Menjaga Perasaan Anggota Keluarga

Oleh Pdt. Supriatno

Bahan: Kejadian 12:13

Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa, mas-mbak dan Saudara-saudaraku yang baik. Semalam kita beristirahat dan kini telah bangun di pagi yang baru. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah yang membuat semua ini kita kecap.

Firman Tuhan hari ini,” Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau.”

Kejadian 12:13

Saudaraku, karena rasa takut dan ingin menyelamatkan nyawa diri sendiri, bisa melahirkan tindakan yang tidak mempertimbangkan perasaan orang lain. Itulah, yang dilakukan Abram. Karena kekeringan hebat dan perlu mempertahankan hidup. Ia beserta istri dan rombongannya tiba di Mesir. Suatu negeri yang makmur dan berlimpah sumber makanan. Di negeri inilah, Abram melakukan tindakan yang ceroboh. Tindakan yang lebih memikirkan dirinya sendiri, lalu melupakan resiko atas Sarai, istrinya.

Sosok Sarai itu cantik. Tapi, justru kecantikannya bukan disyukuri dan dibanggakan. Malah ia melihatnya sumber ancaman. Abram mempunyai asumsi atau dugaan bahwa jika ia mengaku Sarai yang cantik itu istrinya, maka Firaun akan merebut Sarai dari sisinya. Sedangkan ia akan dibunuh. Dugaan ini menimbulkan rasa cemas. Ia berada dalam posisi terancam. Akhirnya, terancanglah ide bahwa Sarai harus mengaku adiknya bukan istrinya.

Saudaraku, ide ini dilihat dari sudut kepentingan Abram ternyata berhasil. Sarai mempesona orang yang melihatnya. Sarai menjadi primadona baru di mata orang Mesir, juga Firaun. Istana penuh pujian atas keelokan Sarai. Kemudian mengalirlah berbagai binatang sebagai hadiah. Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta. Makmur dan sukacitalah Abram.

Abram pasti senang. Ia dihujani hadiah yang akan membuat hidupnya tentram. Ia tidak perlu cemas dengan makan, minum dan masa depan. Hatinya tenang. Tapi, Abram lupa Allah mempunyai rencana besar. Bahwa Allah akan menjadikan sebuah bangsa besar dan menjadi berkat buat bangsa-bangsa lain. Rencana dan realisasi yang tampaknya berhasil di mata Abram, ternyata menyimpang dari rencana Allah.

Saudaraku, Allah tidak main-main dengan rencana-Nya. Ia tegas, tidak bisa dan tidak boleh ada pihak yang menggagalkan rencana-Nya. Firaun yang kaya, amat berkuasa pun tidak. Itulah sebabnya Allah menurunkan tulah. Tulah yang menyadarkan Firaun bahwa ada yang tidak beres. Tulah yang membatalkan niat Firaun menyunting Sarai sebagai istrinya.

Saudaraku, siapa perempuan, khususnya seorang istri yang tidak terluka dengan ide dan tindakan Abram. Demi kemakmuran Abram meminta Sarai sebagai adik bukan istri. Pasti Sarai terluka hatinya.

Beberapa waktu pernah ada kejadian menghebohkan masyarakat. Seorang suami menggadaikan istrinya kepada pria lain senilai 250 juta. Pasti istrinya cukup cantik. Banyak orang berkomentar bahwa itu suami ‘gendeng’, alias gila. Ada yang bilang ‘terlalu’. Masa, istri sendiri dikorbankan untuk meraih dana yang cukup besar.

Kasusnya mungkin beda. Tapi baik Abram maupun kasus di Indonesia tadi mengingatkan yakni jangan karena ingin mendapat harta, lalu istri sendiri atau keluarga dikorbankan.

Bahkan, Abram lebih fatal lagi. Rencana dan tindakannya yang meminta Sarai mengaku sebagai adiknya, jelas-jelas bertentangan dengan rencana besar Allah atas Abram.

Di sinilah kita belajar, janganlah sekali-kali kita silau oleh harta dan kemakmuran lalu rela mengorbankan keluarga. Kita kerja keras. Kita banting tulang demi membahagiakan keluarga. Jangan, malah demi harta lalu keluarga berantakan. Contoh sudah banyak. Dan itu contoh pahit dan getir. Itu jelas, bertentangan dengan rencana Allah atas keluarga kita.

Kita berdoa, “ya, Allah berikan kami hati dan tekad untuk tidak mengorbankan keluarga demi ambisi kekayaan. Cinta kami atas keluarga menjadikan kami menjaga perasaan dan hati mereka.

Iringi hari ini dengan perlindungan-Mu: anak-menantu-cucu- para opa-oma dan segenap orang tua yang kami kasihi. Dalam Yesus, kami berdoa. Amin.

Selamat beraktivitas.