Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Lukas 5:16
Selamat pagi, seluruh Saudaraku yang baik. Kita bersyukur dan berterima kasih pada Allah, jantung kita masih berdetak, paru-paru kita masih bernafas, indra kita masih bekerja dan organ tubuh yang lain tetap berfungsi. Itu tanda nyata, kita masih dipercaya Allah melanjutkan kehidupan.
Firman Tuhan yang hendak kita renungkan berbunyi, “Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.”
Lukas 5:16
Saudaraku, setiap Tuhan Yesus melakukan tindakan mukjizat akan memunculkan beraneka reaksi. Jika karyanya berupa penyembuhan, maka orang yang disembuhkan pergi dengan bersaksi ke tengah masyarakat. Spontan dan penuh semangat. Selain pihak yang disembuhkan, orang banyak yang melihat dan mendengar langsung peristiwa ajaib itu berusaha mencari Tuhan Yesus. Wajar. Mereka juga ingin hal ajaib terjadi atas mereka.
Hanya, Tuhan Yesus suka menghindar. Pertama-tama, Ia menjauhkan diri dari publisitas. Ia malah menyelinap ke tempat sepi. Ia pergi untuk menyendiri. Ia tidak menempatkan momen itu sebagai kesempatan untuk mempopulerkan dirinya. Tuhan Yesus tidak mau jadi selebriti. Dia datang bukan untuk jadi terkenal. Ia datang untuk menunjukkan kerajaan Allah telah tiba. Kabar baik telah hadir. Salah satu tandanya yang buta dapat melihat, yang lumpuh dapat berjalan, dll.
Saudaraku, dengan kata lain agar orang-orang Israel di jaman-Nya hidup dekat dengan Allah dan menyambut Mesias yang datang. Tujuan utama itu yang diprioritaskan. Bukan agar Dia populer. Apalagi memang orang-orang jaman itu, karena konteksnya sedang dalam penjajahan Romawi, mereka rindu pemimpin yang sejati. Dalam hal ini, sosok yang mampu membebaskan mereka dari belenggu imperium Romawi.
Tuhan Yesus datang bukan dalam rangka tujuan politik. Karena itu, Ia tidak mau namanya diusung untuk membawa harapan orang banyak menjadi pemimpin politik. Agar Dia tidak terperangkap agenda atau tujuan politik, Ia pergi menghindari mereka. Tempat sunyi menjadi tempat yang disukai-Nya. Di sana Ia mendekatkan diri dengan Allah. Dan semua aktivitas-Nya diakhiri dengan pergi ke tempat sepi.
Saudaraku, banyak orang kesukaannya ke tempat ramai. Bertemu banyak orang. Melihat banyak hal. Di sanalah mereka menemukan dunianya. Seakan-akan tempat ramai menjadi oksigen yang melegakan paru-paru kehidupannya. Setelah lelah, pulang. Sehingga momen suasana sepi yang sepatutnya dimiliki hilang. Padahal suasana sepi itu penting dan bermanfaat. Momen untuk merenung, dan mengevaluasi diri. Apa saja yang telah dilakukan untuk Tuhan dan sesama? Apa saja yang berhasil dilakukan dan gagal dipenuhi pada hari itu? Apa saja saja yang patut diperbaiki?
Dengan momen itulah, kita tanpa lelah menata diri jika melihat ada kekurangan. Sekaligus, kita berupaya menjaga dan mempertahankan hal baik yang hari itu mampu dilakukan. Seseorang yang hidupnya bergerak terus tanpa berhenti untuk berdiam, dan tanpa merenung bisa hampa hidupnya. Jangan kaget, jika kita mendengar selebritis dan sosialita, yang mengaku tidak mendapat pembelajaran apa-apa dari hidup. Aktivitasnya banyak, tapi demi kesenangan yang kemudian cepat menghilang. Seperti gelembung, cepat tercipta, cepat pula berlalunya.
Belajar dari Tuhan Yesus, saat bekerja Ia bekerja dengan sungguh-sungguh. Bahkan habis-habisan. Sampai Ia tertidur di buritan kapal saking lelahnya. Tapi, Ia tetap mengagendakan pergi ke tempat sepi. Di sana Ia berdoa. Di sana pula Ia merenung dan mengevaluasi diri. Semoga, kita tidak menghabiskan waktu di tengah keramaian dan hiruk-pikuk kehidupan. Kita juga masuk kamar. Berdiam diri. Berdoa dan merenung sehingga setiap hari ada peningkatan dan kematangan sikap dan ucapan kita.
Mari kita berdoa, Tuhan, karuniakan gairah dan semangat dalam hidup kami untuk menjadi orang mencari tempat sepi. Berdialog dengan Engkau. Dan berkaca atas apa yang telah dilakukan agar kami makin bijaksana.
Tuhan, mampukan kami beserta orang-orang yang kami cintai, menjalani hari baru bersama kasih-Mu. Lindungilah seisi rumah kami dan berkati aktivitas kami. Kiranya langkah kami hari ini senantiasa dalam lindungan-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.