Syukuri Berkat, Jauhi Iri

Oleh Pdt. Supriatno

Selamat pagi, ibu-bapak, opa-oma, mas-mbak, Saudara-saudaraku yang baik. Kekuatan hidup yang menjadikan kita tetap bernafas, itu semata-mata anugerah Tuhan. Pagi di hari Selasa ini, kita bersyukur kepada Allah.

Mengantar kita memasuki hari ini kita dibimbing firman Tuhan dari Yakobus 3:16, yang menyatakan, “Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Yakobus 3:16

Saudaraku, kita hidup bersama orang lain. Berteman. Bertetangga. Bersosialisasi. Berjemaat. Dan banyak lagi kegiatan lain yang memperlihatkan bahwa Anda dan saya menjalani hidup dengan yang lain. Bahkan tidak mungkin manusia bertumbuh tanpa bersama orang lain. Terkecuali Tarzan, hidup sendiri hanya ditemani hewan teman-temannya. Tapi, itu pun sosok manusia rekaan, tidak ada dalam kenyataan.

Karena hidup bersama orang lain, ada hal yang tidak dihindari yaitu kita suka melihat orang di luar diri kita. Kemudian kita membandingkan. Dia lebih kaya daripada saya. Keluarga saya lebih berbahagia daripada keluarganya. Jemaat kita penuh keakraban ketimbang Jemaat lain yang ada di kota ini. Kita melihat yang kita punya, sekaligus mengukur kepemilikan pihak di luar kita. Kita suka mendengar ujaran, “wah, ibu sehat sekali walau sudah tua. Saya yang lebih muda mulai lutut suka terasa sakit”.

Saudaraku, membandingkan diri kita sendiri dengan siapapun hal yang wajar. Yang kemudian menjadi sikap buruk adalah iri hati. Kita menempatkan diri kita serba kurang: kurang sehat, kurang beruntung, kurang cantik, kurang kaya, dan kurang-kurang yang lain. Sementara itu, orang lain serba lebih. Lebih ini-lebih itu. Selanjutnya ada perasaan ketidaksiapan menerima kondisi dirinya yang dianggap serba kurang.

Hidup bersama itu baik. Diwarnai sikap kurang baik manakala muncul sikap membandingkan yang keliru. Iri hati akhirnya merusak suasana relasi bersama pihak di luar dirinya. Relasi kakak-adik bisa retak gara-gara adanya virus iri hati. Pada tingkat yang lebih tinggi lagi, menurut firman Tuhan menimbulkan “kekacauan” dan “segala macam perbuatan jahat”.

Hal yang dinyatakan firman Tuhan didukung fakta. Lihatlah, kerusuhan sosial terjadi dipicu iri hati. Sentimen anti ras tertentu disulut rasa iri hati bahwa etnis tertentu itu lebih kaya dan lebih beruntung secara ekonomis. Dan lihat juga, atas dasar iri hati orang bisa gelap mata. Merusak fasilitas sosial. Seorang provokator kerusuhan pasti dalam dirinya tersimpan hati yang penuh iri hati.

Pada dasarnya orang yang iri hati tidak melihat pemberian pada dirinya dan menghargainya. Melihat orang lain serba lebih, melihat diri sendiri serba kurang. Dalam dirnya ada bara yang membakar emosi dan pikirannya.

Efek buruknya, “ susah melihat orang senang. Senang melihat orang susah.” Maka, jelaslah betapa besar kerugian hidup bersama terganggu karena efek iri hati itu.

Saudaraku, setiap manusia pada dasarnya dikaruniai Tuhan dengan berkat. Dan jika orang lain memiliki hal-hal tertentu lebih dari sesamanya yang lain. Lebih baik kita belajar dan merenungkannya. Mungkin kelebihan itu hasil dari upaya-upaya yang memang melebihi pihak lain. Misalnya: orang itu memang kerja keras, lebih mengoptimalkan potensinya. Jangan cepat-cepat terjatuh pada sikap iri hati.

Saudaraku. Kalau kita meyakini setiap manusia punya kelebihan, mendorong orang bersyukur daripada iri hati. Orang yang bersyukur bukan berarti cepat puas lalu tidak termotivasi untuk lebih baik lagi. Bukan. Dengan bersyukur kita menghargai pemberian Allah dan usaha-usaha kita.

Pagi ini, ketika kita melihat orang lain dan membandingkan diri kita dengan mereka, tidak apa-apa. Asal jangan tergelincir pada sikap iri hati. Seolah-olah Tuhan tidak memberi apapun atas kita. Syukuri yang ada, perbaiki yang belum maksimal kita kerjakan. Sehingga dalam keperbedaan kita tetap hidup damai, ramah satu sama lain.

Kita berdoa, “ Tuhan, ajar kami kami mensyukuri berkat pemberian-Mu. Jauhkan kami dari godaan untuk bersikap iri hati pada sesama kami.”

Kami berdoa untuk kesehatan keluarga kami. Berilah kesehatan yang baik. Sertai kami, Tuhan untuk menjalani hari ini dengan tetap suka cita dan suasana persaudaraan.

Dalam nama Yesus, doa ini kami panjatkan. Amin.