Tanggung Jawab
Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Bangun tidur, di antara kita ada yang tetap sehat. Tapi, bukan tidak mungkin ada yang sakit. Meski demikian kita masih mengecap kasih penyertaan Tuhan di pagi ini. Puji Tuhan. Bahan refleksi harian: Yakobus 1:23
Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin
Yakobus 1:23
Saudaraku, tatkala seseorang mendapat mandat atau tugas tertentu, tentu semustinya ia mengerjakan. Mengerjakan sebaik-baiknya. Sayang, tidak semua orang mewujudkan hal semestinya itu. Seseorang yang mendapat tugas, belum tentu ia melaksanakan tanggung jawabnya. Perasaan tanggung jawab lahir orang yang berkarakter kuat.
Kepanitiaan kegiatan di berbagai lembaga atau instansi biasanya anggota panitianya banyak. Saya pernah terima undangan acara natal, jumlah panitianya 117 orang. Luar biasa. Dan ketika saya melihat kegiatannya, hati kecil berbisik, “betulkah anggota panitia yang jumlahnya ratusan itu semua bekerja?”
Ketika kita mau dan berminat mendengar Firman Tuhan, tentu itu hal baik. Tindakan terpuji. Hati kita, pikiran kita, emosi kita disirami firman Tuhan maka akan berdampak pada pembawaan diri. Kita meneruskannya menjadi perbuatan nyata. Dan dari sana memori kita akan merekamnya. Bila kita menjadikannya satu rangkaian, di sinilah terletak tanggung jawab kita. Kita tidak cuma mendengar. Jika tanpa perbuatan firman itu cepat terlupakan.
Dalam bagian, Yakobus 2:17 menyatakan bahwa “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.” Jelas maksudnya, mendengar dan berbuat harus satu ayunan langkah.
Saudaraku, dalam pengalaman orang yang bertanggung jawab itu sangat dibutuhkan. Bahkan sosok seperti itu kerap menjadi alat Tuhan yang menyelesaikan situasi bermasalah.
Suatu kali saya memimpin sebuah ibadah perayaan. Penghadir memenuhi ruang gereja. Majelis semua sudah siap. Saya lihat di kursi organ duduk seorang anak. Saya pikir anak salah seorang anggota majelis jemaat yang sedang bermain-main di depan organ.
Saya tanya anggota majelis tentang itu. Dijawab bahwa anak itu pemain organnya. Dan ini buat pertama kali anak itu mengiring ibadah yang bersifat perayaan dengan jumlah hadirin memadati gedung gereja. Dalam hati, apa bisa anak itu bermain dengan baik? Apakah nanti tidak grogi? Saya tanya lagi anggota majelis itu, apakah pemain organ lain tidak ada? Jawabnya, pemain biasanya ada masalah dan sudah beberapa bulan tidak aktif.
Begitu mulai ibadah, waah indah sekali permainan organ anak kecil itu. Dia betul-betul menguasai mentalnya dan bermain iringan dengan tehnik yang baik. Ia bermain lincah. Tenang. Tidak nervous sama sekali.
Kemudian saya tahu, anak itu anak itu baru belajar 3 bulan secara serius. Dia muncul karena dia dimotivasi orang tuanya karena pemain organ lain tidak mau bermain. Dan anak itu berumur 9 tahun.
Ini contoh, orang yang memperlihatkan rasa tanggung jawab. Tuhan kemudian memakainya. Dipakai untuk mengatasi kesulitan. Anak itu pasti mendengar bagaimana orang percaya harus taat dan setia pada Tuhan. Dengan menjadi pemain organ pengganti ia tidak cuma mendengar namun melaksanakannya. Sehingga rasa tanggung jawabnya dipakai Tuhan menyelesaikan masalah.
Saudaraku, bagaimana dengan kita? Bagaimana ketika kita kerap mendengar firman Tuhan tentang panggilan bekerja untuknya, lalu kini gereja sedang membutuhkan sikap tanggung jawab kita? Kita bisa memilih tidak berkontribusi apa-apa. Biarkan orang lain saja. Toh, nanti yang lain akan mengisinya. Kita menghindar. Atau, kita terpanggil. Kita tunaikan tanggung jawab kita, sehingga gereja merasakan indahnya sikap kita.
Kita berdoa: Tuhan, ada beraneka ragam kehidupan yang kami hadapi. Tatkala realitas itu memperhadapkan kami dengan kesulitan, anugerahkan kami karakter kuat yang mau menjadi pelaku firman Tuhan di dalam hidup kami.
Kami berdoa buat yang berulang tahun. Semoga cinta kasih Tuhan yang menghadirkan suka cita, kebahagiaan dan rasa syukur hari ini buat saudara kami ini.
Kami mendoakan yang sakit. Tuhan karuniakan mereka pemulihan dan dan tubuh yang sehat kembali. Demikian juga atas saudara-saudara kami yang sedang menjalani isoman, jamahlah mereka, ya Tuhan oleh kuasa-Mu.
Doa kami ini, kami naikkan kepada-Mu dalam nama Yesus, amin.