Oleh Pdt. Supriatno
Bacaan: Ibrani 13:4
Selamat pagi, saudara-saudaraku yang dicintai Tuhan. Puji syukur atas pemeliharaan Tuhan kepada kita hingga pagi yang baru. Semoga berlanjut tak berkesudahan.
Kita merenungkan firman Allah,” Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.”
Ibrani 13:4
Saudara, dari hewan kita mendapat inspirasi atas hal yang mereka miliki. Dari semut kita memetik pelajaran tentang kerajinan. Dari anjing kita melihat kepatuhan kepada orang yang merawatnya. Kali ini saya mengajak untuk melihat hal baik tentang arti kesetiaan dari burung elang atau rajawali.
Burung elang paruhnya kuat dan kuku kakinya kokoh. Kedua kelebihan ini menjadi modal utamanya. Paruh untuk mencabik-cabik hewan sasarannya dan kuku untuk mencengkramnya. Dengan kuku yang kokoh itulah ia membawa hewan buruan tanpa terlepas.
Struktur tubuh elang atau rajawali itu tegap. Kalau singa dijuluki raja hutan. Bisa dikatakan elang adalah raja di angkasa. Tidak ada unggas lain yang dapat menandingi lebar sayapnya dan kecepatan terbangnya. Rasanya tidak ada jenis burung lain yang menyamai kehebatannya menukik langsung untuk mencengkram seekor ikan yang terlihat di permukaan air.
Banyak di antara kita yang tidak tahu, elang atau rajawali itu hewan yang paling setia pada pasangannya. Meski ia pergi menjelajah jauh, ia hanya mau berhubungan badan dengan elang betina pasangannya yang menunggu di sarangnya. Jadi, bukan hanya manusia yang mengenal monogami, elang juga. Bedakan dengan ayam jantan yang selalu mengejar-ngejar ayam betina manapun untuk ‘memadu kasih’. Atau hewan lainnya. Luar biasa. Hewan yang kelihatannya garang dan ganas, tetapi menyangkut pasangan, ia setia hanya kepada pasangannya.
Firman Tuhan hari ini mengingatkan tentang arti kesetiaan kepada perkawinan. Kita punya pemahaman perkawinan itu sakral, karena itu harus dijaga sebaik-baiknya dan dirawat dengan tetap memelihara cinta dan kesetiaan. Inilah dunia kecil, di mana seorang laki-laki dan perempuan terikat komitmen membangun kehidupan bersama. Kehidupan bersama yang di dalamnya setiap pasangan hidup mengeskpresikan hal yang terbaik untuk satu sama lain.
Alkitab menyamakan relasi suami dengan istri dalam perkawinan, seperti relasi Kristus dengan Jemaat-Nya. Kita tahu hal menonjol dari relasi itu adalah Kristus yang mau berkorban dan Kristus yang menyayangi Jemaat-Nya. Jadi dua unsur itu, wajib ada dalam perkawinan kristen. Mutlak ada di antara kita yang terikat perkawinan. Tanpa itu, perkawinan tidak lebih hidup bersama yang hambar, kering dan membosankan.
Tanpa pengorbanan dan cinta maka tidak akan lahir kesetiaan. Lihatlah, perkawinan tanpa cinta, bisa jadi karena pelarian atau terpaksa ‘keadaan tertentu’, sulit berlangsung langgeng. Malah yang kerap ditemui berakhir berantakan. Mengapa? Anda tahu sayur tanpa garam hambar rasanya. Paling tidak, perkawinan tanpa cinta akan seperti itu juga.
Firman Tuhan mengajak agar kita yang terikat dalam perkawinan setia satu sama lain. Dengan menggunakan kiasan “ranjang atau tempat tidur”. Maksudnya tentu ranjang perkawinan. Sebuah tempat yang sangat pribadi. Tempat eksklusif dan hanya untuk tidur berdua dengan pasangannya. Dan itu tidak boleh dicemari. Artinya, tidak boleh ada pria atau wanita siapapun yang boleh memadu kasih selain pasangannya. Dalam bahasa populer dan lugas, “jangan membuat affair” dengan siapapun. Tidak boleh ada pria lain atau wanita lain.
Saudara, mengapa hari ini kita mengangkat kesetiaan dalam perkawinan? Karena kesetiaan itu penting. Dalam dunia di mana perjumpaan satu dengan yang lain begitu cair, maka kita tidak boleh tergelincir pada relasi kebablasan.
Terus terang, tren yang kita lihat adanya praktik yang kurang menghargai tentang sakralnya perkawinan. Sehingga lihatlah, betapa makin mudahnya perceraian, termasuk di kalangan kristen. Ungkapan,” apa yang sudah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”, bagaikan kata-kata biasa. Yang bisa dilanggar oleh keinginan hati yang egoistik. Tak takut dihakimi Allah.
Betapa indah jika anda dengan perkawinan Anda, yang dulu dipersatukan Allah di altar sucinya, berjalan bahagia. Ya, siapa yang tidak ingin menjalani perkawinan bahagia? Untuk itu, harus tetap dijaga kesetiaan dengan pasangan. Kita optimis, kita bisa asal mau berkorban dan dibimbing kehendak Tuhan. Kita yakin, kita bisa. Elang atau rajawali saja bisa yang tidak pernah baca Alkitab dan mendengar kotbah pendeta.
Kita berdoa, Ya, Allah. Jadikanlah kami sebagai suami atau istri yang setia, dan terus setia kepada pasangan yang Engkau persatukan. Kami setia dengan pasangan kami hingga akhir hayat.
Kami berdoa dengan tugas, pekerjaan dan usaha kami hari ini. Mampukan kami melakukannya dengan sungguh-sungguh dan segenap hati. Sehingga kami menjalankannya dengan suka cita. Serta anak, cucu, keponakan Tuhan memberi perlindungan atas mereka dari segala bentuk yang membahayakan dan tanamkan cinta ilmu di dalam diri mereka.
Dalam nama Yesus yang selalu mencintai kami, doa ini kami panjatkan. Amin.