BERHENTI SEJENAK UNTUK MEMULAI KEMBALI

Ibrani 4:9-11

Ada damai sejaht’ra Allah,
ada damai sejaht’ra Allah,
ada damai sejaht’ra Allah di hatiku.”

Ini adalah lagu dari PKJ 203 yang berjudul “Ada Damai Sejah’tra Allah”. Saya sengaja mengawali perenungan ini dengan lagu tersebut, karena bagi saya damai sejahtera Allah itu tidak jauh, melainkan dekat bahkan dapat dirasakan di dalam hati kita masing-masing. Kesadaran melalui lagu ini mengantar kita pada suatu makna tentang Perhentian yang kita temukan dalam pembacaan Ibrani 4:9-11.

Menurut beberapa penafsir Perhentian yang dalam bahasa asli “καταπαυσιν” (Yun.: katapausis), yang memiliki definisi:
⦁ Yang menempatkan kita untuk beristirahat, menenangkan angin/badai
⦁ Tempat beristirahat

Secara historis makna kata tersebut mengarahkan pada makna kehidupan kekal bersama dengan Allah di tempat yang telah disediakan oleh Allah (lih Ibr. 4:10). Oleh karena semangat itulah, penulis Ibrani hendak mendorong pembacanya agar bergiat dalam kehidupan penuh ketaatan dalam Kristus Yesus, yang terlihat dalam penegasan melalui kata berusaha pada ayat 11 agar kita dimampukan dan dilayakkan masuk pada tempat perhentian yang menenangkan itu. Namun, apakah makna perhentian itu hanya dapat diperoleh “nanti” pada waktu TUHAN bagi kita?

Rasanya tidak demikian. Secara teologis di dalam Alkitab tidak sedikit ayat yang menggunakan kata perhentian. Terkhusus dalam perjanjian lama makna perhentian dapat merujuk pada hari Sabat dimana umat Israel saat itu diwajibkan untuk berkumpul dan beribadah sebagai wujud ketaatan pada Allah. Sehingga mereka harus meninggalkan pekerjaan dan aktivitasnya dan memfokuskan diri pada kebaikan-kebaikan TUHAN yang dialami selama 6 (enam) hari berjalan dalam kehidupan mereka.

Biasanya, dalam tradisi Israel, pemaknaan Sabat ini dilakukan dengan berkumpul sebagai keluarga, saling berbagi kisah kebaikan TUHAN, dan menikmati hidangan dengan makan bersama dalam satu meja. Sehingga Sabat menjadi sebuah gerak kekeluargaan yang akrab dan hangat yang melaluinya setiap orang dapat berefleksi atas aktivitasnya yang telah dilakukan dan menemukan kebaikan TUHAN yang begitu indah dalam kehidupan mereka.

Melalui tradisi perhentian/Sabat dalam tradisi Israel itu membuat kita dapat melihat pemaknaan perhentian menjadi lebih dekat, bukan hanya tentang tempat yang TUHAN sediakan bagi kita nanti, melainkan tentang sebuah momen istirahat sejenak yang melaluinya kita dapat merasakan TUHAN yang dapat dimaknai begitu dekat sekarang ini. Bayangkan, dalam dunia industri yang semakin maju seperti sekarang ini, seolah-olah setiap orang ada dalam tuntutan kehidupan, baik untuk bekerja dengan giat, bersekolah dengan tekun, dan tidak lupa target-target hidup yang senantiasa didengung-dengungkan. Apakah itu salah? Tidak juga. Tetapi jangan lupa di tengah kesibukan zaman kita perlu untuk memiliki perhentian.

Perhentian menjadi waktu kita berhenti sejenak untuk melihat apa yang sebetulnya telah kita kerjakan, perhentian menjadi waktu kita berhenti sejenak dari tuntutan-tuntutan jaman dan mengarahkan hati pada kebaikan kehadiran TUHAN serta penyertaan-Nya.

Sehingga kita tidak lalu terlelah-lelah dan kehilangan arah tujuan, tetapi kita dapat melihat melalui perhentian itu anugerah pemeliharaan Allah yang sebenarnya begitu indah dalam kehidupan kita masing-masing. Perhentian juga menjadi waktu yang berharga ketika kita menyadari bahwa melalui keluarga, TUHAN juga sedang mengadakan pemeliharaannya yang luar biasa.

Sehingga kita memeluk dan hidup dalam cinta juga bersama dengan keluarga kita, atau bahkan melakukan perhentian dengan mengadakan makan bersama dan saling bertukar cerita pengalaman hidup masing-masing.

Itulah makna indahnya perhentian. Marilah kita memaknai indahnya perhentian, sehingga kita dimampukan dan dipersiapkan kembali untuk memulai dan menjalani hidup dengan kesadaran bahwa anugerah TUHAN tersedia bagi kita. Tuhan memberkati kita semua. (BDDE)

Pertanyaan Pendalaman:

  • Faktor apa yang membuat kita sulit untuk memiliki waktu perhentian? Sehingga kita lebih terfokus pada hal lain dibandingkan berhenti sejenak, menerung dan merefleksikan hidup kita dalam kerangka kebaikan TUHAN
  • Apakah Saudara memiliki pengalaman tentang indahnya menemukan/menyadari kebaikan TUHAN dalam hidup Saudara melalui perenungan? Ceritakanlah baik dalam komunitas, keluarga, maupun persekutuan di manapun Saudara berada.