Kesalehan Mendorong Keberhasilan

Oleh Pdt. Supriatno

Bahan: Mazmur 1:3

Mentari di Timur kembali terbit. Selamat pagi, bapak- ibu, opa-oma dan Saudara-saudaraku yang baik. Tuhan itu baik, Ia telah menemani kita melalui malam dan kita menikmati istirahat dengan selamat. Dan Ia yang mengantar kita memasuki tengah pekan. Puji Tuhan.

Firman Tuhan yang kita jadikan landasan renungan diambil dari, “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil”.

Mazmur 1:3

Saudaraku, musim kemarau masih berlangsung. Akibatnya, persediaan air berkurang. Sungai-sungai kering. Pepohonan kering kerontang. Warna daun bunga dan tanaman lebih dominan kecoklatan. Konon, penduduk desa di Nusa Tenggara Timur, untuk bisa mendapatkan air harus berjalan 5 km. Itu setara jarak dari Jatinegara ke Cililitan. Kekeringan itu jelas berdampak bagi kehidupan.

Itu artinya, betapa bermanfaatnya air. Bagaimanapun, air merupakan sumber kehidupan. Tanaman bisa tumbuh segar. Pohon buah bisa berproduksi dengan baik. Dedaunan serba hijau. Enak di mata, sedap dipandang. Maka, air itu yang memberinya. Tidak heran, apalagi di musim kemarau, air menjadi dambaan buat manusia dan tanam-tanaman dan makhluk hidup lainnya.

Firman Tuhan mengumpamakan orang benar, khususnya, biasa disebut orang yang takut akan Tuhan, seperti pohon di tepi air. Artinya, pohon yang berpotensi menjadikan hidup secara sehat dan berbuah lebat. Penampilan orang yang takut Tuhan hidupnya begitu segar. Sekaligus mampu berproduksi dengan baik.

Dengan demikian, kehidupan orang yang takut Tuhan itu membahagiakan orang lain. Hidupnya membuat orang tersenyum senang. Tak heran ada nasihat orang tua atas anaknya berbunyi “anakku, kiranya hidupmu kamu takut akan Tuhan”. Ungkapan harapan agar kelak anak yang dinasihati hidupnya berbuah lebat. Menarik. Dan berhasil.

Sebaliknya, sebuah kehidupan yang tidak takut akan Tuhan maka jiwanya layu. Tidak menarik. Membosankan. Hidupnya tidak produktif. Dari yang diperbuatnya tidak ada hasil baik, yang memberi rasa senang bagi orang lain. Bagi seseorang dengan tipe seperti itu, siapapun sulit menemukan pada diri orang itu praktik hidup yang memberi inspirasi. Hidupnya tidak memberikan pembelajaran bagi orang di kuar dirinya. Kering. Membosankan.

Ben Carson, seorang dokter ahli bedah syaraf terkenal di Amerika. Ia dijuluki si tangan berbakat (gifted hand). Waktu kecil prestasi sekolahnya bagus. Tapi kerap dibully, termasuk oleh gurunya berkulit putih. Kerap ia pulang ke rumah dengan kepedihan. ibunya yang saleh mampu terus memompa semangatnya. Sehingga selalu terngiang-ngiang ucapan ibundanya, “ orang lain bisa berhasil, kamu juga bisa bahkan kamu bisa lebih berhasil.” Itu sebuah contoh, kesalehan mendorong keberhasilan.

Saudaraku. Hari demi hari, kita berjalan menelusuri kehidupan. Memang kita tengah berada di musim kemarau yang kering. Meski demikian, harapan kita, selama berada di tengah fenomena kekeringan, dengan susah payah kita tetap memompa semangat agar tetap menjadi pohon di tepi sungai. Aktivitas kita melahirkan buah. Buah yang baik dan produktif. Dengan apa yang kita katakan dan praktikkan melahirkan senyum buat orang yang kita temui. Kita membuat senyum orang tua, pasangan hidup, anak-anak, sahabat, kerabat. Pendeknya, sesama yang kita jumpai. Hidup kita mengalirkan buah-buah kebaikan yang dibutuhkan sesama kita.

Kita berdoa, ya Tuhan, jadikanlah kami bagaikan pohon yang berbuah lebat karena dekat dengan air sumber kehidupan, yakni Engkau sendiri.

Kami berdoa pula buat saudara kami membutuhkan kesehatan lebih baik. Puji syukur Tuhan selalu mencintai mereka yang sakit. Dulu, kini dan hari esok semoga berkat indah-Mu terus bersama mereka dan keluarganya. Kiranya kesembuhan dan sejahtera dikaruniakan oleh-Mu. Berikan kesehatan yang baik.

Doa ini seluruhnya kami minta dalam nama Yesus yang disalibkan.

Selamat menikmati aktivitas.