Oleh Pdt. Supriatno
Bacaan: Kisah Para Rasul 20:35
Selamat pagi, saudara-saudara yang baik. Jantung kita masih berdegup. Paru-paru kita masih bernafas. Puji Tuhan, kita masih dipercaya menikmati kehidupan.
Firman Tuhan yang hendak kita renungkan, “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”
Kisah Para Rasul 20:35
Saudaraku. Kebahagiaan lahir dari memberi. Betulkah? Anggapan umum memberi itu mengurangi. Memberi dimaknai menimbulkan kerugian. Karena orang senang bertambah atas apa yang dimilikinya, maka memberi kurang disukai. Orang takut memberi, karena setiap orang tidak menginginkan milik berharganya berkurang.
Firman Tuhan memberi gambaran berbeda. Malah, membalikkan anggapan umum dengan menyatakan ”terlebih berbahagia memberi daripada menerima”. Tentu saja, kening kita berkerut. Berpikir keras dan bercampur ragu. Apa, betul?
Saya ingin menyampaikan bahwa memberi tidak menimbulkan kerugian. Sebaliknya, memberi mendatangkan suka cita. Bahkan, mendapatkan hal yang tak terbayangkan sebelumnya.
Sebuah kisah berjudul, “ A happiness come through giving”. Sahdan, ada seorang perempuan yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di kantor dan melayani kebutuhan praktis para karyawan (office girl). Suaminya meninggal karena malaria. Anaknya tewas kecelakaan lalu lintas. Hatinya terpukul. Batinnya terguncang. Perubahan terjadi pada dirinya, ia menjadi penyendiri. Enggan tersenyum kepada siapapun. Ia menganggap hidupnya semata-mata rangkaian musibah yang terlalu berat buat dipikulnya.
Suatu hari, pulang kerja. Seekor anak kucing mengikutinya pulang. Basah. Kedinginan dan kelaparan. Berkali-kali kucing itu diusir, tetap saja mengikutinya sampai di depan pintu.
Perempuan itu jatuh iba. Kucing dibiarkan masuk dan perempuan itu menuangkan susu di piring. Si kucing menghabiskannya dengan lahap. Eh, setelah itu, si kucing menggosok-gosokkan kepalanya ke kaki sang office girl itu. Seolah mau mengucapkan terima kasih. Awalnya, si perempuan itu menolaknya. Tapi, lama-kelamaan ia membiarkannya.
Ia tersenyum. Sejak ia merasakan beratnya beban hidup, baru kali itu perempuan itu tersenyum lagi. Besok paginya, dia bangun. Dia bikin kue. Dia bagi kucingnya. Sejak saat itu si kucing tinggal bersamanya. Mulai hari itu pula, si office girl suka membikin kue. Dia bagi tetangga yang memerlukan. Ia berpikir, dengan memberi kepada seekor kucing saja, kuncup kebahagiaan bertunas lagi. Apalagi jika memberi dan berbagi kepada manusia.
Saudaraku, perempuan itu karena memberi memang susunya berkurang. Tapi, dia tidak rugi. Kebahagiaan yang hilang, malah kini kembali.
Jadi, jika Anda dan saya ingin membangun kebahagiaan dan kesukacitaan, maka kasih itu kuncinya. Kasih yang memberi. Ternyata bukan saja menghadirkan kesuka citaan dan kebahagiaan bagi penerimanya. Jangan lupa, ternyata pelaku kasih itu juga mendapat pantulan dari yang dikerjakannya.
Saudaraku. John D. Rockefeller dijuluki miliarder pertama di dunia. Orang paling kaya sejagad dalam era modern. Dalam perjalanan hidupnya pernah sakit-sakitan. Dan hidup penuh kemuraman. Dalam gelimang kekayaannya, ia pribadi yang sukar mau mengulurkan bantuan. Ia tidak happy. Kemudian, John D. Rockefeller dikenal sebagai amat murah hati, banyak membantu, seorang philantrofis. Ternyata, sejak ia mulai murah hati yang mengubah hidupnya menjadi lebih berbahagia. Ia warga gereja yang taat. Banyak menolong. Bisa jadi, karena ia merasa hidupnya lebih berarti. Sehingga hal itu menumbuhkan suasana hati yang penuh kegembiraan.
Saudaraku. Maukah Anda dan saya lebih berbahagia? Bersediakah Anda dan saya hidupnya penuh senyum suka cita? Maka, mari Anda dan saya menepis anggapan memberi itu merugikan. Dan untuk itu ayo, kita mempraktikkan memberi sebagai wujud kehadiran kita. Niscaya kita bisa meresapi yang diutarakan firman Tuhan, ”terlebih berbahagia memberi daripada menerima”.
Kita berdoa, “ Tuhan, jadikan kami pelaku cinta kasih yang berkenan mau memberi. Terlebih, kami ingat, Engkau adalah Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi”.
Kami menyerahkan dalam pemeliharaan-Mu saudara-saudara kami yang terkena dampak Covid-19. Mereka yang kehilangan pekerjaan, berkurangnya pendapatan dan bergumul dengan persoalan psikologis. Tolong dan bebaskanlah mereka dari jerat kesulitan. Karuniakan kesabaran dan kekuatan. Semoga lambat tapi pasti situasi sulit ini berlalu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.