Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Keluaran 2:23-25
Gelapnya malam telah berlalu. Mentari di Timur menandai datangnya hari baru. Selamat pagi, bapak-ibu dan Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan tanpa jedah. Puji syukur atas kebaikan Allah.
Bacaan refleksi hari ini, ”Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka.”
Keluaran 2:23-25
Saudaraku. Pada suatu saat seorang bernama Fransisko naik kuda. Pria ini putra dari seorang pengusaha tekstil kaya raya. Ia berjumpa dengan seorang penderita kusta. Walaupun takut, ia tetap turun dari kudanya dan menyambut orang itu lalu menawarkannya uang, serta memberinya ciuman kasih.
Kisah itu, bukan sebuah dongeng. Melainkan sepenggal pengalaman hidup nyata yang berpengaruh pada diri Fransisko. Sebuah nama yang menjadi terkenal dengan nama Fransiskus dari Asisi. Yang kemudian melahirkan sebuah ordo di kalangan Saudara kita Gereja Katolik yang bernama Ordo Fransiskan.
Apa yang dilakukan Fransiskus bisa dibilang tindakan solidaritas. Sebuah bentuk kepedulian atas dasar simpati dan belas kasihan. Padahal status sosial di antara keduanya berbeda. Yang satu kaya dan yang satu lagi miskin. Belum lagi suasana kehidupannya berbeda. Tapi, dengan tindakannya satu sama kain menjadi dekat. Solidaritas itu mendekatkan dan menjembatani relasi antar manusia. Khususnya yang menolong dengan yang ditolong.
Saudaraku. Sebagai umat Tuhan, Israel mengalami hidup yang berat. Dalam hal ini, saat berada di Mesir. Perubahan penguasa tidak membawa perubahan hidup lebih baik. Mereka tinggal di Mesir, secara kolektif atau bersama mendapat perlakuan menyakitkan. Penderitaan dijadikan budak merupakan pengalaman penderitaan yang pahit. Tak tertanggungkan. Mereka mengeluh. Mereka mengerang. Demikian juga mereka berteriak. Saking beratnya, mereka mengadu kepada Allah.
Kepahitan dan penderitaan ini, Tuhan mendengar. Tapi bukan mendengar dengan pasif dan tidak berbuat apa-apa. Allah solider dengan mereka. Mendengar dan bertindak. Tindakan paling utama membawa keluar Israel dari Mesir. Hati Tuhan bersama umat-Nya, Israel. Allah yang dengan tindakan-Nya hadir di tengah kehidupan umat-Nya. Allah yang peduli ini, mengambil langkah besar berupa penyelamatan. Penderitaan Israel harus dihentikan. Perjalanan Israel ke tanah perjanjian merupakan pilihan Allah.
Saudaraku. Yesus, Tuhan kita yang disalib merupakan bentuk solidaritas yang membawa kita masuk ke dalam keselamatan. Tapi bukan seperti pengalaman Israel dalam bentuk keluar dari satu negeri, kemudian masuk negeri perjanjian. Salib adalah wujud solidaritas Allah sehingga manusia diselamatkan dari dosa. Solidaritas yang sungguh luar biasa, karena Allah dalam Yesus mau menderita. Salib merupakan bentuk penderitaan wujud solidaritas Allah.
Bercermin ke sosok salib, solidaritas Allah atas hidup kita dan orang beriman lainnya. Maka, jangan sia-siakan hidup kita. Hidup kita berharga di mata-Nya. Hidup kita begitu mahal, sehingga Yesus disalibkan. Karena itu, hidup kita, nyawa kita teramat mahal. Demikian juga, hidup manusia lain pun sama. Dengan demikian, kita harus menghargai hidup kita, sekaligus hidup orang lain. Jangan nyawa dibuat murah. Jelas, kita hendaknya menjaga dan memuliakan kehidupan. Tidak boleh menyakiti baik diri sendiri maupun orang lain. Jangan melakukan kekerasan apapun bentuknya.
Solidaritas Allah merupakan tindakan Allah yang membuat dekat Dia dengan kita. Dan ketika solider dengan orang lain, kita pun menjadi dekat dengan sesama. Mencintai dan menghargai mereka, seperti Yesus mencintai dan menghargai Anda, Saya dan kita semua.
Kita berdoa, “ Tuhan, kami mensyukuri keindahan solidaritas-Mu atas kami. Engkau yang jauh menjadi dekat. Dan kasih-Mu dapat dirasakan. Kiranya kami pun solider atas sesama kami, terutama yang menderita.
Kami berdoa untuk negeri kami. Kiranya kehidupan demokrasi tetap berjalan tapi berilah kepala dingin dan hati yang berhikmat dalam menyikapi perbedaan. Sehingga negeri kami lolos dari tindakan pelaku anarkis yang lebih besar. Tuhan beri pemimpin kami kekuatan tapi juga kesediaan mendengar suara rakyatnya. Dan kiranya pemerintah kami pun tegas dan bijak kepada mereka yang merusak tatanan hidup bersama.
Semua doa ini. Kami naikkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.