Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Matius 19:27
Selamat pagi, Saudaraku yang baik dan dikasihi Tuhan. Bertambah hari maka bertambah pula pengalaman kita bersama Allah bersama kasih-Nya. Puji Tuhan.
Hari Senin ini firman Tuhan diambil dari, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?”
Matius 19: 27
Saudaraku, orang suka mengharapkan imbalan dari apapun yang dikerjakannya. Wajar dan alami. Hal itu menandakan yang dikerjakannya tidak ingin sia-sia. Pertanyaannya, apakah berbuat baik butuh imbalan? Jika, ya, kebaikannya bersifat pamrih. Jika seorang berdoa kepada Tuhan maka itu berarti tidak murni sebagai bentuk pujian dan syukur. Bukankah kita tahu yang namanya tindakan yang dijiwai ketulusan dan kasih yang murni tidak mengharapkan apa-apa.
Seorang ibu yang mengandung anaknya, lalu melahirkan, setelah itu merawat dengan kasih, membesarkan dengan cinta, merawatnya dengan sayang, bukankah itu tidak dilakukan dalam rangka mencari dan mendapat imbalan? Jika bermotif imbalan, imbalan dari siapa? Kalau menuntut imbalan, maka orang tua mencatat semua pengeluaran untuk anaknya. Dan suatu waktu orang tua minta agar diganti sebesar yang telah dikeluarkan, atau lebih.
Saya kira tidak ada seorang ibu pun atau orang tua berpikir demikian. Kita menempatkan seluruh pengeluaran sebagai wujud cinta kasih. Saudara, kita pasti setuju semuanya dilakukan bukan dalam rangka imbalan. Terkecuali ada istilah dalam bahasa Inggris “Surrogate“, ibu pengganti. Rahim seorang perempuan yang dipinjam atau dititipi untuk tempat pembuahan sampai melahirkan. Dan perempuan itu memang dibayar. Di negeri kita praktik demikian belum bisa dan masih kontroversi.
Kini, pertanyaan Petrus dalam bacaan firman Tuhan di atas agak kurang lazim. Dia bertanya tentang imbalan, bahkan upah. Seolah-olah mengikut Tuhan Yesus bagaikan melakukan pekerjaan berpamrih. Dalam dunia kerja umumnya, hal yang dikerjakan mendapat imbalan berbentuk upah atau gaji. Dengan dasar pemikiran, kita bekerja menguntungkan pihak lain, dan pihak lain itu, juga harus menghargai pekerjaan kita. Dan upah adalah bentuknya.
Sementara itu, mengikut Yesus jelas yang diuntungkan adalah kita. Sekaligus, beriman itu bukan pekerjaan. Apakah perlu imbalan?
Saudaraku. Simon Petrus mempertanyakan imbalan apa dengan mengikut Yesus. Ia menempatkan menjadi murid Yesus harus diganjar dengan imbalan. Tidak mau menjadi murid Yesus tidak ada yang diperoleh. Dan rupanya Tuhan Yesus tidak menolak ide Petrus. Tuhan Yesus menangkap pola pikir Petrus yang ingin mendapat imbalan. Jawab Tuhan Yesus, buat Petrus bahwa mereka akan duduk di singgasana. Sedangkan mereka yang telah berkorban demi mengikut Yesus akan mendapat upah ganti seratus kali lipat dan hidup yang kekal.
Artinya, jika berbicara upah mengikut Yesus, Petrus atau semua orang beriman, termasuk Anda dan saya, jangan takut. Tidak perlu kuatir soal imbalan mengikut Yesus. Tersedia upah yang melebihi pengorbanan yang telah kita lakukan. Upah yang tidak bisa diberikan siapapun.
Saudaraku, dengan demikian panggilan kita lebih baik berkonsentrasi pada bagaimana kita tetap setia. Setia beriman, setia mengikut jalan-Nya, dan memelihara kesetiaan itu sampai akhir. Yang paling penting kita pikirkan adalah soal-soal hidup sekarang di dunia ini. Soal kehidupan kelak, soal sorga itu tidak perlu kita risaukan. Semua sudah disediakan Tuhan Yesus. Yakinlah, bahwa iman kita kepada-Nya tidak sia-sia. Tidak sia-sia selama hidup di dunia, juga tidak sia-sia untuk nanti kelak.
Ya, lebih baik kita fokus memelihara hidup yang tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri. Kita menerjemahkan iman dalam hidup sehari-hari. Dalam mengelola keluarga, dalam mengembangkan kerja dan karier, dalam bersosialisasi dengan sesama, dalam menjaga perilaku, dan sebagainya. Konsentrasi kita sekarang yakni mengasihi Allah dan manusia di dunia yang kita jalani ini. Pada hari Senin ini, bagaimana kita berkomitmen menyelaraskan corak hidup kita dengan kehendak-Nya.
Kita berdoa, Tuhan, dengan beriman kepada-Mu, jauhkanlah kekuatiran kami tentang imbalan mengikuti-Mu. Karena Engkau lebih mengerti harapan dan kebutuhan yang paling dalam. Ajarlah kami untuk setia berjalan mengikuti jejak Yesus, Juru Selamat kami.
Kami berdoa agar kami yang bekerja di kantor, atau WFH (di rumah), tuntun kami oleh tangan-Mu yang penuh kuasa. Agar kami aman waktu pergi, saat bekerja maupun pulang. Dan mereka yang beraktivitas di rumah pun Tuhan pelihara kesehatan dan keamanannya.
Kiranya semua anggota keluarga, anak-menantu-cucu bagian dari orang yang beriman, yang Engkau kasihi. Mereka bertekun dalam belajar, bekerja, dijauhkan dari bahaya dan kecelakaan. Semoga semua para buah hati kami semua riang gembira dan mempunyai tubuh yang bugar dan sehat.
Seluruh doa ini, kami naikkan dalam nama Yesus, Tuhan kami. Amin.