Refleksi Harian: Yehezkiel 34:2b-3

Pemimpin Yang Mengabdi

Pagi baru telah datang. Kita bangun kembali dari istirahat semalam. Selamat pagi, ibu-bapak, kakek-nenek dan Saudara-saudaraku yang baik. Bahan refleksi harian: Yehezkiel 34:2b-3

Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan

Yehezkiel 34:2b-3

Saudaraku, sosok gembala punya nama baik. Sehari-hari tugasnya memberi makan dombanya dengan cukup. Ketika ada bahaya mengancam domba-dombanya, terutama dari serigala, seorang gembala tak segan menghadapinya. Walau untuk itu membahayakan dirinya sendiri. Bila ada domba yang tersesat, seorang gembala mencarinya sampai dapat. Belum lagi, ia mengenal dengan baik dombanya satu-persatu.

Tidak heran, dengan keluhuran tugas yang dipikulnya, maka kata gembala diadopsi untuk sebutan tokoh agama. Pastor dari bahasa latin maknanya gembala. Seorang pendeta pun kerap disapa gembala. Hal ini dimaksudkan pada pimpinan agama itu melekat tugas mulia seperti gembala di dunia agraris.

Kali ini, justru ada nada kecewa yang muncul berkenaan dengan figur gembala. Karena yang ditemukan adalah gembala yang mengutamakan kepentingannnya. Sedangkan domba-dombanya dijadikan obyek keuntungannya. Gembala itu memanfaatkan susu, bulu dan daging domba-dombanya untuk kesenangan sendiri. Sekaligus domba-domba dibiarkan terlantar tak terpelihara.

Allah memperlihatkan kemarahan-Nya atas sosok gembala demikian. Bagaikan pagar makan tanaman pepatah kita mengatakan. Gembala-gembala itu bukannya melindungi, malah merugikan nasib domba-dombanya.

Siapakah gembala seperti itu? Mereka adalah para pemimpin Israel. Pemimpin yang gagal dengan tugas, dan melepaskan tanggung jawab. Untuk itu, Allah tidak diam. Allah menghukum mereka, pada sisi lain menyelamatkan umat-Nya.

Saudaraku, pemimpin yang kehilangan sifat mulianya merupakan ancaman atas yang dipimpinnya. Kasih sayang, jiwa perlindungan, semangat mensejahterakan yang hilang dari diri pemimpin. Itu berarti berita buruk, bahkan mala petaka buat yang dipimpinnya. Jika dalam pikiran seorang pemimpin didominasi semangat apa saja yang bisa dikeruk dari jabatannya. Di situ roh pengabdian hilang dari seorang pemimpin.

Sementara itu, masyarakat kita dalam menunaikan kebaikan, biasa bercermin pada pimpinannya. Sebagaimana seperti orang mandi, pasti bagian atas bersih lebih dulu. Jika masyarakat kehilangan teladan pada diri pemimpinnya, termasuk pemimpin agama. Yang tersisa adalah domba-domba yang kurus dan terlantar.

Kita berdoa: Tuhan, hadirlah di negeri kami di masa pandemi ini, gembala yakni pemimpin yang penuh tanggung jawab atas kehidupan rakyatnya.

Tuhan kami bersyukur bagi mereka bertambah usia. Kiranya anugerah dan berkat Tuhan membawa suka cita dan panjang umur.

Kami berdoa bagi yang masih menjalani isoman. Tuhan kuranya tetap bersama mereka. Kami bersyukur saudara-saudara kami yang sudah bisa melewati isoman dan sehat sempurna.

Doa ini, kami panjatkan dalam nama Yesus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Yehezkiel 34:2b-3