeri orang. Ia pulang karena merasa keterpanggilan. Ia “pulang kampung” disebabkan mendapat kabar kota Yerusalem dalam kondisi menyedihkan. Mengalami kehancuran.

Sebagai putra bangsa pilihan dan ikatan keagamaan, Nehemia tidak bisa menutup mata dan menutup telinga. Ia tinggalkan pekerjaan bergengsi sebagai juru minuman raja. Ia bertekad membangun ulang Yerusalem.

Di tengah upaya mengumpulkan semua potensi untuk membangun. Muncullah biang kerok atau trouble maker. Namanya Sanbalat. Jika Nehemia pulang untuk membangun didasarkan niat mulia, berbeda dengan Sanbalat. Ia juga berupaya agar pembangunan itu gagal. Tidak sukses. Jadi, ‘boro-boro’ membantu. Justru tindakan dan upaya yang dilakukannya supaya proyek Yerusalem gagal.

Bagaimana sikap Nehemia atas sosok trouble maker seperti itu? Baginya, pekerjaan mulia tidak boleh berhenti karena hambatan yang muncul. Ia mau mengabdi. Maka pengabdiannya tidak boleh berhenti lantaran faktor adanya orang-orang seperti Sanbalat.

Saudaraku, dalam dunia pelayanan ataupun upaya-upaya mulia, hambatan suka muncul. Kita harus tetap bersiteguh, jalan terus. Berbuat baik tidak semua manusia mendukung. Tapi Allah bersuka cita dengan tindakan-tindakan pengabdian mulia.

Langkah kita tidak boleh berhenti. Jika berhenti, itu merupakan kemenangan para pembuat masalah. Dan mereka yang punya niat mulia tersingkir. Tuhan memberkati kita, tatkala hari ini kita melakukan perbuatan terpuji meski tidak semua orang menyukai.

Kita berdoa: Tuhan, karuniakan hati yang teguh dan komitmen yang tak luntur berbuat baik bagi Tuhan dan sesama. Kiranya kami tidak berhenti berbuat mulia meski dihambat mereka yang tidak menyukainya.

Kita berdoa, “Tuhan, biarlah seluruh isi rumah kami percaya kepada-Mu dilindungi. Dan kami berdoa buat yang berulang tahun. Kami bersyukur Engkau memberi keselamatan, suka cita membahagiakan mereka.

Kami berdoa agar keluarga kami, teman-teman kami dan sesama kami sehat. Tuhan, kami berdoa agar Engkau mengulurkan kuasa-Mu atas mereka yang sakit. Tuhan memulihkan dan berkenan mengembalikan kesehatannya menjadi lebih baik.

Kami ingin mengerjakan hari ini hal yang terhormat dan terpuji, buat-Mu dan sesama kami. Kuatkan dan mampukan kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Refleksi harian: Nehemia 4:1

Oleh Pdt. Supriatno