Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, ibu-bapak, Eyang kung-eyang ti, mbak-mas, dan Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah yang menuntun kita melewati malam dengan istirahat yang baik, serta memungkinkan kita memasuki akhir pekan.
Firman Tuhan pagi ini diambil dari, “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, (47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.”
Kisah Para Rasul 2:46-47
Saudara, ada dua kata penting untuk direnungkan. Yakni pertumbuhan dan pertambahan. Dalam kehidupan bergereja dua kata patut hadir. Bertumbuh tanda ada kehidupan yang dinamis. Sedangkan pertambahan tanda gereja itu menarik gaya hidupnya, sehingga mengundang orang terdorong bergabung.
Menengok ke persekutuan umat Kristen awal, atau gereja mula-mula, pertumbuhan dan pertambahan hadir berjalan seiring. Iman mereka kepada Yesus sebagai Tuhan terungkap nyata. Makin kuat dan makin mempesona. Satu sama lain tak terpisahkan. Doa dan saling mencinta mendapat tempat utama. Sikap tulus dan suka cita terekspresikan dalam ikatan bersama.
Saudaraku, sebagai umat yang percaya usia iman mereka teramat muda. Mereka buah-buah pertama hasil kerja Roh Allah. Namun, perilaku dan aksi memperlihatkan kematangan serta kedewasaan iman. Egoisme ditanggalkan. Kepentingan bersama diutamakan.
Kita melihat prinsip “satu untuk semua”, “semua untuk satu”, “semua untuk semua”. Hal tersebut tanda nyata pertumbuhan iman. Tanda kuat pertumbuhan spiritual.
Saudaraku, tak heran gaya hidup mereka disukai semua orang. Mereka yang bergabung terus mengalir. Persekutuan gereja awal pun makin besar secara jumlah. Banyak hati orang yang nyaman melihat, lalu bergabung dalam gaya hidup itu. Lengkaplah. Ada pertumbuhan. Di sana juga ada pertambahan.
Saudaraku, Kita bersyukur menjadi bagian persekutuan orang percaya. Pertanyaan reflektif bagi kita, sudahkan persekutuan menghadirkan daya tarik bagi sekeliling kita? Apakah di masa pandemik, praktek hidup seperti Jemaat mula-mula kita terjemahkan secara nyata? Atau hidup sendiri-sendiri dan berjuang sendiri-sendiri?
Saudaraku, beberapa kali saya mendengar ungkapan “kami terharu”. Ungkapan ini lahir dari saudara-saudara muslim yang menerima bantuan sembako yang dilakukan gereja. Mereka tidak menyangka gereja menghampiri mereka. Khususnya di saaat sulit, sedangkan di mata mereka, warga gereja pun mengalami kesulitan. Mereka terharu dan hati mereka terkesan.
Ada juga warga gereja yang mendapat bantuan, lalu ia pergi saudara muslimnya yang tidak mendapat bantuan. Ia serahkan bantuan yang diterimanya. Dalam kekurangan masih berbagi.
Saudaraku, jika gereja ada yang tidak disukai saat ini, kita harus merenung lagi, apakah jangan-jangan gereja mulai kendor mempraktikkan gaya hidup Jemaat mula-mula? Mereka saling berbagi, sehingga tidak ada yang tercecer dan tertinggal. Mereka kompak. Sehati, sepikir dan bersatu padu dalam doa dan berbuat kebaikan. Semuanya terpelihara, semuanya bahagia.
Saudaraku, Tuhan memberi talenta pada kita. Tuhan memberikan ladang agar kita berkarya. Namun, jika talenta itu kita kubur. Dan karya itu ditunda-tunda. Jangan sampai persekutuan kita tidak bertumbuh. Tanpa pertumbuhan kita bagaikan bonsai. Tanpa pertambahan, persekutuan kita malah makin berkurang. Karena orang lain tidak melihat daya tariknya buat bergabung.
Kini dan ke depan, kita harus bertumbuh dan wajib bertambah. Dan disukai semua orang. Kita menjadi oase di tengah kehidupan penuh kompetisi dan egoisme.
Dengan demikian, kita hadir dengan semerbak kehidupan iman yang menyegarkan kebersamaan. Kita terus menjadikan doa dan ibadah serta karya terhadap sesama sebagai wajah keberadaan kita sebagai gereja. Dan sebagai warganya, kita bersyukur atas kebaikan Tuhan dan tetap hidup setia dalam panduan-Nya.
Kita berdoa, Tuhan, kuatkan kami terus berkarya karena Engkau telah memberi talenta. Kadang sebagai Gereja, kami gagal berkarya. Kami takut, bingung dan diombang ambing kegelapan ujian dan tantangan. Kiranya Engkau menjadi Nakhoda perahu kehidupan.
Inilah doa kami. Kabulkanlah permohonan kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.