Oleh Pdt. Supriatno
Hari baru telah tiba. Udara segar, cuitan burung dan tubuh yang segar sebagian berkat yang kita rasakan sebagai karunia Tuhan Allah. Selamat pagi seluruh Saudaraku yang baik.
Mengantar aktivitas hari ini firman Tuhan diambil dari, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” Galatia 6:2
Saudara, ada seorang ibu yang tengah mengeluh kepada kawan bicaranya. Dia menyatakan bahwa belakangan anaknya yang memasuki masa pubertas sering membantah jika ia menasihatinya. Lebih banyak diam di kamar, dan banyak waktu dihabiskan untuk chating, atau ngobrol dengan kawan-kawannya lewat whatt app. Kawan bicaranya menyimak dan mendengar dengan seksama. Sesekali bertanya, dan mencoba menghibur dan menguatkan. Akhirnya, setelah sekian waktu percakapan itu berakhir. Wajah perempuan yang awalnya keruh, berubah lebih ceria. Mereka kemudian berpisah dengan memperlihatkan wajah lebih cerah.
Itu sebuah ilustrasi sebuah beban yang tengah dihadapi seseorang. Sedangkan kawan bicaranya berhasil berperan meringankan beban yang tengah ditanggung sahabatnya. Dengan mendengar curhat sahabatnya, menyimak dengan ikut merasakan suasana hati sahabatnya (empati), dan memberikan tip-tip nasihat bagaimana menghadapi perkembangan anak remaja. Sesungguhnya, itu merupakan sebuah bentuk pertolongan.
Pertolongan banyak ragamnya. Tindakan mendengar sebuah keluhan dengan sepenuh hati, menuntun seorang sepuh menyebrang jalan yang padat kendaraan, mengambil over tugas teman sekantor yang tidak masuk karena sakit, mengunjungi orang sakit dan menghiburnya, sampai mentraktir makanan buat teman yang tidak sempat sarapan, itu sederet bentuk tindakan yang bernama menolong. Jika kita mau menginventarisasi lagi, masih banyak yang bisa disebutkan dan juga bisa dilakukan. Dari bentuk pertolongan sederhana hingga bentuk pertolongan yang luar biasa.
Kita hari ini bisa saja pada posisi menolong orang lain, tetapi siapa tahu pada kesempatan lain kitalah yang berada pada posisi yang butuh ditolong. Mengapa? Karena dalam hidup tidak semua hal dapat kita kerjakan sendiri. Oleh sebab itu siapapun memerlukan orang lain. Seorang konglomerat yang hidupnya bergelimang harta dan serba lengkap, pasti dia juga tetap membutuhkan orang lain. Atau, seorang presiden sekalipun, pasti ada momen-momen beliau butuh kehadiran dan pertolongan orang lain.
Ajakan firman Tuhan karena itu sangat tepat, bahwa kita musti hidup saling tolong menolong. Saling give and take, memberi dan menerima. Ajakan firman Tuhan ini supaya, pertama, kita peka atas orang lain yang sedang menanggung beban. Kita sadar kemampuan manusia, siapapun dia, ada batasnya. Di situlah kita bisa hadir dan meringankan.
Kedua, kita jangan sombong. Sombong bahwa seolah-olah kita tidak perlu orang lain. Siapa yang tahu, jika pada suatu saat ban mobil atau motor yang kita kendarai bocor. Tidak mungkin kita dorong sendiri. Kita butuh pertolongan dari luar diri kita.
Saya dan pasti Anda juga pernah menjenguk orang sakit. Kita bisa melihat, sekaya apapun dia, sepintar apapun dia, sekuasa apapun dia, kalau tergeletak di ranjang rumah sakit, orang itu tidak bisa apa-apa. Dia perlu orang lain. Jadi, kita tidak boleh tinggi hati.
Ketiga, praktik bertolong-tolongan adalah memenuhi hukum Kristus. Itu norma orang beriman dan merupakan suatu panggilan bagi kita untuk memenuhinya.
Semoga ketiga hal di atas menafasi kegiatan kita dalam berinteraksi dan hidup bersama orang lain. Jangan hidup seperti ungkapan orang Betawi, ” elu-elu, gue-gue”. Hidup yang amat individualistik. Sepatutnya, kita hidup bersama saling memperhatikan dan saling meringankan di saat kita menanggung beban.
Semoga jika kita melihat ada saudara, tetangga atau teman, terlebih orang tua sendiri mengalami kesulitan, semestinya hati kita terbuka dan tangan yang siap menolong. Kita menjadi subyek yang meringankan untuk mereka yang membutuhkan pertolongan. Demikian juga, jika hari ini atau hari lain, justru kitalah yang membutuhkan pertolongan. Kiranya Tuhan mengetuk sahabat, keluarga, saudara agar kita diringankan mereka. Terlebih dari itu, hidup kita sangat membutuhkan pertolongan sejati dari Tuhan Yesus.
Kita berdoa, ” Tuhan, kini kami memasuki hari yang dipenuhi kesulitan. Esok, lusa atau beberapa hari ke depan, mungkin kesulitan masih mewarnai hidup bersama kami sebagai keluarga, bagian gereja, masyarakat dan bangsa. Kiranya kami memiliki spirit dan komitmen saling meringankan dan membantu.
Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.