Ajakan Melalui Teladan

Oleh Pdt. Supriatno

Bacaan: Yosua 24:15

Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Allah senantiasa bertindak baik dan ajaib. Sepanjang rentang waktu yang telah lewat, hingga pagi ini Tuhan terus berkarya.

“Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!”

Yosua 24:15

Yosua bersama seluruh umat Israel berada di tanah Sikhem. Sudah berada di tanah perjanjian. Negeri yang dijuluki “berlimpah susu dan madu”. Sebuah negeri yang menjadi idaman dan impian mereka. Betapa tidak. Di negeri itu mereka akan menjadi bangsa yang bebas dari perbudakan Mesir. Dan negeri yang menjanjikan kesuburan dan kemakmuran.

Yosua menantang dan mengingatkan. Menantang, apakah mereka setelah memasuki negeri itu akan tetap menyembah Allah, atau beribadah kepada allah atau dewa lain.

Di mata Yosua, di negeri yang baru selain menjanjikan keindahannya. Tapi, mereka juga bisa tergelincir pada ajakan dan godaan kepercayaan lain. Umat Israel bisa seperti kacang lupa kulitnya. Lupa pada Allah.

Yosua tidak hanya memperhadapkan dengan tantangan. Tapi, ia menyodorkan kepada mereka sikapnya dan keluarganya. Apa itu? Bagi Yosua, ia tidak akan pernah bergeser dari keyakinan yang selama ini diiimani. Dia tidak pernah mengganti kepada siapa ia menyembah. Yakni ia dan keluarga tetap beriman dan menyembah Allah.

Pernyataan ini, merupakan pengakuan bahwa Allah yang selama ini terbukti berbuat banyak untuk Israel. Sekaligus di dalamnya adalah Yosua dan keluarganya. Di mata Yosua, posisi Allah tidak bisa dan tidak boleh digantikan oleh allah atau dewa-dewa lain. Kuasa dan kasih Allah bukan cerita, melainkan sudah mereka rasakan sepanjang 40 tahun dalam perjalanan di padang gurun. Pengalaman itu lebih dari cukup. Menandakan dan membuktikan Allah hadir dan terus mendampingi perjalanan mereka.

Saudara-saudara,

Satu prinsip yang muncul dari pernyataan dan komitmen Yosua adalah keluarga menjadi bagian dari tekadnya. Ia tidak mau cuma dirinya yang menyembah Allah, sedangkan keluarganya tidak.

Indahnya, sebuah keluarga yang satu langkah, satu hati dan satu iman. Itulah kondisi yang ideal yang Yosua sampaikan kepada umat Allah. Dengan menyatakan demikian, terkandung maksud agar umat Israel pun melakukan hal yang sama. Yosua meminta mereka mengikuti jejaknya.

Menarik cara atau metode yang digunakan Yosua. Tindakannya bersifat tawaran dan pemberian contoh. Ia tidak memaksa umat Israel mematuhi komitmennya. Dalam kehidupan iman cara ini sungguh tepat. Beriman dan beribadah harus merupakan pilihan bebas. Sehingga orang yang beriman dan beribadah melakukannya dengan suka cita. Dan lahir dari kesadaran lubuk hati terdalam.

Sehingga, bila pada suatu saat menghadapi akibat dari pilihannya. Terutama berhadapan dengan hal yang berat. Pasti tidak menyalahkan orang lain. Termasuk tidak menyalahkan orang tua. Seiring dengan itu, jika beriman dan beribadah bersifat pemaksaan. Maka, ada unsur keterpaksaan.

Sama bila beribadah hanya lantaran ancaman, kelak hanya menghasilkan orang beriman yang pura-pura. Pura-pura rajin. Pura-pura setia. Padahal hal itu didorong rasa ketakutan. Itu namanya beriman yang tidak murni atau otentik.

Saudaraku, pilihan dan komitmen Yosua yang beriman dan beribadah kepada Allah. Bukan berarti selama di perjalanan padang gurun tidak masalah. Ada masalah. Bahkan banyak dan beragam. Haus dan lapar mendera umat itu. Putus asa sebab menghadapi alam yang keras. Tidak heran umat Israel kerap bersungut-sungut dan mengeluh.

Saudaraku, berkaca pada firman Tuhan, khususnya bagian dari sikap Yosua di atas. alangkah baik dan indahnya kita pun meneladaninya. Tuhan menjanjikan hidup dengan sisi terbaik sebab Allah konsisten hadir. Dia tetap bersama kita. Mengulurkan tangan saat kita jatuh. Memberi kekuataan saat kita lemah. Allah menjadi pusat optimisme kita di hari yang baru.

Kita menyadari pasti hari ini punya cerita sendiri yang belum kita ketahui. Bisa saja cerita yang bisa menggoda kita berpaling dari Allah. Situasi sulit yang tidak kita inginkan justru hadir. Namun, apapun yang terjadi, hal tersebut tidak boleh menjadi alasan kita tidak beriman dan menyembah Allah. Kita tetap kokoh dalam keberimanan kita.

Sekaligus, kita pun membentengi seisi rumah kita dengan pendidikan iman, tempaan mental agar mereka tahan bantingan. Tetap setia kepada Allah. Tidak manja apalagi cengeng. Dengan demikian, apapun yang kelak terjadi di hari yang baru ini. Situasi apapun yang mengisi hidup kita. Kita tidak akan bergeser dan berubah. Hanya Allah yang hendak terus kita imani dan sembah.

Kita berdoa, “ Ya, Tuhan. Kami ingin tetap setia beriman dan menyembah-Mu. Demikian pula termasuk keluarga kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa.