Back To Basic

Oleh Pdt. Supriatno

Bahan: 2 Raja-raja 5:16

Waktu terus bergulir. Pagi berganti malam. Malam berlalu, kini pagi baru telah tiba. Selamat pagi, ibu-bapak, opa-oma dan Saudara-saudaraku yang baik. Terpujilah Tuhan Yesus yang menemani dan melindungi kita hingga detik ini.

Firman Tuhan hari ini, “Tetapi Elisa menjawab: “Demi TUHAN yang hidup, yang di hadapan-Nya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa.” Dan walaupun Naaman mendesaknya supaya menerima sesuatu, ia tetap menolak.

2 Raja-raja 5:16

Saudaraku, tentu masih ingat seorang panglima militer bangsa Aram bernama Naaman. Seorang yang mengalami pertolongan Allah sehingga tubuhnya yang berkusta, sembuh sepenuhnya. Ia tidak melupakan peranan nabi Elisa dalam proses penyembuhannya. Respon Naaman setelah pulih menyatakan bahwa “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!”

Selain pernyataan tersebut mengandung sebuah pengakuan iman. Selain itu, memperlihatkan Naaman merasa sangat berutang budi atas jasa baik nabi Elisa. Karena itu, dengan penuh rasa hormat dan tulus, ia ingin memberikan tanda kasih. Rupanya, nabi Elisa tidak berkenan menerima tanda kasih berupa materi. Ia menghayati selaku pelayan Allah, mengerjakan tugas dengan tanpa pamrih, atau bermotifkan ingin memperoleh harta benda. Tidak heran ia menolaknya, meski Naaman meminta dengan sangat agar pemberian tanda kasihnya diterima.

Berpisahlan mereka satu sama lain. Nabi Elisa sangat menjunjung penghayatan status nabi sebagai pelayan Allah. Tapi, tidak demikian halnya dengan Gehazi. Ia melihat niat baik dan sikap berbudi Naaaman sebagai peluang memperoleh keuntungan. Ia beranggapan, bahwa jika ia memperoleh benda materiil pasti Naaman tidak keberatan.

Maka, dikejarnya rombongan Naaman. Dan Gehazi memakai nama Elisa. Dia menyatakan nabi Elisa berubah pikiran. Ia mengajukan permintaan tanda kasih merupakan keinginan nabi Elisa. Gehazi dengan beraninya memanipulasi permintaan itu, dengan mengatas namakan nabi Elisa. Gehazi hendak memperkaya diri, tak perduli dia menurunkan citra nabi di mata Naaman. Seolah-olah nabi Elisa plin-plan. Mudah berubah pendirian. Meski buat Naaman, dia sendiri tidak keberatan dengan memberi dua talenta perak dan dua lembar pakaian.

Saudaraku, orang yang merasa berutang budi, memang kerap memberi dengan suka cita. Jaman kini, sulit orang atau bahkan hamba Tuhan yang punya pendirian seperti nabi Elisa. Jika diperdebatkan memang sepintas kelihatannya jika mau menerima hadiah, itu tidak salah. Itu, bukan suap. Bukan pula pemerasan. Itu pemberian tulus. Lalu, pertanyaannya kenapa nabi Elisa menolak?

Saudaraku, di belakang penolakan pemberian itu, pasti nabi Elisa punya pendirian dan nilai yang ingin dijaga. Bisa jadi, ia tidak mau jatuh pada kebiasaan mau melayani karena ada target memperoleh harta duniawi. Nabi Elisa tidak mau motif meraih materiil menjadi dasar melayani. Saudara sekarang ini godaan melayani motif materi merupakan godaan besar yang tidak gampang ditepis. Seorang hamba Tuhan bisa tergelincir hanya mau melayani orang atau pihak yang mengiming-imingi materi. Sikap nabi Elisa ini melihat jauh ke depan, ia mencegah jangan sampai terjadi kemerosotan nilai pelayanan. Dalam ungkapan lain ‘komersialisasi pelayanan’. Dan siapapun tahu, kelimpahan materi itu menyenangkan dan membanggakan. Sikap nabi Elisa bisa berfungsi sebagai refleksi agar para pelayan Tuhan kembali ke niat awal melayani (back to basic).

Hal kedua, sikap buruk Gehazi mengajak kita agar hati-hati. Sebaiknya, kita tidak memanfaatkan kebaikan orang lain untuk menarik keuntungan pribadi. Gehazi bukan tipe hamba yang menjaga nama baik tuannya, nabi Elisa. Ia malah, mendiskreditkan nama nabi. Mata dan hatinya sudah silau dengan terbukanya peluang mendapat keuntungan dari kebaikan Naaman. Sehingga ia tidak mampu melihat dan menilai dengan jernih perilakunya yang cacat.

Saudaraku, inilah tantangan riil kehidupan di tengah masyarakat kita kini. Jelas, tidak gampang mengikuti jejak nabi Elisa. Kalaupun bisa, kemudian dianggap aneh. Karena berbeda dengan sikap yang dilakukan pada umumnya. Sudikah Anda dan saya hari ini menjaga kemurnian nilai pelayanan?

Kita berdoa, Tuhan, karuniakan keyakinan bahwa dengan hidup yang takut kepada Tuhan, Engkau mencukupkan kebutuhan hidup kami. Sehingga kami terhindar dari tergelincir dari hal yang benar.

Berkati bapak-ibu yang berharap kepada kebaikan-Mu. Kami yakin Tuhan tidak mengecewakannya. Tuhan mendengar suara-suara doa dan harapan mereka dan menjawabnya.

Seluruh doa kami ini, kami bawa dalam nama Yesus Kristus. Amin.