KASIH KARUNIA ALLAH ADA DI BALIK SELURUH KARYA PELAYANAN

Kisah Para Rasul 14:26-28

Kisah Para Rasul berisikan kisah mengenai karya pelayanan yang dilanjutkan oleh Para Rasul setelah Kristus naik ke Sorga dan Roh Kudus tercurah bagi mereka. Karya pelayanan Kristus dilanjutkan oleh para Rasul dan setiap orang yang percaya kepada Kristus. Dari satu tempat ke tempat lain, mereka mengabarkan kabar sukacita mengenai karya penyelamatan Kristus di dunia. Tentu bukanlah hal yang mudah untuk meneruskan karya pelayanan Kristus itu. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para Rasul. Dengan hanya mengandalkan kekuatan mereka sendiri, tentu saja melakukan karya pelayanan menjadi hal yang mustahil. Kita tahu bahwasanya karya pelayanan itu dilakukan bukan hanya dengan kekuatan pribadi mereka, melainkan juga ada kasih karunia Allah yang menaungi.
Pembacaan Alkitab kita hari ini mengisahkan bagaimana Paulus dan Barnabas mengabarkan Injil ke Derbe dan hendak kembali ke Antiokhia. Di Derbe, Paulus dan Barnabas mendapatkan banyak murid (Kis. 14:21) dan melanjutkan perjalanan ke Listra, Ikonium, Pisidia, dan Pamfilia untuk menguatkan hati para murid, menasihati mereka, dan memilih penatua-penatua untuk jemaat-jemaat itu (Kis. 14:22-24). Barulah mereka tiba di Antiokhia, di mana di tempat itulah mereka diutus untuk mengabarkan Injil dengan kasih karunia Allah.

Di Antiokhia, Paulus dan Barnabas juga menceritakan tentang pengalaman pekabaran Injil yang mereka lakukan. Ada sebuah pengakuan yang menjadi kesaksian bagi mereka, yakni segala sesuatu Allah lakukan melalui perantaraan mereka (Kis. 14:27). Pengakuan yang menjadi kesaksian inilah yang menjadi pengingat bahwa karya pelayanan yang dilakukan oleh Paulus dan Barnabas dimampukan oleh Allah yang berkarya dalam di dalam diri mereka. Kasih karunia Allah yang menyertai setiap keberhasilan dalam karya pelayanan mereka.

Apa yang menjadi pengakuan dan kesaksian Paulus dan Barnabas inilah yang seharusnya menjadi pengingat bagi setiap kita. Karya pelayanan yang telah dan sedang kita lakukan saat ini bukanlah hasil usaha kita saja, melainkan ada kasih karunia Allah yang melingkupi. Kita bisa melakukan berbagai karya pelayanan karena Allah yang memampukan kita. Ia tetap menguatkan kita ketika kita melakukan karya pelayanan.

Pengakuan bahwa kasih karunia Allah yang melatarbelakangi seluruh karya pelayanan menjadi penting, sebab jika tidak maka kita akan menjadi pribadi yang sombong rohani – yang menganggap bahwa karya pelayanan dapat berjalan karena kemampuan dan kekuatan kita pribadi. Maka, kalimat “Kalau tidak ada saya maka pelayanan ini tidak berjalan” seharusnya tidak lagi muncul dalam setiap percakapan kita, tetapi kalimat yang seharusnya muncul adalah, “Karena Allah yang memampukan dan menguatkan, saya dipakai untuk melakukan karya pelayanan ini”. Selamat melakukan karya pelayanan kita, ingatlah kasih karunia Allah yang memampukan dan menguatkan kita dalam melakukan itu semua. (WAH)

Pertanyaan pendalaman:

  • Sikap apa yang seharusnya muncul ketika melakukan karya pelayanan?
  • Apa yang seringkali melatarbelakangi sikap tinggi hati dalam melakukan pelayanan?