Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Mazmur 133:1
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Saat kita terbangun dari tidur kita, marilah mengarahkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada Allah yang Maha Baik.
Firman Tuhan, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”
Mazmur 133:1
Saudaraku, betapa pahitnya pengalaman berkonflik, terlebih dengan orang yang sangat dekat dengan kita. Orang yang dekat dengan kita setelah orang tua adalah saudara kandung atau saudara tiri. Secara gen atau darah maupun secara psikologis saudara merupakan sosok yang relasinya paling intim. Orang tua sama, hidup di bawah atap rumah yang sama, sejak kecil telah terbentuk kehangatan saling mengasihi secara alami, dan faktor lain yang amat banyak. Karena itu, bila suatu saat ada seseorang terjebak pada permusuhan dengan saudaranya sendiri, amat disesalkan. Sebab, dampak perasaan lukanya pun justru lebih berat.
Alkitab secara blak-blakan mengisahkan beberapa kisah pedih itu. Kisah yang menggambarkan buruknya relasi antara adik dan kakak. Alkitab tidak menyembunyikan informasi tentang anak-anak “tokoh alkitab” yang malah menghancurkan nilai2 persaudaraan. Mereka yang gagal menjadi contoh baik, agar kita meneladani bagaimana hidup rukun antar saudara.
Soal brutalitas perlakuan kakak atas adik, kisah Kain yang membunuh Habil, sungguh membuat kita bergidik. Gara2 cemburu soal persembahan, seorang kakak yang harusnya melindungi adik kandung sendiri, menghilangkan nyawa adiknya. Tega betul dia!
Kita ingat perjalanan hidup Yusuf. Di mata kakak2nya, Yusuf dianggap _sok pintar._Dan merebut perhatian ayahnya, Yakub, hanya tertuju untuk Yusuf. Sehingga mereka merasakan pembedaan kasih sayang. Ujung dari ketidak puasan ini, mereka menyingkirkan adiknya sendiri. Dibuang dan dicelakakan.
Kisah ini pun sungguh mempertontonkan ketidak mampuan kakak memproteksi adiknya sendiri. Kita tahu, akibatnya bertahun-tahun Yakub menyimpan kepedihan karena kehilangan Yusuf. Dan sekian tahun, penderitaan itu disebabkan ulah anak2 kandungnya sendiri.
Hanya itukah kisah bagaimana orang memperlakukan saudaranya dengan buruk? Oh, tidak. Masih banyak. Hanya saya ingin mengangkat satu kisah lagi, yakni hancurnya kerukunan Yakub dan Esau. Konflik yang tidak dipisahkan dengan semangkuk kacang merah. Kisah konflik ini pun sarat ataupun penuh dengan drama yang menguras emosi kakak-adik.
Betul, konflik antar keduanya tidak sampai saling berdarah-darah. Hanya ingat, bertahun-tahun antar mereka hidup terpisah dalam suasana takut terhadap saudaranya sendiri. Mereka rindu untuk berjumpa dan berpelukan. Tapi, rasa marah dan takut menghalangi mereka. Bahkan, bukan hanya di antara mereka secara individu. Relasi ipar dan saudara sepupu pun tidak mengenal kehangatan kasih satu sama lain.
Saudaraku, mengapa Alkitab mengangkat sisi hitam anak-anak tokoh sekaliber Isak, Yakub, bahkan yang lain juga seperti anak-anak Daud? Tentu, ada kandungan pesannya. Yaitu jangan berkonflik antar saudara sekandung atau tiri. Sebab, kita akan kehilangan nilai terindah yang semestinya kita kecap. Konflik itu harus segera diatasi sejak dini. Selagi kadar konfliknya masih rendah, sebaiknya harus cepat diselesaikan. Konflik yang dibiarkan maka kelak akan menjadikan manusia seperti monster yang tidak mengenal belas kasihan. Permusuhan yang tidak cepat dipadamkan akan membakar kebeningan hati dan melahirkan sikap kejam.
Sadar bahwa persaudaraan itu nilai yang indah, bahkan lebih indah dari sebuah persembahan. Tuhan Yesus berkata, ”tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.” Matius 5:24
Saudaraku. Selama minus nilai persaudaraan, maka berbuntut relasi antar manusia penuh dengan konflik dan kekerasan. Kerukunan menjadi hal langka. Sulit dilihat dan ditemui. Padahal nasihat firman Tuhan kepada kita agar kita “diam bersama dengan rukun”. Kita dipanggil membangun kerukunan. Hidup bersama akan keropos tanpa kerukunan. Satu sama lain dipenuhi permusuhan. Kita tahu, dalam situasi permusuhan hati tidak damai. Sekaligus suasana takut merasuki pikiran dan emosi manusia.
Mari, kita jaga nilai persaudaraan dan kerukunan, sebab itu bagaikan permata kehidupan. Terlihat indah dan terasa menyejukkan hati, saat kita memilikinya. Karena itu, hidup rukun menjadi pilihan kita bukan bermusuhan dengan saudara sendiri.
Dalam konteks hidup bermasyarakat dan berbangsa, betapa pentingnya ikatan persaudaraan. Sehingga dalam keragaman suku, agama dan ras, bangsa kita tetap menjaga kerukunan dan keutuhannya. Kita tempatkan spirit atau semangat persaudaraan menjadi perekat sejatinya. Oleh karena itu, mari kita bergandengan agar kerukunan tidak berhenti pada wacana, melainkan wujud nyata dalam kehidupan bersama yang lain.
Kita berdoa, “ Ya, Tuhan, jadikan kami sebagai pembawa damai dalam keluarga kami dan hidup rukun, tak bermusuhan dengan saudara sendiri maupun saudara sebagai sesama.
Kami berdoa untuk acara kebersamaan dalam rangka HUT KE 75 RI. Semoga semakin kuat ikatan persaudaraan dan semakin kokoh keakraban antar anggota masyarakat. Sekaligus memperkuat kesadaran kebangsaan. Kiranya selama kegiatan berlangsung mereka pun menikmati rasa suka cita.
Seluruh doa dan harapan kami, kami alaskan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.