Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Kejadian 28:15
Selamat pagi, bapak-ibu, oma-opa dan Saudara-saudara. Selamat menyongsong hari baru, Saudaraku yang baik dan dikasihi Tuhan. Pagi ini cerah. Semoga sepanjang hari ini pun hati kita cerah.
Firman Tuhan mengantar aktivitas kita hari ini, “Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.”
Kejadian 28:15,
Saudaraku, setiap orang menganggap penting hal berkenaan dengan masa depan. Terutama kerinduan punya masa depan yang cerah, atau penuh prospek. Tidak mengherankan, apa yang kita lakukan di hari ini dipengaruhi kepentingan masa depan. Jika Anda punya anak dan cucu atau keponakan, tentu kita merancang hal yang dibutuhkan, agar mereka punya masa depan yang baik. Dengan sekuat tenaga kita bisa mnyekolahkan mereka di sekolah yang baik. Kita menabung atau menyisihkan anggaran buat pembiayaan pendidikannya. Makanan yang disediakan memenuhi kriteria empat sehat lima sempurna. Berbagai kursus tambahan didorong untuk diikutinya. Semuanya sekali lagi, demi masa depan.
Mereka yang perduli masa depan, setiap sen uangnya diatur dengan baik. Bukan pelit, namun berhemat. Supaya dapat menabung, demi investasi masa depan. Orang beriman adalah orang yang sepatutnya sadar bahwa masa depan itu penting. Seorang bijak menyatakan, “kehidupan hanya dapat dipahami dengan melihat ke belakang (masa lalu), tapi tetap harus dijalani ke depan”.
Firman Tuhan di atas menyangkut hari esok. Diingatkan landasan untuk kita bisa membangun masa depan adalah penyertaan Tuhan. Tuhan hadir di hari lalu, hari ini dan hari depan. Dengan demikian, masa depan kita berada pada wilayah kebaikan Tuhan. Orang yang berhikmat meyakini janji itu dengan sikap yang tepat. Seperti Yakub yang mendapat janji itu mula-mula, dia tidak lalu duduk manis. Ia bekerja. Ia mengelola ternak dan tanahnya dengan kerja keras. Janji Tuhan tentang masa depan diimbangi dengan segala perjuangan.
Saya ingat kisah hidup mantan presiden Amerika Serikat bernama Theodore Roosevelt. Dua periode menjabat presiden. Prestasi luar biasa. Dia pintar. Didukung keluarga terutama istrinya. Perlu dicatat, ia adalah presiden yang terus berjuang dengan fisiknya. Ia terkena polio. Dari pinggang ke bawah nyaris lumpuh. Sehingga berjalanpun merupakan perjuangan. Tidak heran hampir menyerah. Tapi, keinginannya membangun masa depan Amerika Serikat lebih baik, menjadikan ia ekstra berjuang. Dan berhasil. Ia mengalahkan kendala fisik dan pergumulan mental serta psikologisnya.
Saudaraku. Di sini, kita pun hendak menyikapi masa depan dengan hikmat dan tepat. Pertama, jangan habiskan semua aset kehidupan kita hanya untuk hari ini. Kesehatan kita, keuangan kita, tenaga kita, sebaiknya dikelola dengan memperhatikan masa depan. Adapun pemabuk, penjudi, pemboros, pemalas, tidak mau sekolah baik-baik dan melupakan pentingnya Tuhan adalah contoh dari orang yang mengabaikan masa depan.
Kedua, masa depan yang disediakan Tuhan memacu kita tidak kuatir atas hari esok yang masih belum jelas. Belajar dari syair lagu yang menyatakan, “ tak kutahu kan hari esok. Namun langkahku tetap…” pesan bernada optimis. Bagi orang yang mengkawatirkan masa depan, ia bisa merasa tidak berdaya saat ini. Dan, sangat disayangkan jika akhirnya tidak berbuat apa-apa.
Ketiga, jika kita merancang masa depan dan upaya keras memenuhinya, itu adalah tindakan yang sesuai dengan iman. Iman itu tidak menina bobokan kita agar menunggu berkat jatuh dari langit. Tidak. Iman itu justru menyadarkan dan membuka pikiran kita untuk mempersiapkan segala sesuatu sebaik-baiknya.
Saudaraku. Semoga masa depan kita, anak-cucu- saudara-keponakan kita cerah. Tidak suram. Hidupnya tidak berantakan. Tapi mempunyai masa depan yang indah bersama Tuhan.
Kita berdoa, ” Tuhan, biarlah hari ini kami menabur segala yang baik, sehingga kelak kami menuai masa depan dengan penuh sorak sorai dan penuh pujian kepada-Mu. Semua ini, kami minta dalam nama Tuhan Yesus. Amin.