Oleh: Pdt. Supriatno
Bahan: 1 Korintus 6:9-10
Selamat pagi, bapak-ibu, mas-mbak, eyang kung-eyang putri dan Saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah, pagi yang baru yang cerah kita masuki. Semoga tidur dan istirahat malam menyegarkan kita.
Firman Tuhan untuk direnungkan, “Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”
1 Korintus 6:9-10
Saudaraku, saya kaget dan mungkin juga Anda semua mengalami kekagetan yang sama. Yaitu, saat dengan teliti membaca firman Tuhan di atas. Dalam hal ini tentang orang kikir. Berkenaan dengan orang yang pelit banget.
Pertama, kaget bahwa orang kikir digolongkan pada kotak yang sama dengan pencuri, penipu, pencuri, pemabuk, penyembah berhala, orang cabul, tukang fitnah.
Kedua, orang kikir tidak mendapat tempat dalam kerajaan Allah. Sampai begitu jahatkah orang kikir, sehingga pintu kerajaan Allah tertutup bagi mereka?
Saudaraku, ayat ini tertuju pada orang beriman di kota Korintus. Jemaat kota ini sebenarnya Jemaat cukup maknur. Di sana, terdapat orang-orang yang secara finansial tidak kekurangan. Tetapi, Jemaat ini yang membuat kecewa rasul Paulus.
Dalam kekayaannya, warga jemaatnya sayang sekali tidak murah hati. Ketika Jemaat di Yerusalem amat membutuhkan bantuan, warga Jemaat di Korintus tidak tanggap. Tidak tergerak membantu. Miskin sikap solider. Mereka tidak mengulurkan tangan dan berbagi.
Berbeda dengan Jemaat di Makedonia. Kecil dan sederhana. Tapi, betapa besar keperduliannya, sehingga terhimpun bantuan buat saudara seiman di Yerusalem. Yang besar dan kaya kikir, sedangkan yang mereka sederhana, malah kaya dengan kemurah hatian. Terbalik-balik.
Saudaraku, kita bertanya-tanya mengapa orang kikir harus kehilangan tempat dalam kerajaan Allah? Ya, mengapa? Cuma pelit saja harus kehilangan sebuah bagian indah milik Allah.
Saudaraku. Orang kikir adalah mereka yang hidup untuk diri sendiri. Pusat perhatian cuma dirinya sendiri. Pada dasarnya hatinya tidak mencerminkan hati Kristus yang penuh belas kasihan. Kita tahu Kristus sangat mudah jatuh kasihan berjumpa dengan mereka yang kesusahan.
Selain itu, orang kikir sebenarnya juga tidak percaya pemeliharaan Tuhan. Sebab dibayangi ketakutan bahwa dengan berbagi maka hidupnya terancam. Dengan berbagi dihantui kecemasan akan hari esok.
Saudaraku, menarik mendengar kisah-kisah tentang kemurah hatian beberapa selebritis. Aktor Jacky Chen, Mark Elliot Zuckerberg: pemilik Facebook, Bill Gates: pemilik piranti komputer Microsoft. Tindakan kemurah hatian mereka luar biasa. Mau menyumbang uang trilyunan rupiah dari kekayaannya. Mereka bagikan untuk proyek kemanusiaan. Besar sekali. Mungkin ada yang komentar, ya, jelas saja mereka bisa dan mau berbagi, karena harta mereka segunung. Cadangan kekayaan yang ada tidak akan habis harta mereka sampai generasi keempat.
Betul, mereka kaya. Bahkan bisa jadi mereka adalah orang-orang super kaya. Tapi, kita ingat yang sekaya mereka juga banyak tapi toh tidak mau menyumbang untuk mengangkat orang-orang yang dalam kesulitan. Kembali, itu sangat ditentukan sifat kemurahan hati seseorang.
Saudaraku, telah sering kita mendengar bahwa kita adalah orang yang mendapat berkat agar menjadi berkat. Artinya, kita tidak dididik untuk menjadi orang kikir. Orang kikir itu menjadikan berkat Tuhan, berhenti pada dirinya. Ia tidak mengalirkannya. Mentok sampai dirinya.
Sebagai orang kristen Anda dan saya dididik bahwa apapun yang kita miliki dan peroleh semua dari Tuhan. Sekaligus pemberian Allah itu tidak berujung pada kita. Saya percaya, kita tidak ingin seperti laut mati di negeri Palestina. Sebuah danau di mana tidak ada makhluk yang bisa hidup di sana. Tingkat garamnya tinggi. Penyebabnya, laut atau danau itu cuma mau menampung. Dan sama sekali tidak mengalirkan airnya. Cuma menampung dan menampung.
Saudaraku, kita tentu ingin menjadi orang yang punya tempat di kerajaan Allah. Maka, buanglah kekikiran jika sifat itu ada pada kita. Sifat itu sama sekali tidak membanggakan, apalagi membahagiakan. Justru sebuah cerminan hati yang tertutup atas yang lain. Dan meragukan Allah tetap menyediakan berkat buatnya. Akibatnya, juga menghalangi kita masuk ke kerajaan Allah.
Kita berdoa, “ Tuhan, bentuklah diri kami sebagai orang yang murah hati. Yang tidak merasa rugi dan takut dengan mempraktikkan sikap cepat mengulurkan bantuan kepada pihak yang membutuhkan. Janganlah kami juga kikir terhadap pembiayaan gereja-Mu.
Tuhan, semoga di hari Sabtu ini, kami bisa menikmati hari baru dengan tetap mencintai keluarga. Melaksanakan aktivitas yang bermanfaat dan produktif. Dalam Kristus, kami berdoa. Amin.