Oleh Pdt. Supriatno
Bacaan Matius 19:24
Mentari telah terbit lagi di Timur. Burung berkicau di pepohonan. Pertanda pagi baru telah tiba. Kita bersukur kepada Allah. Kita masih bernapas dan jantung tetap berdetak.
Firman hari ini, “Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
Matius 19:24
Saudaraku, di mana ada unta bisa masuk lubang jarum? Tentu berkeliling ke seluruh pojok dunia, kita akan sia-sia menjumpainya. Bagaimanapun hal mustahil terjadi unta masuk lubang jarum. Sebab, tidak sebanding ukuran lubang dan tubuh unta. Dipaksakan dengan cara apapun tidak mungkin. Itu impossible.
Tapi, dari ucapan Tuhan Yesus memberi kesan bisa, tapi tak mudah. Lalu, lubang jarum yang seperti apa? Jawabannya kita harus melihat apa yang dimaksud Tuhan Yesus. Apakah lubang jarum yang lazim kita ketahui? Atau lubang jarum yang dimaksud Yesus berbeda dengan sejauh yang kita kenal.
Jaman Tuhan Yesus sebuah kota dikelilingi tembok. Ukuran kota waktu itu tidak sebesar kota sekarang, dikelilingi benteng sebagai pertahanan dari serangan musuh. Lalu, ada pintu gerbang dan juga ada pintu kecil yang bisa dilewati manusia buat keluar masuk. Pintu kecil itu berukuran tidak lebih satu meter, dinamakan lubang jarum. Istilah khas lokal. Seperti di kita ada istilah jalan tikus.
Nah, saat musuh menyerang maka jika pintu gerbang ditutup rapat. Unta musuh itu mengalami kesulitan masuk lewat lubang jarum. Bisa tapi setengah mati perjuangannya. Dan syaratnya unta-unta itu harus melepaskan barang bawaannya. Dengn cara demikian yang susah payah loloslah si unta.
Dengan demikian, kini kita lebih jelas mengerti mengapa Tuhan Yesus berkata, lebih susah orang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah. Yakni jika orang kaya itu tidak mau melepaskan apa yang melekat pada dirinya. Sama dengan seekor unta yang lewat lubang jarum, bisa. Tapi, itu tadi, dengan syarat apa yang melekat padanya harus dilepaskan.
Saudaraku. Kekristenan tidak menolak orang kaya. Dan tidak alergi kekayaan atau harta benda. Seolah-olah harta benda sumber dosa. Akibatnya orang kaya jauh lebih berdosa dari orang miskin. Konsep demikian tidak kita kenal. Tidak ada sama sekali.
Tapi, mengapa dalam ucapan Tuhan Yesus menunjukkan betapa sulit orang kaya masuk kerajaan surga? Saudaraku. Sekali lagi. Sama seperti unta tadi. Jika barang bawaannya tidak dilepaskan, sampai kapanpun unta itu akan gagal lewat lubang jarum ( pintu kecil).
Sama. Orang kaya itu hanya bisa masuk kerajaan surga, jika menanggalkan hal yang melekat pada dirinya. Apa itu? Bukan hartanya harus dibuang. Tidak juga supaya dicampakkan. Yang harus ditanggalkan dari orang kaya adalah ketergantuangannya pada kekayaan. Jika ingin masuk kerajaan surga orang kaya hanya tergantung pada Allah. Selain itu, orang kaya rawan dilekati kesombongan. Padahal orang yang rendah hatilah yang empunya kerajaan surga.
Saudara. Di mata Allah, bukan harus menjadi orang miskin dulu baru bisa masuk kerajaan Allah. Bukan hartanya yang tidak disukai Tuhan Yesus. Tapi, sifat dan sikap yang bisa muncul disebabkan oleh kekayaan.
Jangan sampai ucapan Tuhan Yesus dimaknai Dia anti-kekayaan. Melainkan kita harus sadar, kekayaan bisa membuat kita terlekat padanya. Nempel tidak mau lepas. Sangat tergantung. Dan bisa merasa semua hal bisa “dibeli” oleh kekayaannya.
Saudaraku, hari ini kita tidak diajak membuang harta kita. Dan mencampakkan kekayaan kita. Sama sekali tidak seperti itu.
Kita diajak sekaligus diingatkan harta itu perlu. Kekayaan bendawi itu penting. Tapi, jangan juga harta menghalangi kita menjadi bagian kerajaan surga. Hanya karena sikap dan hati kita dijerat dan dibelenggu oleh harta benda itu.
Mari kita berdoa, Tuhan, ajar dan mampukan kami semata-mata tergantung pada-Mu. Dalam nama Yesus. Amin.