Refleksi Harian: Pengkotbah 4:9-10

Selamat pagi, ibu-bapak, opa-oma dan Saudara- saudara yang baik. Kita bersyukur bahwa istirahat kita semalam dikawal Allah, sehingga ketika kita bangun dengan aman dan sehat. Bahan refleksi harian: Pengkotbah 4:9-10

Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. (10) Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya

Pengkotbah 4:9-10

Saudaraku, seekor beruang mempunyai postur tubuh yang besar. Kuat. Sekaligus ditakuti. Binatang yang satu ini, pola hidupnya mandiri. Saking mandirinya menjalani hari-harinya sendiri (soliter).

Beruang berkumpul dengan sesama jenisnya jika menemukan binatang santapannya. Di sana mereka berjumpa. Tapi, tiap-tiap beruang itu tidak mau saling berbagi.

Dari sifat-sifat binatang kita bisa belajar, seperti anjuran kitab Amsal. Misalnya, kepada semut. Sedangkan dari beruang rasanya sifatnya berlawanan dengan anjuran firman Tuhan.

Firman Tuhan mengingatkan menjalani persahabatan, berkomunikasi dengan yang lain serta membina hidup bersama, itu baik. Dalam pola demikian, tersimpan kekuatan. Digambarkan jika jatuh, maka ada orang di luar dirinya yang menolong.

Daya tahan hidup bersama lebih tangguh. Seutas plastik akan mudah putus, sedangkan tali tiga lembar lebih sulit diputuskan. Kiasan-kiasan ini menunjukkan, hidup bersama yang lain itu sumber kekuatan. Kekuatan yang kita miliki bisa dibagikan buat orang lain. Kekuatan orang lain bisa diserap menjadi kekuatan kita.

Saudaraku, dalam kehidupan nyata terbukti. Seseorang yang hidupnya maunya sendiri lebih rapuh. Punya masalah disimpan sendiri. Termasuk jika mendapat berkat tidak mau berbagi.

Seorang bernama Choa Seng Song, teolog dari Taiwan, menyatakan orang kristen itu seperti pohon bambu. Tidak ada pohon bambu yang hidupnya sendiri-sendiri. Tapi berumpun. Ketika angin besar bertiup menerpa pohon bambu, tiap batangnya jarang patah. Karena saling memperkuat satu sama lain. Dan hidup di atas akar yang kokoh. Bagaikan berakar dalam Kristus.

Saudaraku, demikianlah sifat dasar atau hakikat gereja, hidup bersekutu. Di sanalah kekuatan yang saling menopang. Saat sedih saling menghibur. Saat gembira saling berbagi. Dengan demikian, jangan jauhi persekutuan. Di sanalah kekuatan kita. Sekaligus kita ikut menopang kekuatannya.

Pagi ini dan sepanjang hari ini, kita hidup mandiri. Itu, oke. Tapi jangan lupakan dan tinggalkan persekutuan. Baik saat kita suka maupun duka. Kekecewaan kita disembuhkan dalam persekutuan. Sesama yang yang kecewa akan tangguh kembali lantaran dibantu persekutuan. Tuhan memberkati kehidupan kita yang berelasi bersama yang lain, “ berdua lebih baik daripada sendirian”.

Kita berdoa: Tuhan, kiranya hidup kami tidak egois dan jauh dari persekutuan. Melainkan hidup kami berkembang dengan melangkah bersama dengan sesama.

Kita berdoa: Tuhan, biarlah kami mampu menjadi sahabat sejati sesama kami. Dengan itu, perbuatan baik bisa lahir, meski membutuhkan pengorban waktu, tenaga, pikiran bahkan material.

Kami mendoakan saudara-saudara yang harus menjalani isoman. Kami mengharap Tuhan menolong saudara kami ini. Kiranya kelak mereka kembali pulih dan melakukan aktivitas yang bermanfaat.

Kami ikut bersuka cita jika hari ini Ada saudara kami diluapi suka cita, kebahagiaan karena berulang tahun. Anugerahkan oanjang umur dan terus setia dalam pelayanan.

Kami ingat di saat pandemi ini, Tuhan berilah para tenaga kesehatan perlindungan dan keamanan. Demi memenuhi panggilan tugas dan kemanusiaan, mereka banyak berkorban, tenaga, waktu sampai terpapar virus covid 19- dan ada yang meninggal dunia.

Kami berdoa juga untuk keluarga pdt. Yanto Suprianto yang meninggal dunia. Hiburkan dan kuatkan keluarganya. Kiranya pelayanan almarhum pdt. Yanto Suprianto berkenan di hadapan-Mu.

Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Pengkotbah 4:9-10