Kesulitan Bagian Dari Kehidupan

Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menghirup udara hari baru seraya mengucap syukur kepada Allah. Sebab, karena Dia-lah, kita dan keluarga kita masih diberi umur kehidupan. Refleksi kita hari ini akan memaknai kesulitan bagian dari kehidupan.

Firman Tuhan hari ini, ”Di padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan Harun; (3) dan berkata kepada mereka: “Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.”

Keluaran 16:2-3

Saudaraku, orang yang bersungut-sungut adalah orang yang tidak puas atas sebuah keadaan. Seandainya Seseorang di awal tahun ini mempunyai cita-cita dan harapan tertentu, yang diasumsikan bisa diraih. Tapi, sampai di ujung tahun gelagatnya tidak akan tercapai. Maka Orang itu bisa bersungut-sungut. Di dalam diri orang yang mengeluh tersimpan perasaan kecewa. Ada keluhan.

Demikianlah, suasana emosi dan kebatinan orang Israel. Mereka menyangka dan bermimpi tentu saja, bahwa dengan keluar dari Mesir hidup mereka lebih baik, lebih sejahtera dan bebas dari kesulitan. Dalam bayangan bersama (kolektif) mereka, begitu keluar dari Mesir segala sesuatu telah tersedia dan tidak membutuhkan perjuangan. Kesulitan bagian dari kehidupan bangsa Israel saat keluar dari Mesir.

Segala dugaan dan mimpi itu ternyata tidak sesuai kenyataan. Keluar dari Mesir mereka harus masuk wilayah gurun. Sangat panas suhunya di siang hari dan sangat dingin di malam hari. Dan ternyata, makanan pun tidak terus-menerus tersedia melimpah. Mereka harus menghadapi kelangkaan air minum, termasuk juga makanan.

Tumpukan atau akumulasi berbagai kesulitan yang ada di depan mereka, menumbuhkan rasa kecewa. Mereka tidak puas. Sekaligus tidak siap bahwa untuk meraih kehidupan yang lebih baik, jalan yang harus ditempuh berliku-liku. Butuh perjuangan dan kesabaran. Ujung dari ketidak siapan mental orang Israel adalah bersungut-sungut. Menggerutu.

Saudara, dari mulai awal tahun hingga Menjelang akhir tahun, hidup kita dipelihara Tuhan. Meski demikian, bukan berarti hidup kita mulus tanpa jalan terjal. Tahun ini, bisa jadi kita memetik suasana hidup yang suka cita. Tapi, bukankah kita pun bertemu dengan realitas kepedihan. Kita tidak pernah menduga tahun ini, kita berhadapan dengan virus covid 19, yang banyak merenggut hal berharga milik kita, bahkan ada orang yang kehilangan kekasih hatinya oleh sebab virus jahat itu.

Di sepanjang tahun ini, kita pun tidak cuma duduk manis. Lalu semuanya ada. Oh, tidak. Ada doa, ada pula karya dan usaha. Jika cuma doa lalu minus berbuat apa-apa, itu sikap tidak bertanggung jawab untuk kehidupan. Pemeliharaan Tuhan disertai sikap ketahanan diri kita untuk bekerja. Ada yang sampai harus membanting tulang. Kesabaran menjadi kebutuhan untuk ada.

Tayangan National Geography tentang perempuan-perempuan tangguh di pulau Jeju, Korea Selatan. Mereka disebut “Haenyeo”. Para perempuan ini setiap hari menyelam 3 jam sehari di kedalaman 20 meter dengan kemampuan menahan nafas selama 2 menit. Umur mereka yang paling muda 50 tahun dan yang tertua 81 tahun. Mereka mencari kerang, gurita, bulu babi, dll. Mereka menyelam tanpa bantuan tabung gas. Alami. Aktivitas mereka sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Berat dan membahayakan nyawa. Tapi mereka kerjakan tanpa mengeluh. Tidak mengherankan tradisi yang dijalani para perempuan penyelam ini sudah bertahan ratusan tahun. Mereka memaknai kesulitan bagian dari kehidupan, tak perlu ditangisi dan keluhkan. Melainkan dijalani dengan wajar.

Saudaraku, hidup itu dinamis. Ada suka-dukanya. Sehingga saat kita berhadapan dengan kesulitan, dituntut jiwa yang tegar. Tangguh. Tidak manja dan tidak cengeng menghadapi realitas yang terkadang tidak bersahabat.

Bagaimanapun, sikap kita tetap penuh rasa syukur, dan kemudian dengan modal itu kita tidak menyerah kepada keadaan yang tidak diduga dan kita harapkan, yang ternyata hadir sebagai realitas. Hidup bersama Tuhan bukan berarti tidak aral dan masalah. Tapi, Ia menjanjikan bersama-Nya aral dan masalah tidak menghentikan langkah kita berjalan ke depan.

Kita berdoa, “Tuhan, kiranya selama bersama-Mu, saat kami melangkah menjalani hidup ini, kami tetap bersyukur dan bersikap tegar.

Kami membawa dalam doa, Tuhan memberi pemulihan dan kesehatan kembali kepada Saudara-saudara seiman dan sebangsa yang terkena virus covid 19. Semoga Tuhan menjamah mereka dan menyembuhkan.

Inilah, doa kami Tuhan. Dengarlah dan kabulkanlah. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno