Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Kisah para Rasul 24:26-27
Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma dan Saudara-saudaraku yang baik. Saat kita terbangun dari tidur kita, marilah mengarahkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada Allah yang Maha Baik. Dia-lah Sang Maha Pengasih.
Firman Tuhan hari ini, “Sementara itu ia berharap, bahwa Paulus akan memberikan uang kepadanya. Karena itu ia sering memanggilnya untuk bercakap-cakap dengan dia. Tetapi sesudah genap dua tahun, Feliks digantikan oleh Perkius Festus, dan untuk mengambil hati orang Yahudi, ia membiarkan Paulus tetap dalam penjara.”
Kisah para Rasul 24;26-27
Saudaraku, praktik penyalahgunaan jabatan merupakan praktik untuk mencari keuntungan pribadi. Sedangkan pihak lain menjadi korban yang dirugikan. Bentuknya beraneka ragam. Pemerasan. Permintaan suap. Termasuk kejadian terakhir yang diliput media massa. Beberapa orang oknum aparat menjadi tersangka dalam kasus pengusaha Joko Chandra. Cukup menghebohkan, karena dengan jabatannya, mereka memudahkan pengusaha yang buron itu bisa beraktivitas di Negeri ini. Padahal pengusaha tersangka itu sudah bertahun-tahun berstatus tersangka tapi belum menghuni jeruji besi.
Begitulah, jabatan itu punya kekuasaan. Jabatan itu bertuah. Orang bilang sakti. Lewat jabatan yang dimilikinya, seseorang bisa meraup keuntungan. Padahal, misi utama jabatan adalah melayani. Dalam sebuah proses pekerjaan agar bisa berjalan baik dan teratur. Maka ada jabatan-jabatan yang dibentuk untuk mendukungnya. Contoh kecil, agar kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit berjalan tertata baik. Kemudian di sana ada jabatan pimpinan administrasi, kepala ruangan, direktur medis, manajer keuangan, dsb.
Fakta yang kita temukan, jabatan bisa dipakai untuk mencari keuntungan. Pengalaman rasul Paulus merupakan salah satu contoh. Ia membeberkan kepada Felix, penguasa waktu itu, latar belakang mengapa ia di penjara. Ia menyampaikannya sehingga Felix tahu bahwa sesungguhnya ia berwenang membebaskan rasul Paulus. Tapi, apa reaksinya? Feliks memang setelah tahu rasul Paulus tidak bersalah, ia mengundangnya bercakap-cakap. Tapi, maksud utamanya agar rasul Paulus memberi uang sogokan. Feliks hendak memanfaatkan kasus itu untuk mencari keuntungan.
Rasul Paulus sama sekali tidak tergerak mau menyumpalnya dengan uang. Karena itu, perjumpaan berulang-ulang antara Feliks dan rasul Paulus tidak berujung pada keuntungan ekonomis buat Feliks. Bisa jadi dia jengkel. Bisa jadi dia kecewa. Yang jelas, sampai dia diganti oleh pejabat lain, Feliks tidak menggunakan kewenangannya untuk membebaskan rasul Paulus dari penjara.
Saudaraku, sikap rasul Paulus demikian merupakan tindakan beresiko. Akibatnya, Rasul Paulus tetap dipenjara meski tidak bersalah. Namun, tindakannya mulia. Ia menggagalkan niat Feliks menyalahgunakan jabatannya. Dengan tidak mau memenuhi niat dan keinginan Felix, rasul Paulus sudah menyumbang terbentuknya kehidupan yang sehat secara moral. Atau dalam bahasa saat ini, menjaga tata kelola yang baik (good government).
Saudaraku, keteladanan Paulus di jaman kini sangat sulit dipraktikkan. Jika seorang pengusaha tidak mengikuti keinginan pejabat yang perilakunya seperti Felix, dia sulit akan dapat proyek pekerjaan. Karena itu, dalam berbagai kasus tangkap tangan yang dilakukan KPK atas praktik korupsi, akhirnya ada juga pengusaha yang ditangkap. Mereka ikut terseret terjadinya penyalahgunaan jabatan.
Artinya, kita punya panggilan berbuat baik. Sebenarnya, dengan tidak memenuhi nafsu orang yang menyalahgunakan jabatan. Hal Itu sudah berbuat baik. Dengan tidak memberi sesuatu kepada seseorang yang berniat buruk. Itu juga kebaikan. Perbuatan baik dalam membangun kehidupan publik yang sehat.
Kini, banyak cara agar kita melakukan hal serupa seperti yang dilakukan rasul Paulus. Dia menyebarkan kabar baik, seraya ikut membentuk moral kehidupan sehari-hari. Hal ini memang tidak mudah. Sering urusan pribadi jadi berbelit-belit dan susah. Namun, jika kita berhasil sekecil apapun kasusnya, kita telah melindungi kehidupan bersama dengan moral yang sehat.
Mari kita memberi demi kemanusiaan dan persaudaraan. Bukan memberi dalam bentuk suap. Sogok. Sehingga kita memberi andil mewujudkan iman, yang membuat Indonesia lebih sehat secara moral.
Kita berdoa, Tuhan, kiranya kami tidak sekedar tahu bahwa Engkau adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tapi, hidup kami pun mengikuti Jalan, Kebenaran dan Hidup itu.
Tuhan berkati hari ini, anak-anak dan cucu-cucu kami, yang belajar dan kuliah dengan cara online. Mampukan mereka dan orang tua yang mendampingi dengan pola jarak jauh ini. Bagi anggota jemaat yang kerja agar segala aktivitas mereka menyenangkan Hati-Mu dan para orang tua.
Iringi mereka yang sakit dan lansia dengan pengasihan-Mu, Tuhan. Sehingga mereka sabar dan kuat di dalam Engkau di saat-saat kelemahan tubuh.
Seluruh doa dan harapan kami, kami alaskan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.