Amsal 14:23-24
Selama kita bernapas di dunia ini, persoalan pasti ada, mulai dari hal yang sepele hingga yang rumit. Persoalan yang menghampiri kita itu tidak kenal waktu, usia, status sosial, gender, juga agama. Singkat kata, sebagai manusia kita pasti dan akan terus, berhadapan dengan masalah. Bukan gara-gara dianugerahi predikat “anak-anak Tuhan” kita bebas dari persoalan dunia. Tuhan tidak berjanji bahwa Ia akan membawa kita terbang tinggi sementara bumi berguncang. Justru di dalam iman Kristen kita percaya bahwa Allah mengutus kita ke dalam dunia dan menjadi saksi di tengah dunia yang berguncang itu.
Terkadang kita memandang persoalan atau masalah sebagai kesulitan atau kesusahan. Tak dapat dipungkiri bahwa ada aspek kesusahan dalam suatu masalah. Namun, bila kita hanya berfokus pada aspek itu, maka suatu masalah tak akan kunjung selesai. Sebagai orang beriman, fokus kita adalah kepada Allah. Kita percaya bahwa Roh Kudus senantiasa membimbing kita. Penyertaan Roh Kudus tidak serta-merta menghilangkan atau menyelesaikan tiap persoalan secara instan. Sebaliknya, di dalam Allah kita mendapatkan kekuatan dan semangat untuk menjalani persoalan yang tengah dihadapi.
Amsal yang kita baca pada hari ini mengingatkan bahwa ketika kita bertekun menghadapi persoalan, ada berkat di baliknya. Kita mungkin harus jungkir balik, menghadapi tekanan yang berat, mengaduh, dan meneteskan air mata. Pendek kata, seperti kata Amsal, kita berjerih payah. Ketika jerih lelah itu kita pasrahkan di dalam kuasa Allah, kita akan melihat dan menemukan karya Allah yang membentuk dan menguatkan kita. Keuntungan yang dimaksud Amsal tentu bukan terutama materi atau kekayaan. Yang lebih penting ialah pribadi yang semakin tangguh, semakin mengerti arti berserah kepada Tuhan, semakin terasah dalam menghadapi persoalan yang suatu waktu akan menjadi jauh lebih berat di waktu mendatang. Selain itu, pribadi yang dapat menjadi saluran pertolongan Allah bagi orang lain yang tengah menghadapi persoalannya. Keuntungan yang didapatkan dalam kesediaan berjerih lelah itu adalah berkat tersembunyi.
Di samping memercayakan diri kepada Allah, kita wajib menggunakan akal sehat atau pertimbangan-pertimbangan yang matang dalam menghadapi tiap persoalan. Allah telah memberikan kepada kita kemampuan luar biasa itu kepada manusia. Allah menciptakan otak bagi kita dan itu bukanlah hiasan. Otak yang diciptakan Allah itu mampu menghasilkan banyak hal yang mengagumkan dan kita diberi kesempatan seluasnya untuk mendayagunakannya.
Ketika kita menggunakan otak kita untuk memancarkan kebaikan Allah, untuk memperlihatkan pertimbangan hati nurani, untuk mengemukakan pertimbangan yang sehat dan rasional, sesungguhnya kita sedang memuliakan Allah. Beriman janganlah diidentikkan dengan ketiadaan rasionalitas, seolah-olah persoalan bisa selesai hanya dengan percaya kepada Allah dan mengabaikan pertimbangan akal sehat. Justru dengan bertindak secara rasional kita sedang menyatakan iman kita. Maka, dengan tepat Amsal mengungkapkan bahwa mahkota orang bijak adalah kepintarannya. Seorang yang beriman menjadi sekaligus orang yang bijaksana ketika ia merespons persoalan yang dihadapi bukan dengan mengandalkan emosi sesaat, melainkan pada pertimbangan yang matang.
Kita semua menghadapi kesulitan di tengah masa pandemik ini. Namun, bersungut-sungut atau menyalahkan keadaan, apalagi bertindak irasional dan sembrono tidak akan menolong kita. Lakukanlah dengan tekun apa yang mampu kita jalani, sambil terus berserah serta memohon hikmat dan kekuatan dari Tuhan. (JNM)
Pertanyaan Pendalaman:
- Amsal 14:23b menyatakan “kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja”. Apakah hal ini berarti kita tidak perlu menyampaikan kata-kata? Apa kira-kira yang dimaksudkan?
- Setujukah Saudara pada pernyataan di atas, “Dengan bertindak secara rasional kita sedang menyatakan iman kita”? Jelaskanlah pendapat Saudara!