Hidup Dalam Janji Allah

Oleh Pdt. Supriatno

Bahan: Keluaran 14:21-22

Selamat pagi, bapak-ibu, eyang kakung-eyang putri, mas-mbak dan seluruh Saudara yang kami kasihi dalam Yesus Kristus. Terpujilah Allah Yang Maha Baik, Dia yang senantiasa memelihara hidup kita hingga pagi ini.

Firman hari ini, Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. (22) Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.

Keluaran 14:21-22

Saudara, umat Israel tengah berada pada posisi menakutkan. Mereka tengah terjepit dua pilihan sulit. Kita tahu, rombongan besar mereka tengah keluar negeri Mesir menuju tanah perjanjian. Dari negeri perbudakan ke negeri yang merdeka.

Mereka tiba pada posisi yang sangat pelik. Rombongan besar itu tiba di tepi laut, jelas perjalanan sulit diteruskan. Perahu tidak ada. Berenang? Mana mungkin. Jelas perjalanan mereka terhenti. Sebaliknya, bila mereka memutuskan mengambil perjalanan kembali, tentara terbaik Mesir sudah mengepung mereka. Dilema. Serba salah. Maju kena, mundur kena. Pepatah kita seperti “makan buah simalakama”. Makan buah ayah mati, tidak makan buah ibu mati.

Mereka diperhadapkan pada pilihan tidak mudah. Tidak ada pilihan yang menawarkan pemecahan. Inilah yang mungkin kita sebut jalan buntu. Mentok, tidak bisa kemana-mana. Tidak ada tawaran solusi yang memberi resiko minimal. Melanjutkan terus, umat itu akan tewas diterjang air laut. Mundur, mereka akan mati di tangan serdadu Mesir yang memburunya.

Saudaraku, di tengah situasi kritis dengan tanpa tahu mereka harus memilih yang mana, Musa menenangkan mereka. Ia meminta agar mereka yakin bahwa Allah tetap memberi keselamatan. Bisa saja Musa tidak tahu bentuk tindakan Allah, tapi sebagai pemimpin ia yakin Allah akan bertindak. Umat Israel semua bingung, seorang pemimpin tidak boleh tenggelam dalam kebingungan sama. Umat Israel putus asa. Seorang pemimpin harus kokoh dengan pengharapan. Jika tidak, rombongan besar itu akan bertikai satu sama lain dan porak poranda.

Dan, benar ucapan Musa. Musa tidak cuma menghibur supaya mereka tidak panik. Apa yang terjadi kemudian, kita tahu akhir kisah ini. Allah memerintahkan agar Musa mengangkat tongkat dan mengulurkan ke laut. Terjadilah air laut menjadi kering, memberi jalan kepada rombongan. Lalu, setelah mereka tiba di ujung daratan, Allah mengulurkan tongkat yang sama ke air laut. Maka, serdadu yang tengah mengejar mereka semuanya binasa tergulung air laut yang dashyat.

Loloslah umat Israel dari situasi dilematis. Kebuntuan terpecahkan. Saudara, kita juga bisa jadi pernah berada dalam posisi serba salah. Kita tidak tahu lagi jalan keluar terbaik dari sebuah permasalahan. Begini salah, begitu juga salah. Kita tidak menemukan jalan dan pilihan mana yang terbaik harus ditempuh. Atau, saat sekarang kita sedang dalam posisi serba salah.

Kita lihat, dari pengalaman umat Israel, mereka pasti panik dan mengalami ketakutan mencekam. Sampai sempat muncul penyesalan mengapa harus meninggalkan Mesir jika nasib akhirnya harus mati dalam situasi mengenaskan dalam perjalanan pelarian. Jelas, siapapun orangnya akan punya perasaan sama dengan mereka. Mereka berhadapan dengan masalah besar sedang mereka kecil sekali. Kita pun akan takut dan menyerah, karena tidak terlintas bagaimana solusinya.

Satu hal yang tidak diduga oleh mayoritas umat Israel duga, peranan Allah. Mereka sudah dicekam ketakutan sehingga mereka tidak ingat Allah. Di sinilah peran penting pemimpin, di saat semua pesimis selamat, nabi Musa menenangkan mereka. Mengajak mereka berpaling pada Allah. Dan terbukti, Allah tidak mengecewakan mereka.

Saudara, berlindung dan mengandalkan Allah tidak akan pernah mengecewakan kita. Allah tidak pernah menutup mata dan membiarkan kita binasa oleh masalah kita. Yang sering mengewakan adalah jika kita mengandalkan manusia. Janji Allah selalu ditepati hanya soal waktu yang misteri. Janji manusia yang suka indah dan merdu didengar namun tidak seindah dan semerdu realisasinya. Hidup dalam janji Allah akan menempa kita agar tidak takut. Badai kehidupan tidak akan menenggelamkan kita.

Kita berdoa, “ya, Tuhan pautkan kami dengan janji-Mu agar kami selalu hidup mengandalkan Engkau.”

Kami berdoa hari ini untuk kebaikan Tuhan Para Lansia, opa-oma kami. Semoga anak-mantu serta cucu semua berbahagia. Berilah kesehatan, suka cita dan panjang umur. Engkau baik di hari lalu, juga baik hari ini dan tetap baik di hari esok pada Para Lansia yang kami kasihi ini. Terpujilah nama-Mu.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.