Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Yosua 1:7
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Saat kita terbangun dari tidur kita, marilah kita mengarahkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada Allah yang Maha Baik.
Firman Tuhan bagi kita, “Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.”
Yosua 1:7
Saudaraku, pernah memberi nasihat kepada anak-anak demikian, “ mama dan papa tidak mau kamu pacaran dulu. Karena kamu masih sekolah. Selesaikan sekolah dulu, baru boleh pacaran”? Nasihat demikian dianggap “jadul”, alias kuno. Masak, sih, jaman sudah modern begini anak sudah masuk sekolah menengah atau mahasiswa masih dilarang-larang, apalagi dalam soal pacaran? Terlepas nasihat demikian sudah dianggap sebagian orang “ tidak jamannya lagi”. Tetapi, pasti ada alasan di balik anjuran atau nasihat itu.
Bagaimanapun di balik nasihat orang tua pasti ada motif kebaikan di dalamnya. Saya atau Anda dengan mudah menemukan faktor yang menjadi alasan utamanya. Pasti, salah satu motifnya adalah supaya anak kita fokus. Perhatian mereka tidak bercabang. Karena status mereka pelajar atau mahasiswa maka ingin mereka fokus belajar.
Tidak bisa dibantah, ada orang tua yang beranggapan bahwa pacaran bisa mempengaruhi ketidak fokusan sang anak. Tidak fokus berarti belajar tidak dilakukan dengan baik, sedangkan pacaran lebih banyak merebut posisi perhatian utama. Orang tua tidak mau di kelas yang mendominasi isi kepala anaknya adalah wajah sang pacar daripada materi pelajaran. Orang tua menilai belajar yang seharusnya prioritas nomor satu. Untuk itu, jangan sampai gara-gara pacaran lalu berakibat belajar menjadi terbengkalai.
Persepsi bahwa pacaran mengganggu fokus bisa diperdebatkan. Ada yang lantaran pacaran justru makin semangat belajar. Mungkin karena pola pacarannya terkendali dan pacarnya ikut memotivasi untuk tetap fokus.
Tapi, pesan penting yang mau saya sampaikan adalah, untuk meraih keberhasilan kita memang harus fokus. Pernahkah ada yang punya pengalaman pergi ke mal mau membeli sesuatu, tapi begitu masuk mal lalu terpesona oleh tawaran barang-barang menarik yang tidak direncanakan untuk dibeli? Akhirnya tujuan utamanya lupa atau ditunda untuk dibeli. Malah, barang lain yang dibeli. Itulah konsekuensi kehilangan fokus karena godaan lain.
Saudaraku, ayat yang dikutip dari kita Yosua di atas, pesan utamanya adalah agar orang Israel fokus. Pusatkan kepada tujuan utama mengapa mereka diberi tanah perjanjian. Fokus bahwa negeri yang mau dituju itu tanah di seberang sungai Yordan. Hal ini penting, jika mereka mengalihkan arahnya ke kanan, mereka akan jauh dari negeri yang mau dimasuki. Demikian pun kalau mereka menyimpang ke kiri. Jadi, mereka tidak boleh bergeser dari fokus yang hendak dituju. Tujuan akan tercapai jika tetap fokus sesuai arah dan tujuannya.
Demikian juga dalam hal iman. Selama dalam perjalanan, umat Israel berjumpa berbagai agama dan keyakinan yang dianut bangsa-bangsa yang mereka temui. Dan agama-agama itu punya daya tarik. Terbukti ada yang menyimpang karena luluh atas godaan ajaran agama-agama lain itu. Akhirnya, mereka banting setir, balik kanan atau balik kiri. Mereka hilang dalam rimba kehidupan. Artinya, mereka meninggalkan iman kepada Allah yang selama ini menuntun dan menyelamatkan mereka keluar dari Mesir.
Saudaraku, memilih keluar dari fokus atau tujuan utama membawa resiko. Ada umat Israel yang tidak sampai dan menginjakkan kaki ke negeri yang dijanjikan Allah. Ada yang tercecer keluar dari rombongan besar yang memasuki negeri yang berlimpah susu dan madu itu. Ada pula yang beralih keyakinan dari percaya kepada Allah ke penyembahan dewa-dewa. Itu artinya, mereka tidak mengecap indahnya negeri yang dijanjikan Allah dan kehidupan iman yang setia serta benar. Yakni dikarenakan mereka kehilangan fokus. Tujuan utama digeser oleh godaan dari hal-hal yang ditemui di tengah jalan. Yang utama dilepaskan, yang tidak utama dijadikan prioritas. Maka, hilanglah cita-cita utama yang selama ini menjadi sasaran yang mau digapai.
Saudaraku, hari ini ketika ia melakukan aktivitas pasti ada tujuan utama yang mau dicapai. Tujuan utama seorang pelajar adalah ingin meraih hasil akademis yang baik. Seorang pekerja atau seorang karyawan ingin agar ada pengembangan karier dan penghasilan. Pebisnis ingin meraih laba yang besar. Tapi, kita pasti sepakat tujuan semua itu sulit digapai jika tanpa fokus. Apakah menjalani studi, bekerja dan berbisnis, kita tidak akan meraih hasil yang optimal. Bagaimana berprestasi dalam pekerjaan, jika sambil mengerjakan tugas kantor lalu nyambi berbagai aktivitas di jam yang sama. Sadar atau tidak waktu dan pikirannya menjadi bercabang.
Begitupun dalam menjalani dan menghidupi iman kita, termasuk dalam hal melayani. Itupun serupa membutuhkan kita harus fokus. Dengan fokus itulah kita tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Lurus terus ke arah cita-cita dan tujuan. Kita tidak ingin apa yang kita ingin raih tak tercapai karena “gagal fokus”.
Kita berdoa, Tuhan karuniakan kemampuan dalam mengemban tugas apapun dan termasuk juga dalam kehidupan iman agar kami bisa fokus.
Tuhan berkati hari ini, para lansia dan orang tua kami. Kiranya mereka berada di tangan pemeliharaan-Mu yang penuh kuasa. Semoga aktivitas mereka menyenangkan Hati-Mu dan keluarga. Iringi mereka yang sakit, yang dalam proses pemulihan dan para lansia, dengan curahkan pengasihan-Mu, Tuhan. Sehingga mereka sabar dan kuat di dalam Engkau di saat-saat kelemahan tubuh.
Seluruh doa dan harapan kami, kami alaskan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.