Meninggalkan Jejak Kebaikan

Oleh Pdt. Supriatno

Bahan: Lukas 13:8-9

Selamat pagi, Saudaraku yang baik. Baik dalam keadaan sehat maupun sakit, kita bersyukur kepada Allah di pagi yang baru. Karena mengaruniakan kita kepercayaan menjakani hidup ini.

Petikan firman Tuhan pagi ini adalah, “Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, (9) mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”

Lukas 13:8-9

Saudaraku, sebuah lagu berjudul ” Hidup adalah kesempatan”, sampai sekarang masih hit. Melodi dan iramanya terasa indah, dan isi pesannya sederhana serta mudah dicerna. Saya yakin Anda tahu lagu itu, atau jangan-jangan Anda juga pandai menyanyikannya dengan baik dan merdu.

Ya, hidup itu kesempatan. Kesempatan mengandung waktu yang dimiliki namun kelak akan berlalu. Waktunya bersifat singkat. Sehingga jika tidak segera dimanfaatkan kesempatan akan lewat dengan cepat.

Nah, siapa yang menyangkal bahwa hidup seseorang berada dalam kurun waktu tertentu. Kita hidup di bumi ini tidak kekal. Ada yang mencapai usia 20 tahun, 40 tahun sudah meninggal dunia. Ada pula yang bisa mencapai umur panjang, 80-an, baru menutup usia selama-lamanya. Berapapun usia kita sekarang, selama kita masih miliki itu merupakan kesempatan.

Setiap orang punya kesempatan tapi berbeda-beda memanfaatkannya. Ada yang memanfaatkan sebaik-baiknya, sayangnya ada pula orang yang membiarkan kesempatan berlalu tanpa mengisinya dengan hal bermakna secara optimal. Setiap orang punya orang tua, sekaligus Tuhan memberi kesempatan anak-anaknya untuk mengasihinya. Lalu, apakah setiap anak mengasihi sungguh-sungguh orang tuanya? Tentu ada, dan banyak mereka yang memperlakukan orang tua dengan cinta kasih. Cuma, tidak sedikit juga anak-anak yang gagal untuk itu. Sikap suka melawan orang tua, hidup ugal-ugalan, mengesalkan hati dan tidak menyantuni orang tua dengan cinta kasih, merupakan contoh- yang mudah ditemui. Jelaslah, anak dengan sikap seperti itu membiarkan kesempatan untuk mencintai orang tua gagal dilaksanakannya.

Pada kasus lain, orang tua yang mengabaikan kesempatan mencintai anak-anak juga tidak sedikit. Kita bisa lihat ada anak-anak yang haus perhatian dan cinta kasih ayah atau ibunya. Mereka melihat ayah atau ibunya lebih banyak menghabiskan waktu untuk orang lain, sedangkan buat mereka sendiri seakan hanya sisa-sisa waktu saja.

Tuhan Yesus memberi perumpamaan, yakni tentang sebatang pohon ara. Tiga tahun sudah pemiliknya berharap dapat memetik buahnya. Ternyata harapannya tidak terpenuhi. Tiga tahun harapannya sia-sia. Dia memutuskan memberi waktu tambahan satu tahun lagi, jika pohon ara itu tetap tidak berbuah pengurus kebunnya mengusulkan supaya ditebang saja pohon itu.

Selama ini tuan pemilik pohon ara sudah memberi kesempatan 3 tahun, ternyata 3 tahun itu ia harus pulang dengan tangan hampa. Maka, ia memberi kesempatan terakhir, dan jika tetap saja pohon aranya tidak berbuah maka akan ditebang.

Saudaraku, Kesempatan itu berharga, tidak bisa terulang. Hidup Anda dan saya di dunia ini tidak berulang, sebab kita tidak menganut reinkarnasi. Mengutip sepenggal puisi Chairil Anwar, ” sekali hidup. Lalu mati”.

Tentu banyak kesempatan yang dikaruniakan Tuhan buat Anda dan saya. Mengemban pelayanan di gereja, itu kesempatan. Hidup kita dilengkapi kesehatan itu juga kesempatan. Anak-anak kita tengah memasuki masa remaja itu juga kesempatan. Termasuk jika anak-anak masih tinggal serumah dengan kita, jelas itu pun kesempatan. Pada saatnya itu semua di atas akan lewat. Pelayanan akan selesai. Anak-anak kelak menikah dan tinggal terpisah. Suatu ketika kita sakit-sakitan.

Maka, jangan biarkan kesempatan yang kita miliki itu semua berlalu tanpa kita memberi makna. Dengan tidak memberi makna itu sama dengan pohon ara yang tidak berbuah. Anda dan saya tahu pesan firman Tuhan tadi, konsekuensi jika kita tidak berbuah, ditebang. Kasarnya, ” hidup kita percuma. Tidak bisa menghasilkan apa-apa. Maka, mandat kehidupan kita bisa berakhir.”

Dengan pertolongan Tuhan dan perawatan iman yang rutin dan tekun, percayalah dan bertekadlah bahwa kita bukan pohon ara yang tidak bisa berbuah. Kita berpotensi menghasilkan buah, bahkan bisa jadi telah berbuah lebat. Sekaligus potensi itu telah dan terus menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Di hari baru. Apa yang Saudara nilai sebagai sebuah kesempatan? Pasangan kita masih hidup, itu musti kita tempatkan kesempatan untuk berbagi kasih. Karena siapa yang tahu, pasangan kita berakhir hidupnya di dunia ini, esok atau lusa. Selagi kita masih punya pita suara yang baik, itu kesempatan mengikuti paduan suara di gereja. Karena saat pita suara sudah rusak, pasti sulit bust bicara apalagi bernyanyi. Dan banyak macam lagi. Jangan biarkan kesempatan berlalu tanpa dan memberi kesan. Tidak boleh kesempatan berlalu sia-sia tanpa meninggalkan jejak kebaikan.

Mari kita berdoa, “Tuhan hendaklah Roh Kudus bekerja dalam diri kami agar kami tidak menyia-nyiakan kesempatan hidup yang Engkau karuniakan.

Kami berdoa untuk para orang tua serta saudara kami yang telah lama sakit, agar kiranya Tuhan bersama mereka. Engkau Memulihkan kesehatan, memberikan harapan dan kesabaran bersama mereka dan keluarga mereka masing-masing.”. Dalam nama Yesus, doa ini kami naikkan kepada-Mu. Amin.